Setiap bisnis perlu berinovasi dalam perkembangan produknya, hal ini dilakukan supaya seseorang yang mendalami pekerjaan di bidang wirausaha tetap unggul dalam persaingan. Tidak ada bisnis yang dapat terus menawarkan produk yang sama atau tidak berubah sama sekali. Jika hal tersebut terjadi maka penjualan dan laba akan mengalami penurunan.
Mengapa harus melakukan pengembangan produk baru dalam sebuah bisnis ?
Diagram di bawah ini menggambarkan alasan mengapa seorang wirusaha harus mengembangkan produk baru.
Pada diagram di atas, dapat dilihat beberapa alasan mengapa harus dilakukan pengembangan produk baru. Beberapa alasan tersebut, di antaranya sebagai berikut.
- Kebutuhan dan Keinginan Konsumen Berubah
Kebutuhan dan keinginan konsumen terus berubah. Seorang wirausaha harus dapat menanggapi perubahan kebutuhan dan keinginan konsumen melalui pengembangan produk yang ditawarkan. Jika tidak, konsumen akan beralih ke produk pesaing yang memuaskan “kebutuhan dan keinginan” mereka. Misalnya konsumen menjadi lebih sadar kesehatan, ini memaksa perusahaan untuk memperkenalkan produk-produk rendah gula, garam dan lemak. Coca-Cola Zero yang tidak mengandung gula adalah contoh klasik dari pengembangan produk baru meskipun jajaran produk Coca-Cola yang ada sudah mengandung diet coke. Baik diet Coke dan Coca-Cola Zero tidak mengandung gula tetapi rasanya berbeda.
- Produk mencapai akhir dari siklus hidup produknya
Produk yang berada pada tahap akhir siklus hidupnya, harus mulai diperbaharui dengan berbagai inovasi. Sehingga produk dapat kembali hidup dan dapat memulai siklus hidupnya yang baru. Misalnya, Microsoft melakukan pengembangan produk dari Xbox ke Xbox 360 dan sekarang edisi terbatas Xbox 360 memungkinkan Microsoft untuk me-refresh produk melalui perubahan kecil.
- Produk berada pada tahap kematangan siklus hidup produk
Produk yang sedang berada pada tahap kematangan siklus hidup perlu modifikasi untuk merangsang peningkatan penjualan. Misalnya, dengan menambahkan beberapa fitur pada sebuah ponsel atau memberikan corak tambahan dan aksesoris tambahan pada produk yang akan ditawarakan dan lain sebagainya.
- Perubahan Lingkungan
Adanya perubahan lingkungan yang ingin dimanfaatkan oleh wirausahawan. Perkembangan teknologi khususnya pada jaringan internet memungkinkan wirusahawan untuk memperkenalkan produknya melalui media sosial, memasarkannya melalu marketplace, memasarkannya secara langsung ataupun membuat konten di situs youtube untuk mempromosikannya dan lain sebagainya. Perubahan-perubahan lingkungna teresbutlah yang dimanfaatkan sehingga dengan adanya perubahan lingkungan tersebut wirausahawan harus mampu mengembangkan produk untuk mengimbanginya.
- Pesaing
Pesaing dapat memaksakan perubahan. Misalnya, di pasar teknologi seperti gadget, dimana terus menerus muncul produk baru dan terus-menerus diperkenalkan ke pasar sasaran yang menerima perubahan dan inovasi. Konsumen teknologi tidak takut untuk mencoba produk baru, bahkan mereka sering menginginkan gadget terbaru untuk diperlihatkan kepada teman dan kolega. Jika suatu produk berhasil maka pesaing akan berusaha mengembangkan produk serupa. Bahkan Google mengatakan bahwa mereka mengembangkan sistem operasi Android untuk mencegah pasar teknologi untuk produk-produk seperti ponsel dan tablet yang didominasi oleh satu pemasok.
- Semua Produk Mengalami Masalah
Masalah-masalah yang dihadapi dalam berwirausaha, seperti penjualan yang buruk atau mendapatkan reputasi negatif dari konsumen. Menandakan harus ada pengembangan produk dengan berinovasi pada produk yang ada atau memunculkan produk lain yang memiliki keunggulan berbeda dengan produk yang sebelumnya. Keunggulan produk baru dapat mengurangi reputasi negatif. Jika berhasil, maka akan meningkatkan penjualan dan keuntungan bagi wirusahawan. Proses pengembangan produk baru bagi sebuah usaha atau bisnis sangatlah penting karena dapat membantu wirausahawan untuk dapat berkompetisi atau bersaing serta unggul dibandingkan pesaing yang ada. Jika pengembangan produk tidak dilakukan, maka pesaing akan mencuri semua pelanggan dan konsumen yang menjadi segmen pasar kita.
Pengembangan Produk Menggunakan Tahapan Desain Sprint
Dalam pembuatan startup baru atau memulai suatu bisnis, ada tahapan atau metode lain yang dapat digunakan selain tahapan dengan desain thingking. Tahapan tersebut adalah desain sprint.
Design thingking, berkembang sebelum desain sprint. Desain thingking dikembangkan oleh David Kelley dan Tim Brown sebagai pendiri IDEO. Namun saat ini, banyak yang berpendapat jika desain sprint lebih efektif dan efisien dibandingkan design thingking. Karena pembuatan yang lebih cepat dan sederhana, Design sprint dianggap merupakan versi praktis dari design thingking. Design thingking merupakan sebuah mindset atau pola pikir yang lebih mengutamakan konsumen dalam proses pengembangan produk maupun dalam proses inovasi produk.
Design sprint yang dikenalkan oleh Jake Knapp adalah tahap-tahap dalam memunculkan inovasi dengan menggunakan prinsip dari design thingking. Perbedaan antara keduanya terdapat pada aspek yang menjadi fokus pembahasan. Apabila design thingking lebih fokus kepada informasi-informasi secara kualitatif sedangkan Design sprint lebih fokus kepada solusi nyata yang diciptakan dalam waktu singkat. Selain itu, perbedaan keduanya terdapat pada kekuatan utama yang dihadirkan. Design thingking memiliki teknik-teknik metodologi yang mendalam sebagai kekuatan utamanya, namun memerlukan waktu yang cukup lama dalam membuatnya. Sedangkan Design sprint kekuatan utamanya adalah adanya proses berbagi ide dan pandangan, pembuatan prototipe, dan pengujian prototipe yang semuanya itu dilakukan dalam waktu 5 hari saja.
Contoh kasus yang dapat dijadikan gambaran perbedaan antara design thingking dan Design sprint adalah Rina mendirikan sebuah warung piza, jika warung lain membuat piza dengan waktu 30 menit, sedangkan Rina mampu membuat pizza hanya dalam waktu 10 menit saja dengan teknik tertentu.
Pada contoh di atas, Rina telah menerapkan design thingking pada saat membuka warung pizza, tetapi ketika Rina dapat membuat pizza lebih cepat, maka Rina telah menerapkan design sprint. Jadi jika design thingking lebih fokus bagaimnaa membangun bisnis, seperti menyiapkan modal, menyiapkan alat dan bahan, dan sebagainya, sedangkan Design sprint lebih forkus kepada resep atau cara-cara pembuatan produknya.
Kesimpulannya adalah design thinking merupakan dasar dalam berinovasi, sedangkan design sprint adalah metode yang paling inovatif untuk mengaplikasikannya secara sistematis.
Desain Sprint
Design sprint terdiri dari lima tahap yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penting dari sebuah perencanaan bisnis atau usaha. Selama lima hari, setiap anggota bekerja secara tim dan melakukan diskusi dimana setiap anggota diberi kebebasan dalam mengungkapkan gagasan dan ide-idenya, yang pada akhirnya akan digunakan dalam proyek bisnis yang akan dijalankan. Design sprint dapat digunakan kapan pun jika perusahaan membutuhkannya. Misalnya, di awal memulai bisnis atau usaha, pada saat perusahaan menghadapi hambatan bisnis, dan pada saat perusahaan ingin meningkatkan kekuatan internal perusahaan agar mencapi target yang diinginkan.
Cara Kerja Design Sprint
Pada proses Design sprint diperlukan beberapa perlengkapan untuk melakukan diskusi tim, di antaranya, Sticky Notes, Voting Dot Stickers (Kumpulan sticker warna-warni yang bisa jadi penanda pilihan voting), Alat Tulis, dan Buku Catatan, stabilo, papan tulis, dan spidol warna warni. Selain itu, hal yang harus diperhatikan adalah penentuan lokasi atau tempat untuk dilakukan diskusi tersebut. Lokasi atau tempat yang dipilih adalah tempat yang kondusif, nyaman, tidak ramai. Sehingga, setiap anggota tim tidak terpecah konsentrasinya pada saat melakukan diskusi. Jadi, suasana pada saat diskusi harus dibuat serius tapi santai.
Beberapa aturan yang harus dipahami sebelum dilakukan proses design sprint yaitu sebagai berikut.
- Adanya Team Leader yang disebut sebagai Sprint Master.
- Sprint Master tidak harus CEO atau pimpinan perusahaan atau manager, tetapi orang yang mampu memimpin diskusi.
- Setidaknya harus ada 3 orang atau lebih dalam proses diskusi Design sprint.
- Sprint Master yang akan membuat keputusan dari ide dan gagasan yang diutarakan setiap masing-masing anggota tim.
