Begitu beragamnya makhluk hidup di alam ini sehingga menuntut adanya suatu prinsip untuk mengenal dan mempelajarinya. Beberapa ahli biologi mencoba menciptakan suatu prinsip pengelompokkan makhluk hidup untuk mempermudah, mengenal, dan mempelajari makhluk-makhluk yang beraneka ragam melalui suatu cara pengklasifikasian, misalnya berdasarkan persamaan dan perbedaan dalam ciri morfologi, fisiologi, anatomi, dan tingkah laku. Persamaan dan perbedaan ini dapat dijumpai pada tingkat spesies, genus, dan famili dan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan habitatnya.
Klasifikasi merupakan suatu cara yang sistematis dalam mempelajari suatu objek, misalnya makhluk hidup, dengan memperhatikan persamaan dan perbedaan ciri dan sifat yang tampak. Dalam klasifikasi diperlukan suatu metode penamaan (nomen klatur) sehingga objek studi dapat disederhanakan. Ilmu yang mempelajari klasifikasi disebut taksonomi. Pengetahuan taksonomi dapat dimanfaatkan untuk memahami arti keanekaragaman yang ada pada masa lalu dan masa sekarang. Secara umum klasifikasi dapat diartikan sebagai suatu proses menggolong-golongkan sesuatu berdasarkan aturan tertentu.
Tujuan dilakukannya klasifikasi untuk mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup untuk membedakan tiap-tiap jenis agar mudah dikenal, mengetahui hubungan kekerabatan antarmakhluk hidup serta mempelajari evolusi makhluk hidup atas dasar kekerabatannya. Sebagai contoh, macan kumbang memiliki hubungan kekerabatan dengan kucing daripada dengan buaya karena macan kumbang dan kucing memiliki banyak persamaan ciri- ciri seperti sama-sama menyusui, bertulang belakang, berkaki empat, karnivora dan berambut. Sedangkan buaya bertelur, berkaki empat, kulit bersisik, dan melata.
Tahapan Klasifikasi Makhluk Hidup
Klasifikasi makhluk hidup dapat dilakukan melalui beberapa tahap, antara lain berikut ini.
a. Pencandraan sifat-sifat makhluk hidup
Pencandraan sifat-sifat makhluk hidup atau identifikasi ciri-ciri (sifat- sifat) organisme merupakan proses awal dalam klasifikasi. Identifikasi dimulai dari ciri-ciri yang tampak dan mudah diamati, seperti ciri-ciri morfologi, anatomi, dan fisiologi bagian-bagian tubuh. Misalnya, jumlah sayap, warna tubuh, jumlah ruas dada, dan cara makan.
b. Pengelompokan berdasarkan ciri yang diamati
Setelah masing-masing organisme diidentifikasi ciri atau sifatnya, selanjutnya dilakukan pengelompokan berdasarkan persamaan ciri atau sifat organisme tersebut. Contoh: burung, bebek dan ayam dikelompokkan dalam satu kelompok karena memiliki ciri-ciri yang sama yaitu: tubuh ditutupi bulu, memiliki paruh, bernapas dengan paru-paru, dan jantung terdiri dari empat ruang.
c. Pemberian nama
Pemberian nama takson merupakan hal yang sangat penting dalam klasifikasi. Misalnya, ayam dan itik dikelompokkan dalam kelompok unggas atau burung/aves berdasarkan ciri yang ada.
Urutan Tingkatan Takson Klasifikasi
Kegiatan pengelompokan makhluk hidup menghasilkan kelompok- kelompok takson (jamak = taksa). Banyak dan sedikitnya persamaan atau perbedaan ciri antar anggota suatu kelompok makhluk hidup akan menentukan jenjang takson dan juga menunjukkan jenjang kekerabatannya. Kelompok makhluk hidup yang anggotanya memiliki sedikit persamaan berada pada takson yang lebih tinggi dibandingkan kelompok makhluk hidup yang anggotanya memiliki banyak persamaan. Semakin sedikit persamaan ciri antara makhluk hidup, semakin jauh kekerabatannya.
Untuk memudahkan dalam pengelompokan organisme disusunlah suatu aturan pengelompokan, yang dimulai dari yang paling rendah, yaitu spesies sampai ke tingkatan yang paling tinggi, yaitu Kingdom.
a. Spesies (jenis)
Spesies merupakan unit dasar dari klasifikasi. Dua organisme atau lebih dimasukkan dalam satu spesies yang sama jika organisme-organisme tersebut dapat melakukan perkawinan alami dan menghasilkan keturunan yang fertil, artinya keturunan (anak-anak) yang dihasilkan dapat kawin sesamanya dan dapat menghasilkan anak.
