Jamur merupakan tumbuhan yang memiliki ciri-ciri khusus, seperti memiliki inti sejati, tidak berklorofil, berbentuk talus, tubuh somatik berbentuk benang, dan bijinya berbentuk spora. Jamur tumbuh optimal di tempat yang tidak membutuhkan cahaya matahari atau teduh. Dengan kondisi tersebut, jamur akan tumbuh lebih cepat daripada di tempat yang terang dengan cahaya matahari yang berlimpah.
Jamur termasuk organisme eukariotik karena sel penyusunnya telah memiliki membran inti. Sel jamur juga memiliki dinding sel dari bahan kitin (chitine) yang merupakan polimer karbohidrat mengandung nitrogen. Zat ini juga terdapat pada eksoskeleton hewan arthropoda, seperti laba-laba dan serangga. Senyawa kitin bersifat kuat, tetapi fleksibel. Ini berbeda dengan tumbuhan umum yang dinding selnya tersusun dari selulosa dan bersifat kaku.
Umumnya jamur merupakan organisme bersel banyak (multiseluler), tetapi ada juga yang bersel tunggal (uniseluler), contohnya jamur ragi tape (Saccharomyces sp). Tubuh jamur bersel banyak terdiri atas benangbenang halus yang disebut hifa. Kumpulan hifa jamur membentuk anyaman yang disebut miselium. Pada jamur multiseluler yang hifanya tidak bersekat (asepta), inti selnya tersebar di dalam sitoplasma dan berinti banyak. Jamur jenis ini disebut jamur senositik (coenocytic). Sedang yang bersekat umumnya berinti satu dan disebut sebagai jamur monositik (monocytic).
1. Ciri Morfologi Jamur
Seperti yang kalian amati di lingkungan sekitar, bentuk jamur mirip dengan tumbuhan, tetapi tidak memiliki daun dan akar yang sejati, juga tidak mempunyai klorofil sehingga dia tidak dapat melakukan fotosintesis. Untuk itulah jamur digolongkan atau diklasifikasikan tersendiri karena tidak dapat digolongkan dalam tumbuhan atau hewan.
Dari hasil pengamatan yang kalian lakukan di sekitar lakukan, kalian dapat mengetahui ternyata jenis jamur ada yang dapat dilihat secara langsung atau bentuknya makroskopis dan ada yang harus diamati menggunakan mikroskop karena bentuknya mikroskopis.
Pada umumnya jamur mempunyai sel banyak (multiseluler) misalnya jamur merang dan jamur tempe, tetapi ada juga yang bersel tunggal (uniseluler) seperti ragi atau yeast/ Saccharomyces. Jamur yang multiseluler tersusun atas benang-benang yang disebut dengan hifa. Apabila dilihat dengan mikroskop tampak bentuk hifa ini bersekat-sekat (bersepta) dan tidak bersekat, seperti tampak pada gambar dibawah ini.
Dari gambar diatas tampak bahwa pada hifa yang bersekat, tiap sekat terdapat satu sel yang terdiri atas satu atau beberapa inti sel. Adapun pada hifa yang tidak bersekat, inti selnya tersebar di dalam sitoplasma yang disebut dengan sinositik. Seperti yang terlihat pada mikroskop, sel-sel jamur ini sudah memiliki membran inti sel, sehingga dikelompokkan sebagai organisme eukariotik. Dinding sel jamur ini terbuat dari kitin yang dapat memberikan bentuk dari sel-sel jamur.
Jalinan dan kumpulan hifa-hifa ini akan membentuk suatu miselium, dan miselium inilah yang tumbuh menyebar di atas substrat dan berfungsi sebagai penyerap makanan dari lingkungannya.
Kesimpulannya bahwa Jamur memiliki ciri-ciri, sebagai berikut:
- Tubuh bersel satu atau banyak.
- Tidak berklorofil, bersifat parasit atau saprofit.
- Dinding sel dari zat kitin.
- Tubuh terdiri dari benang-benang halus yang disebut hifa.
- Hifa bercabang-cabang membentuk anyaman yang disebut miselium.
- Keturunan diploid singkat.
- Reproduksi secara aseksual dengan pembentukan spora-spora. Jamur yang hidup di air pada umumnya dengan spora-spora yang berbulu cambuk, jamur yang hidup di daratan spora-spora ada yang dibentuk di dalam sel-sel khusus (misalnya pada asci) berupa endospora atau ada yang di luar, yaitu pada basidium sehingga disebut eksospora.
- Tumbuhan jamur merupakan generasi haploid (n).