Jika semua telah siap, selanjutnya mulai melakukan lima tahapan dalam design sprint, yaitu sebagai berikut.
Lima Tahapan Design Sprint
Hari Pertama: Pahami (Understanding)
Pada tahap ini yang dilakukan adalah proses memahami komponen masalah pada proyek bisnis yang akan dijalankan. Seluruh komponen tersebut termasuk business goals atau tujuan dari bisnis, siapa stakeholder-nya atau penanggung jawabnya, bagaimana kebutuhan konsumen, dan kekuatan apa yang dimiliki perusahaan. Misalnya, perusahaan yang bergerak di bidang percetakan harus memiliki kapasitas atau kemampuan teknologi percetakan yang canggih.
Strategi bisnis yang akan dijalankan perusahaan perlu dipahami secara menyeluruh dan mendalam mengenai bisnis atau usaha apa yang akan dijalankan. Masing-masing anggota tim perlu memahami yang mereka kerjakan dan mendapatkan feed back dari apa yang telah mereka kerjakan. Hal yang sama juga berlaku pada konsumen, mereka harus merasakan dampak dari perubahan dari apa yang telah dikerjakan oleh tim. Selain itu, setiap anggota harus mengenali siapa pemimpin perusahaan dan konsumen atau target pasar.
Beberapa teknik yang dapat dilakukan pada tahap memahami, yaitu sebagai berikut.
- Wawancara kepada konsumen yang bertunuan untuk mengetahui masalah secara detail.
- Membuat grup member dari konsumen, sehingga kita dapat lebih memahami kebutuhan dan masalah dari member.
- Melakukan survey untuk memahami konteks teknologinya, kebutuhan dan masalah dari orang-orang.
- Analisis masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Hari Ke-2: Kembangkan (Diverge)
Pada tahap kedua ini, merupakan tahap pemecahan masalah atau problem solving. Jadi fokus pada tahap ini adalah mencarikan solusi dari permasalahan yang diketahui pada tahap satu. Selain itu juga, pada tahap ini dilakukan penentuan startegi yang digunakan dalam memecahkan masalah tersebut. Agar masalah tidak melebar kemana-mana, maka diperlukan pembatasan masalah. Fokus pada masalah yang sudah dirumuskan bersama. Apabila muncul masalah lain, maka perlu dilihat apakah masalah tersebut merupakan masalah yang harus dicari solusinya dengan segera atau tidak. Jika tidak maka lebih baik diabaikan.
Hari ke-3: Putuskan (Decide)
Pada tahap “Putuskan” di hari ke-3 ini, dilakukan pemungutan suara atau voting untuk menentukan ide dan gagasan terbaik yang akan diimplementasikan pada proyek bisnis yang akan dijalankan. Kemudian proses terakhir pada tahap ini adalah membuat gambar kerja yang akan menjadi patokan untuk proses berikutnya.
Hari ke-4: Buat Prototipe (Create Prototype)
Tahap ke-4 ini, merupakan proses pembuatan prototipe dari gambar kerja yang telah dibuat pada tahap sebelumnya. Prototipe yang dibuat nantinya kan ditunjukkan atau ditampilkan dihadapan konsumen pada tahap berikutnya. Hal yang harus diperhatikan adalah biaya pembuatan prototipe harus ditekan sedemikian rupa, karena prototipe yang dibuat bukan produk asli yang akan diluncurkan ke pasar. Namun tetap diperlukan ketelitian dalam prosesnya, agar bisa mengetahui tanggapan konsumen apabila produk tersebut diluncurkan secara resmi.
Hari ke-5: Validasi (Validate)
Pada tahap “Validasi” di hari ke-5 ini, prototipe akan diuji dan dievaluasi oleh para konsumen. Namun dalam prose pengujian ini, diperlukan ketelitian dalam memilih konsumen yang tepat untuk dijadikan penguji dari prototipe tersebut. Konsumen yang dipilih adalah seseorang yang memiliki wawasan atau keahlian cukup di bidang terkait produk yang akan dirilis. Perusahaan atau tim pengembang tidak boleh menguji prototipe yang telah dibuat, untuk menghindari penilaian yang bias dari prototipe tersebut. Penguji yang dipilih harus mewakili keinginan dan kebutuhan semua konsumen.
Manfaat Design Sprint
Penerapan Design sprint dapat bermanfaat bagi seorang wirausahawan dalam menjalankan atau memulai usahanya. Berikut beberapa manfaat yang didapatkan, yaitu:
- Cara praktis untuk mendapatkan solusi dari berbagai permasalahan dan tantangan yang ada.
- Hasil cepat dan efektif.
- Resiko yang lebih kecil.
- Kolaborasi yang efisien dan demokratis.
- Menunjukkan penghargaan pada pengguna atau konsumen.