Tanaman secang merupakan jenis tumbuhan herbal yang digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai campuran air minum sehari-hari. Serpihan batang secang diberikan ke dalam air minum menjadikan air berwarna kemerahan. Tumbuhan ini mengandung senyawa flavonoid dan terpenoid yang bermanfaat sebagai antioksidan. Oleh karena itu, kayu secang berpotensi sebagai minuman herbal untuk kesehatan dan juga pengobatan.
Indonesia memiliki berbagai jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-obatan, diantaranya obat tradisional, minuman herbal atau jamu. Pemanfaatan tumbuh – tumbuhan sebagai obat-obatan sudah menjadi tradisi dan budaya khusus masyarakat di pedesaan Indonesia.
Sejak tahun 1985, WHO (World Health Organization) telah memprediksi bahwa sekitar 80% penduduk dunia telah memanfaatkan tumbuhan obat (herbal medicine, phytotherapy, phytomedicine, atau botanical medicine) untuk kesehatan. Pada tahun 2003, WHO merekomendasikan pemanfaatan obat tradisional dan herbal untuk kesehatan, pencegahan dan pengobatan, terutama penyakit kronis, degeneratif dan kanker.
Satu diantara spesies tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah secang (Caesalpinia sappan L.), tergolong tumbuhan herbal yang tumbuh alami pada hutan-hutan sekunder. Secang mengandung senyawa fenolik seperti flavonoid, mempunyai aktivitas antioksidan penangkap radikal bebas. Senyawa antioksidan dari bahan alami atau tumbuhan memiliki kelebihan dibandingkan dengan bahan sintetik karena residu yang dihasilkan lebih mudah terdegradasi.
Jurnal ini membahas tentang pengenalan tumbuhan secang yang bermanfaat sebagai obat tradisional dan minuman herbal yang banyak mengandung zat antioksidan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit.
Klasifikasi Tanaman Secang (Caesalpinia sappan L.)
Secang dikenal di berbagai daerah di Indonesia dengan nama lokal yang berbeda-beda, seperti seupeng (Aceh); sepang (Gayo); sopang (Batak); cacang (Minangkabau); secang (Sunda); kayu secang, soga Jawa (Jawa); kaju secang (Madura); cang (Bali); sepang (Sasak); supa, suang (Bima); sepel (Timor); ; hong (Alor); kayu sema (Manado); dolo ; sapang (Makassar); seppang (Bugis); sefen (Halmahera Selatan); sawala, hiniaga, sinyiang, singiang (Halmahera Utara); sunyiha (Ternate); dan roro (Tidore).
Menurut Tjitrosoepomo dalam bukunya Taksonomi Tumbuhan klasifikasi secang adalah:
- Regnum : Plantae
- Divisi : Spermatophyta
- Sub divisi : Angiospermae
- Class : Dicotyledoneae
- Ordo : Rosales
- Family : Caesalpiniaceae
- Genus : Caesalpinia
- Species : Caesalpinia sappan L.
Tumbuhan secang dapat ditemukan pada daerah tropis, tumbuh pada ketinggian 500 – 1000 m dpl (dibawah permukaan laut). Habitus berupa tumbuhan semak atau perdu, tingginya 5 – 10 m. Batang berkayu, bulat dan berwarna hijau kecokelatan. Pada batang dan percabangannya, terdapat duri-duri tempel yang bentuknya bengkok dan letaknya tersebar, cabang memiliki lentisel.
Akar tunggang berwarna cokelat, sedangkan daunnya bentuk majemuk menyirip ganda dengan panjang daun 25 – 40 cm, jumlah anak daun 10 – 20 pasang yang letaknya berhadapan (Hariana, 2006). Anak daun tidak bertangkai, bentuk lonjong, panjang 10 – 25 mm, dan lebar 3 – 11 mm. Berikut gambar batang, bunga, dan daun tumbuhan secang.