Lalu, bagaimana cara jamur mendapatkan makanan? Seperti yang Anda lihat, karena jamur tidak mempunyai klorofil, jadi dia tidak dapat berfotosintesis, sehingga hidup secara heterotrof dengan memperoleh zat makanannya dengan cara menyerap dari lingkungannya atau substratnya. Tetapi makanannya yang masih berbentuk senyawa-senyawa kompleks akan diuraikan terlebih dahulu di luar sel jamur, yaitu dengan menghasilkan enzim-enzim hidrolitik ekstraseluler.
Makanan jamur bisa berasal dari sumber-sumber seperti tanah subur, produk makanan buatan pabrik, tubuh hewan atau tumbuhan, baik yang sudah mati (sebagai saprofit) atau yang masih hidup. Jamur yang hidup pada inang hidup dapat bersimbiosis mutualisme, yaitu dapat membantu tumbuhan memperoleh mineral dari tanah. Tetapi kebanyakan bersifat parasit, jamur ini memiliki haustorium, yaitu suatu hifa yang khusus digunakan untuk menyerap makanan dari inangnya.
2. Cara Bereproduksi Jamur
Secara alamiah, jamur dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu secara aseksual dan seksual.
a. Reproduksi Jamur Secara Aseksual
Secara aseksual dilakukan dengan pembelahan, yaitu dengan cara sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang serupa, penguncupan, yaitu dengan cara sel anak yang tumbuh dari penonjolan kecil pada sel inangnya atau pembentukan spora. Spora aseksual ini berfungsi untuk menyebarkan speciesnya dalam jumlah yang besar dengan melalui perantara angin atau air.
Ada beberapa macam spora aseksual, di antaranya seperti berikut.
- Konidiospora, merupakan konidium yang terbentuk di ujung atau di sisi hifa. Ada yang berukuran kecil, bersel satu yang disebut mikrokonidium, sebaliknya konidium yang berukuran besar dan bersel banyak disebut makrokonidium.
- Sporangiospora, merupakan spora bersel satu yang terbentuk dalam kantung yang disebut sporangium, pada ujung hifa khusus.
Ada dua macam sporangiospora yang tidak bergerak (nonmotil) disebut aplanospora dan sporangiospora yang dapat bergerak karena mempunyai flagela yang disebut zoospora.
- Oidium/artrospora, yaitu spora bersel tunggal yang terbentuk karena terputusnya sel-sel hifa.
- Klamidospora, merupakan spora bersel satu, berdinding tebal, dan sangat resisten terhadap keadaan yang buruk. Spora ini terbentuk dari sel-sel hifa yang somatik.
- Blatospora merupakan tunas/kuncup pada sel-sel khamir.
Perhatikan dan amati macam-macam spora aseksual pada gambar dibawah ini.
b. Reproduksi Jamur Secara Seksual
Perkembangbiakan secara seksual dilakukan dengan peleburan dua sel inti yaitu melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium menyebabkan terjadinya Singami, yaitu penyatuan sel dari dua individu. Reproduksi secara seksual ini lebih jarang dilakukan dan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan secara aseksual. Perkembangbiakan ini terjadi apabila berada dalam keadaan tertentu.
Singami terjadi dalam tiga tahap, yaitu plasmogami, kariogami, dan meiosis. Pada tahap plasmogami, terjadi penyatuan dua protoplas membentuk sel yang mengandung dua inti yang tidak menyatukan diri selama pembelahan sel (stadium dikariot). Pada saat bersamaan, terjadi pula pembelahan inti bersama. Setelah pembentukan benda buah, terjadilah peleburan sel haploid (kariogami) inti zigot yang diploid. Setelah ini, baru terjadi meiosis, yaitu pembelahan sel dan pengurangan jumlah kromosom menjadi haploid kembali.
Seperti halnya spora aseksual jamur, jenis spora seksual jamur pun bermacam-macam, yaitu sebagai berikut.
Tabel Macam-Macam Spora Seksual Jamur
No. |
Macam Spora Seksual Jamur |
Keterangan |
1. |
Askospora |
Merupakan spora bersel satu yang terbentuk di dalam kantung yang dinamakan askus. Dalam setiap askus terdapat askospora. |
2. |
Basidiospora |
Merupakan spora bersel satu yang terbentuk di atas struktur berbentuk gada yang dinamakan basidium. |
3. |
Zygospora |
Merupakan spora besar berdinding tebal, terbentuk dari ujung-ujung dua hifa yang serasi yang dinamakan gametangia. |
4. |
Oospora |
Merupakan spora yang terbentuk dari pertemuan antara gamet betina (oogonium) dan gamet jantan (anteridium), sehingga akan terjadi pembuahan (oosfer) dan akan menghasilkan oospora. |
Contoh macam-macam spora seksual bisa kalian lihat dibawah ini.