Bila di bab sebelumnya telah dibahas apa saja peralatan yang diperlukan untuk membuat pola, pada bab ini akan dibahas mengenai proses pembuatannya. Secara teknis, pembuatan pola dilakukan melalui dua cara, yaitu:
1. Teknik Flat Pattern Drafting atau Pola Datar
Teknik flat pattern drafting adalah metode menggambar pola pada media datar, seperti di kertas misalnya. Dalam penggambaran pola dengan metode ini, pembuat pola harus bisa membayangkan hasil akhir jahitan bila pola sudah dipindah pada kain dan selesai dijahit.
2. Teknik Blocks atau Pola Draping
Teknik blocks atau pola draping lebih cocok dilakukan oleh pembuat pola yang sudah professional, karena teknik ini lebih sulit daripada teknik flat pattern drafting. Pada teknik blocks atau pola draping, pembuat pola menyampirkan kain belacu di atas boneka jahit atau langsung di badan calon pemakainya.
Kain disematkan dengan jarum pentul agar tidak bergeser posisinya. Pada bagian kerung lengan, lingkar leher, dan pinggang, kain digunting sesuai pola yang diinginkan. Potongan- potongan kain pola ini bila sudah selesai dijiplak pada kain yang asli, maka bisa dijahit sebagai prototipe pakaian.
Dalam pembuatan pola, kita juga harus mengenal beberapa tanda- tanda yang digunakan untuk menggambar pola dan mengubah model. Beberapa tanda-tanda tersebut bisa kita pelajari pada tabel berikut:
Setelah kita mendapatkan ukuran badan yang akan dibuat pakaian, langkah selanjutnya adalah menuliskan ukuran tersebut ke dalam buku pola. Selain menuliskan ukurannya, kita juga menggambarkan polanya dalam skala yang lebih kecil, biasanya 1: 4, 1: 6, atau 1: 8.
Buku pola menjadi panduan berikutnya dalam menggambar pola dengan ukuran yang sesungguhnya. Untuk penggambaran pola pada bagian badan, kita bisa menggunakan metode ‘setengah’, yaitu pola digambar setengah badan untuk tiap-tiap bagian badan depan maupun badan belakang.
Pola dengan ukuran yang sebenarnya, digambar pada kertas copy. Pola inilah yang nanti akan dijiplak pada kain. Pola yang tergambar dari kertas copy juga bisa digunakan secara berulang. Untuk itulah ada baiknya pola disimpan sebagai arsip bila sewaktu-waktu kita akan menjahit dengan ukuran yang sama.
Untuk mempermudah penggambaran, ukuran pola dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu ukuran lebar, ukuran panjang, dan ukuran lingkar. Setelah penggambaran selesai, pola dipotong sesuai bentuknya. Untuk pola dasar gaun wanita, pola dasar rok, serta pola dasar lengan, bisa kita perhatikan dalam gambar berikut ini :
• Pola dasar gaun wanita (dalam skala 1: 4)
Ukuran |
Kecil |
Sedang |
Besar |
Lingkar badan |
84 + 4 = 88 |
88 + 4 = 92 |
92 + 4 = 96 |
Lingkar pinggang |
66 |
68 |
72 |
Panjang dada |
32 |
33 |
34 |
Lebar dada |
32 |
32 |
33 |
Panjang punggung |
37 |
38 |
39 |
Lebar punggung |
34 |
34 |
35 |
Lingkar panggul I |
84 + 4 = 88 |
90 + 4 = 94 |
94 + 4 = 98 |
Lingkar panggul II |
88 + 4 = 92 |
94 + 4 = 98 |
98 + 4 = 102 |
Lebar bahu |
12 |
12 ½ |
13 |
Panjang rok |
60 |
65 |
70 |
Pola Bagian Depan
- M’S = 65 cm
- M’M = 7 cm
- M’So = ¼ lingkar badan = 1 cm = 23 cm
