Wanita dan fashion adalah dua hal yang tak bisa terpisahkan. Untuk itulah wanita sering mengejar fashion terbaru dalam berpenampilan. Tentu saja karena mereka ingin terlihat cantik dan menarik.
Dalam menjahit pakaian wanita pun, kita perlu tahu perkembangan fashion. Namun untuk penjahit yang baru belajar, alangkah baiknya jika kita mengesampingkan fashion terlebih dulu. Yang terpenting adalah bagaimana membuat pakaian wanita dengan desain-desain yang sederhana, seperti daster dan kebaya kutu baru yang akan kita bahas berikut ini.
A. Pola Daster
Siapa yang tak mengenal daster? Sebagian wanita, terutama ibu-ibu rumah tangga, beranggapan bahwa daster merupakan pakaian ternyaman yang dikenakan oleh wanita. Hal ini dikarenakan daster memiliki bentuk potongan yang sangat sederhana, dengan ukuran yang relatif longgar, sehingga cocok digunakan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari atau hanya untuk sekadar bersantai.
Bentuk potongan daster tidak banyak memiliki lekuk badan, bahkan cenderung lurus. Bahan untuk membuat daster sangat bervariasi, misalnya bahan kaos atau bahan katun. Corak kain daster pun juga beragam. Misalnya saja, daster untuk kaum remaja, biasanya terbuat dari bahan kaos dengan motif boneka kartun. Sedangkan daster untuk kaum ibu-ibu, biasanya terbuat dari kain katun dengan motif batik atau motif bunga.
Berikut ukuran standar dari pola daster:
Ukuran |
Kecil |
Sedang |
Besar |
Lingkar badan |
84 + 4 = 88 |
88 + 4 = 92 |
90 + 4 = 94 |
Panjang dada |
32 |
33 |
34 |
Lebar dada |
31 |
32 |
33 |
Panjang punggung |
37 |
38 |
39 |
Lebar punggung |
33 |
34 |
35 |
Lebar bahu |
12 |
12 |
13 |
Lingkar panggul II |
84 + 4 = 88 |
90 + 4 = 94 |
94 + 4 = 98 |
Panjang rok |
58 |
60 |
65 |
Keterangan:
Cara membuat pola daster sebenarnya sama dengan cara membuat pola gaun untuk wanita dewasa, hanya saja ada sedikit perubahan sebagai berikut:
√ JL = AB + 8 cm
√ KI + WU + 8 cm
√ Dari titik garis lurus dengan L’
√ Dan dari titik C’ ditarik garis lurus dengan Z’
Bentuk pola daster
B. Pola Kebaya
Kebaya merupakan blouse tradisional yang sangat identik dengan wanita Indonesia. Dalam pemakaiannya, kebaya biasa dipadukan dengan kain batik, kain jarit, sarung atau kain songket. Dulu, bahan untuk membuat kebaya sangat tipis, namun sekarang bahannya beragam dengan motif yang beragam pula.
Menurut asal katanya, kebaya berasal dari bahasa Arab yaitu ‘Abaya’, yang artinya pakaian. Kebaya disinyalir berasal dari negara Cina yang kemudian menyebar ke Malaka dan Indonesia, terutama Jawa, Sumatera, Bali, dan Sulawesi. Namun dalam perkembangannya, setelah mengalami akulturasi budaya, kebaya mampu diterima sebagai pakaian adat setempat. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa kebaya memang pakaian adat asli Indonesia. Hal ini setelah menilik bahwa bentuk kebaya memang berbeda dengan pakaian adat Cina yang sering disebut dengan Cheongsam.
Bentuk awal kebaya pertama kali ditemukan pada masa kerajaan Majapahit. Pada saat itu kebaya dipadukan dengan kemben yang sering dipakai oleh wanita- wanita di kerajaan, yang sekaligus menunjukkan bahwa pemakainya adalah kaum aristokrat. Kebaya menjadikan tubuh wanita-wanita pada saat itu terbungkus secara lugu dan sederhana, sehingga mampu diterima oleh agama Islam yang pada saat itu juga sedang berkembang pesat.
Berikut ketentuan dalam pola kebaya kutu baru:
Pola bagian depan:
Titik digeser ke kanan 1 ½ cm
S – L = leher belakang yang telah dibesarkan 1 ½ cm.
Dari titik L tegak lurus ke kiri dengan perpanjangan garis.
M’M ketemu titik U.
Dari U – U’ naik 1 cm ke atas
Pola bagian belakang:
Pola bagian belakang lehernya dibesarkan selebar 1 ½ cm.
Pola lengan:
K – S = 1/10 lingkar badan + 9 cm
T – S = tinggi puncak
T – p = panjang lengan
T – S’ = panjang siku
S’ – K’= ½ lingkar siku
P’ – P = ½ lingkar pergelangan tangan
Pola kebaya kutu baru: