Pendahuluan
Batik selain menampilkan simbol identitas, juga menyimpan jejak sejarah budaya dan filosofi kehidupan warga setempat. Harumnya nama dan tingginya derajat suatu bangsa terletak pada budayanya. Pada umumnya orang hanya bisa mengenakan batik namun tidak memahami maknanya. Secara budaya, batik bukan sekedar pakaian, namun memuat nilai filosofi yang tinggi (Marwiyah. 2005: 28). Di balik goresan tinta yang dituangkan pembatik ke kain, pasti ada makna dan sejarah yang disematkan, yang terukir indah berbentuk batik. Setiap batik yang dihasilkan tiap daerah mempunyai ciri khusus dan menggambarkan kehidupan warga setempat, begitupun dengan batik bakaran, batik yang terletak di daerah pesisir ini memiliki ciri khusus yang membedakan batik bakaran dengan batik pesisir lainnya.
Kabupaten Pati memiliki batik khas yang ada di Desa Bakaran Wetan dan Desa Bakaran Kulon. Masyarakat setempat menyebut batik ini dengan sebutan batik bakaran, batik bakaran bukan batik dengan proses pengerjaan yang dikerjakan dengan cara dibakar akan tetapi disebut batik bakaran karena terletak di Desa Bakaran. Industri batik yang ada di Desa Bakaran ini dalam perkembangannya mampu menyerap banyak tenaga kerja wanita. Batik bakaran merupakan batik pesisiran, akan tetapi batik bakaran berbeda dengan batik pesisiran lainnya, karena biasanya batik pesisiran cenderung berwarna cerah dan berani batik bakaran cenderung berwarna gelap. Batik bakaran identik dengan warna cokelat dan hitam.
Para wanita yang bekerja di industri batik tulis bakaran mempunyai peran yang sangat penting. Wanita selain sebagai ibu rumah tangga juga berprofesi sebagai tenaga kerja wanita. Setiap hari para wanita yang bekerja sebagai pembatik, menghabiskan waktunya untuk membuat batik di industri tempat mereka bekerja. Etos kerja yang dimiliki para pembatik sangat tinggi. Sebagian besar wanita yang ada di Desa Bakaran, baik Desa Bakaran Wetan maupun Desa Bakaran Kulon merupakan para wanita yang memiliki semangat kerja tinggi.
Wanita selain sebagai pengelola perusahaan, juga berperan sebagai ibu rumah tangga. Wanita dengan sifatnya yang tekun, teliti, sabar dan halus sangat identik dalam pembuatan batik. Kedudukan seorang ibu dalam status masyarakat Bakaran menempati posisi teratas. Hal ini dikarenakan wanita juga berperan sebagai pimpinan dalam mengelola perusahaan. Status seorang ibu ini berbeda dengan masyarakat Pati pada umumnya yang menempatkan seorang ibu dalam posisi kedua setelah seorang ayah. Pembuatan batik dominan dilakukan oleh wanita, rumitnya motif- motif batik mereka kerjakan dengan teliti dan tekun.
Wanita yang bekerja sebagai pembatik di Desa Bakaran Wetan dan Desa Bakaran Kulon, rata- rata berusia lebih dari 40 tahun. Membatik bukan perkara mudah, karena dibutuhkan kesabaran dan ketekunan dalam proses pembuatannya. Selain itu dibutuhkan orang yang memiliki jiwa seni membatik untuk dapat mengembangkan motif batik yang ada. Para wanita yang berprofesi sebagai pembatik dalam pembelajaran pembuatan batik dilakukan secara turun temurun oleh orang tua mereka atau orang yang lebih tua. Batik bakaran dalam proses pengerjaannya dilakukan oleh tenaga manusia dan sebagian besar dilakukan oleh wanita.