- MO = 5 cm
- OP = ½ lebar dada = 16 cm
- MA = ½ panjang dada
- MD = panjang dada = 32 cm
- AB = M’S = ¼ lingkar badan = 1 cm
- BC naik 1 cm DG = 13 cm DG’ = 20 cm
- DJ = panjang rok = 60 cm
- So To = 5 cm
- S dan To dihubungkan
- ST = lebar bahu = 12 cm
- SU = ½ lebar bahu – 1 cm = 5 cm
- UU’ = 3 cm
- DV’ = 1/10 lingkar pinggang = 6,6 cm
- VV’ = 3 cm
- DX = ¼ lingkar pinggang + 13 (lipit pantas) = 20 ½ cm
- GI = ¼ lingkar panggul I + 1 cm = 23 cm
- G’ I’ = ¼ lingkar panggul II + 1 cm = 24 cm
- JL = G’I’ + 5 cm
- LL’ = 1 cm
Pola Bagian Belakang
- NR = 10 cm
- NE = panjang punggung = 37 cm EW = DA = ½ panjang dada = 16 cm NS = M’S = 6,5 cm
- SS’ = 2 cm
- NSo = ¼ lingkar badan – 1 cm = 21 cm
- WU = NS = ¼ lingkar badan – 1 cm
- So to = 3 cm
- S’ dihubungkan dengan to S’t = lebar bahu = 12 cm UC = naik 1 cm
- RQ = ½ lebar punggung = 17 cm
- EF = 13 cm
- EH = 20 cm
- EK = panjang rok = 60 cm
- EE’ = 1/10 lingkar pinggang = 6,6 cm, EE’ = 2 cm
- EE”’ = ¼ lingkar pinggang – I + 2 (lipit pantas) = 17 ½ cm
- FF’ = ¼ lingkar panggul I – 1 cm = 21 cm
- HH’ = ¼ lingkar panggul II – 1 cm = 22 cm
- KZ = HH’ + 5 cm
- ZZ naik 1 cm
Andaikan ukurannya kecil, yaitu lebih kecil dari 88 cm (lingkar badannya)
MS = 6 cm
MM = 6,5 cm
Jika yang akan dibuat adalah pola blouse, maka hanya dibuat sampai batas panggul saja.
Berikut pola dasarnya:
-
Pola dasar rok (dalam skala 1: 4 cm)
Pola bagian depan:
- D – F = ¼ lingkar pinggang + 2 cm
- D – D’ = 1 cm D’ – G = 13 cm D’ – G’ = 20 cm
- D’ = J = panjang rok
- G – I = ¼ lingkar pinggul I
- G’ – I’= ¼ lingkar pinggul II J – L = G’ = I’ + 5 cm
- D’ – V= 2/ /3 x D – F V ke kiri 2 cm = V’ Lipit pantas (coupe) digambar
- F – L = D’ – I
Pola bagian belakang:
- E – F = ¼ lingkar pinggang + 2 cm
- E – E’= 2 cm
- E’ – H = 13 cm
- E’ – H’ = 20 cm
- E’ – K= panjang rok
- H – i = ¼ lingkar pinggul I
- H’ – i’= ¼ lingkar pinggul II K – I = H’ – i’ + 5 cm
- E’ – E = 1/10 lingkar pinggang
- E” ke kanan 2 cm = E’” Lipit pantas digambar F – l = E – K
Bentuk Pola Dasar Rok
• Pola dasar lengan wanita
Ukuran |
Kecil |
Sedang |
Besar |
Panjang lengan |
54 cm |
55 cm |
56 cm |
Lingkar pergelangan tangan |
22 cm |
24 cm |
26 cm |
Tinggi puncak |
12 cm |
12 ½ cm |
13 cm |
Ukuran kecil:
- K – T = tinggi puncak = 12 cm
- T – p = panjang lengan = 54 cm
- Tarik garis datar dari K ke kiri dan ke kanan
- Dari T garis ke Z sepanjang kerung lengan muka = 22 cm
- Dan dari T ke X sepanjang kerung lengan belakang = 20 cm
- Titiki O = ½ Z – T = 11 cm
- OI – O2 = 1 cm (turun)
- X – O3 = ½ X – T dikurangi 1 cm = 9 cm
- Dari titik Z dan X dibuat garis tegak lurus ke bawah ialah P’ dan P” Kemudian P’ – P” diukur lalu dikurangi lingkar pergelangan tangan = 34 cm
- 22 cm = 12 cm
- Setengah dari sisa ini diukurkan dari PI ke kanan dan dari P” ke kiri
- Jadi P’ – I = 6 cm dan P” – I’ = 6 cm
Berikut pola dasarnya:
3. Memindah Pola pada Kain
Bila pola sudah selesai digambar dan dipotong, langkah selanjutnya adalah memindahkan pola ke atas kain. Proses pemindahan pola ke atas kain ini disebut dengan metode menjiplak.
