Perajin Batik dan Industri Batik
Pada awalnya, seni batik hanya ada di lingkungan keraton. Hal ini sebagai salah satu cara untuk menunjukkan eksistensi para aristokrat pada karya seni yang dihasilkan. Namun pada waktu sekarang, seni batik sudah menyebar luas di masyarakat bahkan profesi sebagai pembatik sudah menjadi mata pencaharian masyarakat terkhusus kaum perempuan.
Di daerah Jawa Tengah telah berkembang pesat para perajin batik/pembatik dan industri batik seperti di Yogyakarta dan Surakarta. Di Yogyakarta, industri batik juga mengalami pasang surut. Menurut Nurainun (2008), pada tahun 1970an, terdapat 1200 unit usaha batik dan sampai dengan tahun 2008, tinggal 400 unit usaha yang bertahan. Sementara itu dari data Koperasi Batik Persatuan Pengusaha Batik Indonesia di Yogyakarta, dari 116 unit usaha batik, kini tinggal 16 usaha saja, sedangkan yang benar-benar menjalankan usah batik hanya 5 unit. Sementara itu di Gunung Kidul, data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi DIY menyatakan bahwa jumlah industri batik tulis dari tahun 2003-2004 menurun drastis dari 107 unit usaha menjadi 8 unit saja. Tren penurunan jumlah unit usaha juga terjadi di koperasi Kobat Tantama bahwa lebih dari 70% anggotanya sudah tidak aktif lagi bergerak di sektor industri batik dari total anggota berjumlah 132 perajin.
Tren penurunan unit usaha juga terjadi pada batik Lasem. Diawali pada tahun 1950an, terdapat 140 pengusaha batik kemudian merosot menjadi 70 pengusaha batik di tahun 1970an. Di tahun 2008, hanya 12 orang saja yang bertahan menjalani bisnis batik. Hal utama yang mendasari pudarnya sinar industri batik Lasem yaitu sumber daya manusia. Tidak ada regenerasi pembatik muda karena batik Lasem sebagian besar merupakan batik tulis.
Adapun industri batik di Pekalongan masih bertahan sampai sekarang bahkan cenderung prospektif. Menurut Nurainun (2008), mengatakan:
“Dari data pemerintah Pekalongan diketahui terdapat 1719 pengrajin batik yang tersebar di tiga kecamatan yaitu Pekalongan Barat, Pekalongan Timur, dan Pekalongan Selatan. Terdapat 600 perusahaan batik dan 700 perusahaan garmen. Memiliki empat grosir besar yaitu Sentono (225 kios), Pasar Gamer (350 kios), Mega Grosir MM (150 kios) dan pasar Metono”.
Sementara itu industri batik di Solo juga megalami peningkatan mulai satu dekade silam. Ada dua sentra batik di Solo yang perpusat di Laweyan dan Kauman. Di Laweyan, telah terbentuk Forum FPKBL yakni Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan dengan ketua Alpha Febela Priyatmono. Kampoeng Batik Laweyan didominasi pelaku usaha menengah dan besar sejak puluhan bahkan ratusan tahun lalu. Ada 93 pelaku usaha di Laweyan, lebih dari 50 % adalah pelaku usaha kecil yanng pekerjanya kurang dari 7 orang,´ ujar Alpha Febela kepada Tempo, Jumat 3 Mei 2013.
Sementara itu Kampoeng Batik Kauman juga terlihat denyut industri perbatikannya. Sejak Februari 2006 dibentuklah Paguyuban Kampoeng Batik Kauman. Saat ini klaster Kampoeng Batik Kauman memiliki 72 anggota dan yanag sudah bergabung dalam koperasi ada 40an anggota.
Sementara di Cirebon, terdapat Kampung Batik Trusmi yang merupakan pusat industri wisata batik di Cirebon. Kampung ini mencakup lima desa yaitu Desa Trusmi Wetan, Trusmi Kulon, Panembahan, Wot Gali, dan Weru. Menurut Kabid Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon , Supardi terdapat 402 unit usaha kerajinan batik, namun banyak yang terbentur modal.
Untuk batik Lasem kabupaten Rembang, sumber dari Dinas Indagkop UKM Kabupaten Rembang tahun 2012 menyebutkan terdapat 54 pengusaha industri batik Lasem dengan produktifitas per bulan sekitar 16 ribu lembar dan menyerap tenaga kerja sejumlah 2119 orang. Di tahun 2013, jumlah pengusaha industri batik naik menjadi 71 orang dengan produktifitas per bulan mencapai 20 ribuan lembar dan menyerap tenaga kerja sejumlah 4.457 orang. Pada tahun 2014, tren kenaikan terus terjadi, ada 84 orang pengusaha batik dengan produktifitas per bulan mencapai 24 ribu lembar dan melibatkan 4.620 orang. Dari sekian orang yang terjun di industri batik, tercatat sebanyak 7 orang pengusaha batik Lasem yang telah melindungi karyanya dengan mengajukan merk dagang ke Kementerian Hukum yang terdiri dari Sekar Mulyo Art, Sorkak Sorgung Art, Batik Kresno Aji, Hamdan Batik, Dampo Awang Art, Purnama Art, dan Sola Gracia Art (sumber: Radio Citra Bahari FM Rembang)
Adapun di luar pulau Jawa, terdapat batik Madura dan batik Bali. Di Madura, data dari DISPERINDAG Pamekasan menguraikan bahwa lokasi kerajinan batik di Pamekasan menyebar di 11 kecamatan dengan jumlah terbanyak di kecamatan Proppo. Lokasi ini berdekatan dengan keraton sehingga lumrah jika ada jejak warisan batik yang melimpah di sana. Pemerintah Kabupaten Pamekasan mengembangkan sentra-sentra industri batik tulis yang keseluruhannya mencapai 28 sentra, tersebar di tujuh kecamatan. Adapun rinciannya sebagai berikut: Kecamatan Pamekasan 5 sentra, kecamatan Proppo 12 sentra, kecamatan Palengan 6 sentra, Kecamatan Waru 1 sentra, kecamatan Pegantenan 2 sentra, kecamatan Galis 1 sentra, dan kecamatan Tlanakan 1 sentra.
Sementara batik Bali terpusat di kota Denpasar sebagai ibukota Bali. Menurut Biomantara (2014) Industri kain batik di kota Denpasar adalah industri terbanyak di Provinsi Bali. Dengan jumlah 61 unit usaha dan menyerap tenaga kerja sebanyak 417 orang dengan nilai investasi sebesar 2.037.600.000 rupiah jumlah industri batik di Kota Denpasar dari tahun 2008 s/d 2010 sejumlah 71 unit industri, tahun 2011 sejumlah 73 unit industri dan tahun 2012 turun menjadi 61 unit industri. Terdapat satu daerah lagi yang juga memproduksi kain batik yaitu Kabupaten Badung sebanyak 3 unit usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 58 orang.
Dari sekian banyak unit usaha batik yang tersebar, maka mulailah dikenal istilah yang merujuk pada batik tertentu sesuai dengan motif, ragam hias dan asal batik tersebut dibuat. Oleh karena itu kini kita mengenal yang namanya Batik Solo, Batik Yogyakarta, Batik Betawi, Batik Cirebon, Batik Rembang, Batik Pekalongan, Batik Madura, Batik Semarang, Batik Bali dan batik lainnya yang tersebar di Nusantara.
Event Bertema Batik
“Bangsa yang besar adalah adalah bangsa yang menghargai budayanya, Indonesia layak disebut bangsa yang berbudaya” Itulah kutipan kalimat dari Nelson Mandela, seorang pejuang apartheid yang pernah menjabat sebagai Presiden Afrika Selatan. Penghargaan batik sebagai warisan budaya sendiri inilah yang mengantarkan negara Indonesia mendapatkan pengakuan dunia yang diwakili oleh UNESCO bahwa Batik adalah Indonesia Cultural Heritage dan masuk dalam daftar World Heritage. Pengakuan dunia atas batik Indonesia juga harus diikuti oleh tindakan nyata bangsa Indonesia untuk melestarikan warisan budaya seni batik. Salah satu tindakan nyata untuk membangkitkan kesadaran akan rasa memiliki batik dan melestarikannya yaitu dengan menyelenggarakan event atau acara-acara bertema batik.
Event lokal bertema batik sudah rutin diselenggarakan di berbagai daerah seperti di Solo ada “Solo Carnival: Batik is my Life” yang dijadwalkan pada tanggal 21 Februari 2016; Java Expo 2016, Pameran Nasional yang mengkolaborasikan sektor pariwisata, perdagangan dan investasi yang diikuti oleh peserta di wilayah Indonesia dan dijadwalkan pada tanggal 4-8 Mei 2016; Solo Investment Trade and Tourism Expo 2016, merupakan kolaborasi pameran investasi, perdagangan dan pariwisata untuk memperkenalkan potensi investasi dan pariwista di Solo; Solo Batik Carnival yakni karnaval yang menganbil tema batik yang dijadwalkan pada Juli 2016; Solo Batik Fashion, menampilkan desain batik yang bisa digunakan sebagai tolok ukur busana batik nasional dan event ini dijadwalkan pada Oktober 2016; Pasar Seni Balekambang, yakni pasar seni budaya yang beraneka ragam dan dijadwalkan pada Oktober 2016.
Adapun event bertema batik di Yogyakarta seperti Demo Membatik yang diadakan oleh Tembi Rumah Budaya di Bantul dan diadakan setiap Minggu yang bertujuan untuk mengenalkan budaya batik pada masyarakat; TEBAKIN merupakan pameran tenun, batik dan kain khas Nusantara dijadwalkan pada bulan Agustus 2016; Jogja Fashion Week akan digelar bulan Mei 2016.
Sementara itu di beberapa kota lain juga menyelenggarakan event-event yang mendukung karya seni batik. Di Pekalongan ada Pekan Batik Internasionl yang dijadwalkan bulan Oktober tahun ini. Selain itu ada juga Kirab Budaya Kota Pekalongan dan Karnaval Batik Pekalongan. Acara ini menampilkan seluruh potensi budaya di Pekalongan.
Adapun Lasem juga menyelenggarakan Karnaval Batik Lasem yang baru diluncurkan pada tahun 2013 silam. Sedangkan Bali yang menjadi maskot pariwisata Indonesia mengusung Pesta Kesenian Bali. Acara ini bulan Juni pada hari Sabtu minggu kedua dan hari Sabtu minggu kedua bulan Juli. Acara ini merupakan pameran berbagai macam karya seni dan pencapaian seni yang dikunjungi oleh turis domestik dan manca negara Sedangkan Cirebon juga menyelenggarakan event budaya seperti Pagelaran Seni Keraton Kasepuhan. Pagelaran ini menampilkan bermacam karya seni termasuk batik yang sudah dipakai para aristokrat di sana sejak dulu. Di dalam acara ini termasuk lomba Duta Batik Cirebon.
Adapun pemerintah juga berperan aktif dalam mengusung seni batik yang diwujudkan dalam event-event nasional dan diikuti oleh para perajin di Indonesia diantaranya Festifal Batik Bordir dan Tenun Nusantara 2016 di Graha Manggala Siliwangi Bandung; Pameran Produk Unggulan Koperasi, UKM, dan PKBL 2016 di Java Mall Semarang; Pameran Fashion Batik Handycraft di Bellevue Mall Lebak Bulus Jakarta; Batik Bordir Accessories Fair di Grand City Surabaya; Gebyar Wisata Budaya dan Nusantara 2016 di JCC Jakarta; Gelar Batik Nusantara di JCC Jakarta; Inacraft di JCC yang menampilkan beragam karya seni Indonesia.
Kegitan tersebut diatas dilakukan secara kontinyu dan terencana sehingga lambat laun membentuk kesadaran masyarakat pada warisan seni batik yang akhirnya dilekatkan sebagai identitas budaya bangsa. Selain itu, kegiatan tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan gairah industri pariwisata yang dapat menarik wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara agar turut mengenal dan mempopulerkan ciri khas seni adiluhung dari Indonesia berupa seni batik.
Museum Batik
Museum batik melakukan berbagai upaya untuk melestarikan seni batik diantaranya pengadaan koleksi, tindakan konservasi terhadap koleksi, dan tindakan preventif dalam pelestarian koleksi. Tidak dipungkiri bahwa saat ini museum menghadapi beberapa kendala dalam upaya pelestarian batik diantaranya sarana dan prasarana museum, tenaga kerja, dan pendanaan. Jika melihat peran museum di luar negeri, maka kesan yang berbeda akan kita temui. Museum di luar negeri memegang peranan penting dalam pelestarian budaya. Hal ini didukung oleh tingkat kemakmuran negara tersebut, tingkat pendidikan dan kesadaran kolektif yang semuanya berpartisipasi aktif melestarikan warisan budayanya. Hal inilah yang patut kita petik karena sarat pelajaran berharga sehingga nantinya museum batik di Indonesia juga mengalami perkembangan dan kemajuan dalam peranannya melestarikan seni batik Nusantara.
Tujuan Wisata
Setelah diakui oleh UNESCO bahwa batik merupakan Indonesian Cultural Heritage, maka geliat industri batik dan pariwisata batik semakin terlihat nyata. Digelarnya event-event rutin yang bertema batik setiap tahun telah mengundang para turis baik domestik dan luar negeri untuk datang melihat, membeli dan bahkan investasi. Virus positif akan kegiatan ini terbaca dari maraknya penjualan batik, padatnya akomodasi dan perhotelan, larisnya restoran yang otomatis mengangkat kemakmuran masyarakat yang bersinggungan dengan acara tersebut.
Gema wisata juga didengungkan di Kampoeng Batik ± kampoeng Batik yang tidak hanya memproduksi dan menjual batik akan tetapi juga menawarkan wisata edukasi. Salah satu jenis wisata edukasi di kampoeng batik yaitu melihat proses pembatikan dan diajari cara membatik menggunakan canting dengan media kain kecil seukuran sapu tangan atau taplak meja. Para pengunjung akan mempraktekkan cara membatik dengan canting yang nantinya akan di berikan kepada pengunjung sebagai kenang kenangan. Pengalaman membatik sendiri inilah yang menjadi suguhan unik sehingga banyak pengunjung yang penasaran dan ingin mencoba.
Selain kampoeng batik, ada juga trade center atau pusat batik yang menjual berbagai macam kain batik dan baju batik jadi. Wisatawan bisa membeli batik di tempat ini secara eceran dan kodian. Tugas bangsa Indonesia dalam melestarikan batik khususnya di industri pariwisata yakni bagaimana caranya membawa batik sebagai “souvenir wajib” sehingga tidak pas kiranya jika berkunjung ke Indonesia tanpa membeli kain batik.