Di dalam satu spesies sering terdapat berbagai macam makhluk hidup yang memiliki ciri khusus, yang disebut varietas atau ras. Varietas biasanya dipakai untuk menyebut variasi dalam satu spesies tumbuhan dan ras untuk hewan. Pada tumbuhan, di bawah spesies ada tingkatan takson yang setara dengan varietas, yaitu kultivar.
b. Genus (marga)
Genus adalah tingkatan takson yang memiliki beberapa spesies yang memiliki kesamaan ciri. Misalnya, bawang merah (Allium cepa) dan bawang putih (Allium sativum) merupakan dua spesies berbeda, namun masih dalam satu genus yaitu Allium
c. Famili (suku)
Famili adalah tingkatan takson yang anggotanya terdiri dari beberapa marga atau genus. Ketentuan untuk nama takson tingkat suku ialah terdiri atas satu kata, dibentuk dari salah satu nama takson tingkat marga yang dibawahi dan dipilih sebagai tipe tata namanya ditambah dengan akhiran aceae, tidak dicetak miring.
Contoh, Solanaceae dibentuk dari kata Solanum + aceae
Namun, ada nama beberapa takson tingkat tumbuhan yang menyimpang dari ketentuan itu karena sudah sejak dulu digunakan.
Misalnya, Graminae, nama lain dari Poaceae. Compositae, nama lain dari Asteraceae.
Untuk hewan, dibentuk dengan cara, seperti pada tumbuhan, yaitu dari nama takson tingkat marga yang dipilih sebagai tipenya ditambah dengan akhiran idea.
Misalnya, Canidae, dibentuk dari Canis + idea.
d. Ordo (bangsa)
Ordo adalah tingkatan takson yang menghimpun beberapa famili. Pada hewan, untuk nama-nama takson di atas kategori suku berlaku ketentuan: nama-nama itu terdiri atas satu kata berbentuk jamak, tidak terikat kepada tipe di bawahnya, biasanya bersifat deskriptif, tidak mempunyai akhiran tertentu.
Contohnya, Ordo Carnivora
Beberapa kelompok khusus menggunakan akhiran iformes di belakang nama takson tingkat ordo. Misalnya, nama-nama tingkat ordo dari burung- burung dibentuk dari nama takson tingkat genus ditambah akhiran iformes.
Misalnya:
- Columbiformes, dibentuk dari Columba + iformes
- Passeriformes, dibentuk dari Passer + iformes
Untuk tumbuhan dapat diambil dari salah satu suku yang tergolong dengan mengubah akhiran aceae menjadi ales.
Misalnya:
- Malvaceae (suku)
- Malvales (bangsa)
Nama bangsa dapat juga diambil dari ciri khas dari seluruh bangsa. Misalnya: Tubiflorae (golongan tumbuhan yang berbunga tabung).
e. Classis (kelas)
Beberapa ordo yang memiliki persamaan ciri dimasukkan dalam satu kelas.
Misalnya, berikut ini.
1) Ordo Carnivora, ordo Rodentia (binatang pengerat, misal tikus), ordo Primata (bangsa kera), ordo Chiroptera (bangsa kelelawar), dan ordo Insektivora mempunyai ciri-ciri yang sama, yaitu melahirkan anak, mempunyai kelenjar susu serta menyusui anaknya sehingga dimasukkan dalam satu kelas, yaitu Mamalia.
2) Dicotyledoneae (tumbuhan yang mempunyai lembaga dua).
f. Phylum (filum) atau divisio
Filum atau divisio merupakan tingkatan takson yang menghimpun beberapa kelas yang memiliki persamaan ciri. Filum digunakan untuk menunjuk takson hewan, sedangkan divisio digunakan untuk menunjuk takson tumbuhan. Untuk tingkat divisio, ditentukan bahwa nama takson itu harus menceminkan ciri khas seluruh warga divisio ditambah ahkiran phyta atau mycota
Contohnya:
- Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
- Eumycota (jamur sebenarnya)
g. Kingdom (kerajaan) atau Regnum (dunia)
Semua hewan dimasukkan dalam kingdom animalia, sedangkan semua tumbuhan dimasukkan dalam kingdom Plantae.
Contoh Klasifikasi Makhluk Hidup
Kingdom |
: Plantae |
Divisi |
: Spermatophyta (tumbuhan berbiji) |
Kelas |
: Dicotyledoneae (tumbuhan berkeping dua) |
Ordo |
: Euphorbiales |
Famili |
: Euphorbiaceae (getah-getahan) |
Genus |
: Ricinus |
Spesies |
: Ricinus communis (jarak) |
Nama daerah |
: jarak, kaliki, kaleke |
Asal usul |
: Afrika Timur |
Sistem Tata Nama Klasifikasi Makhluk Hidup
Sebenarnya nama-nama tumbuhan dan hewan telah diberikan sejak manusia mengenal makhluk tersebut. Mereka memberi nama dalam bahasa mereka sendiri, misalnya orang Cina memberi nama dengan bahasa Cina, orang Mesir dengan bahasa Mesir tanpa adanya suatu pedoman. Maka timbullah nama daerah, yaitu nama sehari-hari yang diberikan oleh suatu daerah kepada hewan atau tumbuhan. Nama ini dirasa tidak praktis karena tiap-tiap daerah mempunyai nama-nama sendiri untuk setiap jenis tumbuhan dan hewan sehingga orang dari daerah lain tidak akan mengenal jenis tumbuhan dan hewan suatu daerah jika disebutkan hanya namanya. Misalnya, babi hutan di Jawa Barat disebut bagong, sedangkan di Jawa Timur dan Jawa Tengah disebut celeng. Bagi orang dari Jawa Tengah bagong merupakan salah seorang tokoh pewayangan kelompok Semar. Jadi, jauh sekali pengertiannya dengan babi hutan.
Dengan adanya hal-hal, seperti di atas maka perlu kiranya para ahli taksonomi untuk menciptakan suatu sistem tata nama yang mantap, praktis, dan dapat digunakan secara universal, selain itu untuk memudahkan dalam komunikasi maka dibuatlah suatu aturan dan bahasa yang dimengerti agar tidak menimbulkan kebingungan.
Carolus Linnaeus pada tahun 1735 menciptakan suatu sistem tata nama. Bahasa yang digunakan adalah bahasa latin karena pada masa Carolus Linnaeus bahasa tersebut merupakan bahasa ilmiah yang universal. Carolus Linnaeus memberikan nama dengan dua kata yang dikenal dengan istilah binomial nomenklatur. Ketentuan penamaan tersebut adalah sebagai berikut.
- Nama spesies terdiri atas dua kata yang dilatinkan. Misalnya, Cyprinus carpio (ikan mas), Piper nigrum (lada).
- Nama pertama menunjukkan genus, dan huruf pertama menggunakan huruf kapital, misalnya Piper dan Cyprinus.
- Nama kedua menunjukkan nama spesies atau penunjuk spesies, yang huruf awalnya ditulis dengan huruf kecil, misalnya carpio dan nigrum.
- Jika nama takson tingkat jenis untuk tumbuhan terdiri atas dua kata maka kata kedua dan berikutnya harus disatukan atau ditulis dengan tanda hubung.
Contohnya: Hibiscus rosa sinensis harus ditulis Hibiscus rosasinensis atau Hibiscus rosa-sinensis. - Nama takson tingkat jenis untuk tumbuhan tidak boleh merupakan suatu tautonim, yaitu nama yang terdiri atas dua kata yang persis sama atau kata yang hampir sama.
Contohnya: Hibiscus hibiscus (dua kata yang sama) atau Boldu boldus (dua kata yang hampir sama).
Untuk hewan masih dibenarkan adanya tautonim. Misalnya, Gallus gallus (ayam). - Pada tumbuhan dalam pemberian nama takson tingkat jenis yang disusul dengan nama istilah takson anak jenis yang dimaksud diikuti oleh petunjuk takson di bawah tingkat jenis tadi. Contoh berikut ini menunjukkan nama suatu varietas rosella.
Hibiscus sabdariffa var.alba (rosela varietas putih). - Untuk nama pencipta atau orang yang pertama mempublikasikan nama ilmiah suatu organisme, nama pencipta dapat dicantumkan.
Misalnya: Cancer pagurus Linneaus, Nama genus adalah Cancer, nama penunjuk spesies adalah pagurus, Pengidentifikasian pertama kali dilakukan oleh Linneaus maka nama ilmiahnya dapat ditulis, seperti berikut.
Cancer pegurus Lin atau Cancer pegurus L.
Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup
Sistem klasifikasi makhluk hidup pertama kali dipelopori oleh Carolus Linnaeus pada abad ke-18. Prinsip pengelompokan oleh Linneaus adalah pengelompokan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri dan pemberian nama dengan sistem nama ganda.
Pengklasifikasian makhluk hidup pada umumnya dilakukan dengan menggunakan suatu sistem tertentu. Sistem klasifikasi yang dikenal sampai sekarang adalah sistem buatan, sistem alami, dan sistem filogenetik.
a. Sistem alami
Sistem alami merupakan cara pengelompokan organisme berdasarkan ciri morfologi, anatomi dan fisiologi yang dimiliki. Jika dua organisme memiliki banyak persamaan ciri maka ciri ini dikatakan sebagai penghubung kekerabatan sehingga kedua organisme tersebut dimasukkan dalam kelompok yang sama.
Klasifikasi sistem alami dikemukakan oleh Aristoteles, seorang ahli filsafat Yunani yang membagi makhluk hidup menjadi 2 kingdom, yaitu hewan dan tumbuhan. Aristoteles membagi hewan menjadi beberapa kelompok berdasarkan habitat dan perilakunya. Sedangkan tumbuhan dikelompokkan berdasarkan ukuran dan strukturnya. Sebagai contoh, kingdom tumbuhan dibagi menjadi tiga divisi, yaitu herba, semak, dan pohon.
Seorang murid Aristoteles bernama Theophastus dijuluki sebagai bapak botani karena telah mengklasifikasikan tumbuhan dengan melalui pengamatannya sendiri dengan ketelitian yang sangat tinggi. Karya ilmiahnya yang terkenal Historia Plantarum, buku ini memberikan sumbangan yang besar dalam bidang botani. Sistem klasifikasi oleh Theophrastus, yaitu sistem alami, membagi tumbuhan menjadi empat kelompok, yaitu pohon, semak atau perdu, setengah semak atau setengah perdu, dan herba atau terna.
Walaupun klasifikasi sistem ini kurang berhasil dikembangkan, namun sistem alami ini memiliki kelebihan, yaitu identifikasinya mudah dan pengelompokan organisme yang kurang dikenal masih mungkin dilakukan dengan sistem klasifikasi ini.
b. Sistem buatan
Sistem buatan merupakan cara pengelompokan berdasarkan pada sejumlah kecil sifat-sifat persamaan ciri morfologi tanpa memandang kesamaan struktur yang mungkin memperlihatkan kekerabatan. Klasifikasi ini antara lain mengelompokkan tumbuhan berdasarkan dasar warna bunga, massa bunga, bentuk daun, jumlah benang sari, dan putik.
Sistem klasifikasi buatan ini diperkenalkan oleh Carolus Linnaeus yang menyusun klasifikasi yang lebih mudah dipahami dari pada sistem sebelumnya. Sistem klasifikasi tumbuhan yang dikemukakan oleh Linnaeus juga disebut dengan sistem seksual karena Linnaeus memusatkan perhatiannya pada alat reproduksi tumbuhan.
Karya Linnaeus yang sangat penting adalah penamaan jenis (spesies) dengan menggunakan bahasa latin. Bahasa Latin digunakan karena pada masa itu bahasa tersebut adalah bahasa ilmiah yang universal. Linnaeus memberikan sistem tata nama berupa nama ilmiah pada setiap spesies makhluk hidup yang terdiri atas dua bagian yaitu bagian pertama sebagai nama genus dan bagian kedua sebagai petunjuk spesies. Sistem penamaan dua bagian ini disebut sistem tata nama ganda atau binomial nomenclature.
Contoh penggunaan tata nama ganda ini adalah Bambusa spinosa (bambu berduri). Nama genus bambu adalah Bambusa, sedangkan penunjuk spesiesnya adalah spinosa.
c. Sistem filogenetik
Sistem klasifikasi filogenetik muncul setelah teori evolusi dikemukakan oleh para ahli biologi. Sistem ini disusun berdasarkan jauh dekatnya kekerabatan antara takson (kelompok yang terbentuk dari pengklasifikasian) yang satu dengan lainnya sekaligus mencerminkan perkembangan makhluk hidup. Pada sistem ini juga dijelaskan mengenai kesamaan susunan molekul dengan senyawa biokimia pada makhluk hidup yang memiliki fungsi yang berbeda pada setiap makhluk hidup. Pada dasarnya klasifikasi filogenetik disusun berdasarkan persamaan fenotip, faal, dan tingkah laku yang diamati.