Sebelum menjiplak pola ke atas kain, kita perlu melihat kondisi kainnya, apakah kainnya kusut atau sudah halus. Bila memang kainnya yang hendak kita gunakan sebagai bahan kondisinya masih kusut, alangkah baiknya bila kita menyeterikanya terlebih dahulu sebelum menjiplak pola di atas kain tersebu. Menjiplak pola pada kain yang kusut akan mempengaruhi garis-garis penjiplakan.
Langkah-langkah menjiplak pola ke atas kain adalah sebagai berikut:
1. Siapkan peralatan untuk menjiplak, yaitu kapur jahit, karbon, dan rader.
2. Karena pola sengaja dibuat dengan ukuran setengah dari setiap bagiannya, maka pada saat menjiplak ini, kain dilipat menjadi dua bagian.
3. Bila kain yang digunakan adalah kain bermotif, perhatikan salur motifnya, terutama untuk kain motif bergaris. Jangan sampai salur untuk bagian badan depan berbeda dengan bagian badan belakang.
4. Letakkan pola tepat di atas kain yang sudah dilipat menjadi dua bagian tadi.
5. Agar posisi tidak bergeser, boleh menyematkan jarum pentul untuk menggabungkan pola dan kain. Atau bisa juga dengan menindihkan beban di atas tumpukan pola dan kain.
6. Bila posisi sudah dirasa tepat, proses menjiplak mulai dilakukan. Jiplak pola secara mengeliling dengan menggunakan kapur jahit.
7. Untukmenjiplakbagiankupnat, bisadilakukandenganmenggunakan karbon jahit dan rader. Namun penjiplakan dengan karbon dan rader hanya bisa dilakukan di bagian buruk kain. Itu pun untuk kain yang tebal.
8. Bila pola sudah dijiplak secara mengeliling, langkah selanjutnya adalah menggunting kain.
Untuk proses pengguntingan kain prinsipnya hampir sama dengan pada saat kita menjiplak pola. Intinya, kain tidak boleh bergeser. Untuk itulah, pada saat hendak menggunting kain, perlu disematkan jarum pentul atau menindihkan beban berat di atas kain. Barulah proses pengguntingan dilakukan. Gunakan gunting yang benar-benar tajam dan tidak tumpul. Menggunting kain dengan gunting yang tumpul akan membuat tepi kain menjadi berantakan atau berserabut.
Tips Untuk Menajamkan Kembali Gunting yang Tumpul
Wajar, ketika gunting yang sudah lama kita pakai lama kelamaan akan menjadi tumpul. Gunting yang tumpul ini seringkali membuat kita merasa jengkel karena menjadikan hasil potongannya tidak halus/mbrudul. Namun jangan khawatir, karena ada tips untuk menajamkan kembali gunting yang tumpul. Adapun peralatan yang perlu disiapkan adalah botol kaca.
Ambil botol kaca, pegang dengan tangan kiri pada bagian badan botol. Gunakan tangan kanan untuk memegang gunting yang tumpul tersebut. Buka gunting dan posisikan untuk mengapit leher botol. Lakukan gerakan seperti menggunting secara berulang-ulang. Gesekan antara mata gunting dan botol kaca akan membuat gunting kembali menjadi tajam.