Keterangan dari kiri ke kanan:
- batang dengan duri tempel yang bengkok
- bunga malai majemuk
- daun majemuk
Bunga secang tergolong bunga majemuk dengan bentuk malai, bunganya keluar dari ujung tangkai dengan panjang 10 – 40 cm (Hariana, 2006), panjang gagang bunga 15 – 20 cm, pinggir kelopak berambut, panjang daun kelopak yang terbawah ±10 mm, lebar ±4 mm, tajuk memencar berwarna kuning, helaian bendera membundar bergaris tengah 4 – 6 mm, empat helai daun tajuk lainnya juga membundar dan bergaris tengah ±10 mm, panjang benang sari ±15 mm dan putik ±18 mm.
Buah tergolong buah polong, berbentuk lonjong dan pipih dengan panjang 8 – 10 cm, lebar 3 – 4 cm, ujung seperti paruh berisi 3 – 4 biji, jika masak berwarna hitam. Biji bulat memanjang dengan panjang 15 – 18 mm, lebar 8 – 11 mm, tebal 5 – 7 mm, dan berwarna kuning kecokelatan. Berikut gambar buah polong tumbuhan secang.
Keterangan dari kiri ke kanan.
- Buah polong muda;
- Buah polong yang telah tua.
Kayu secang yang dijadikan serbuk atau larutan lalu disimpan pada berbagai suhu, akan mengalami perubahan kimiawi terutama senyawa-senyawa yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa semakin tinggi suhu dan semakin lama penyimpanan, ekstrak kayu secang dalam bentuk larutan atau serbuk, maka aktivitas antioksidan mengalami penurunan seiring dengan penurunan kadar fenolik, flavonoid dan vitamin C.
Hal ini dapat dilihat pada seduhan ekstrak yang mengalami perubahan warna bila dipanaskan, menjadi warna yang lebih pucat (warna memudar). Perubahan warna menunjukkan zat antioksidan yang terdapat dalam ekstrak secang bersifat kurang stabil terhadap pengaruh suhu selama penyimpanan. Kandungan brazilin yang terbaik dari ekstrak secang yaitu apabila direbus pada suhu 70°C selama 20 menit.
Manfaat Kayu Secang
Air secang merupakan minuman favorit bagi sebagian besar masyarakat di Sulawesi Selatan, khususnya Suku Bugis-Soppeng yang berada di pedesaan. Bahkan masyarakat pada waktu itu beramai-ramai membudidayakan tumbuhan secang sehingga dikenallah sebuah daerah di Kecamatan Marioriwawo dengan nama Ale’ Seppang yang berati ‘Hutan Secang’.
Secang menjadi primadona karena air minum terlihat lebih segar ketika ditambahkan dengan serpihan kayu secang, walaupun pada waktu itu khasiat yang terkandung dalam kayu ini belum diketahui. Masyarakat menggunakan serpihan kayu secang sebagai campuran air minuman sehari-hari dengan cara memasukkan serpihan kayu ke dalam teko atau tempat air minum. Air minum yang telah dicampur dengan serpihan kayu secang akan berwarna kemerahan sehingga air menjadi tampak segar dan jernih.
Secang merupakan tumbuhan semak atau perdu yang kayunya dapat mulai dipanen sejak umur 1-2 tahun. Ekstrak kayu secang berkhasiat untuk mengobati diare, sifilis, darah kotor, berak darah, malaria, dan tumor.
Selanjutnya dapat digunakan sebagai penawar racun, pengobatan sesudah persalinan, katarak, maag, masuk angin, dan kelelahan. Selain itu, ekstrak cair kayu secang dapat dibalurkan pada bagian tubuh yang luka, serta dapat mengobati penyakit tulang keropos (osteoporosis).
Kandungan brazilin pada kayu secang dapat menghambat protein inhibitor apoptosis survivin dan terlibat dalam aktivasi caspase 3 dan caspase 9, sehingga dapat mengobati penyakit kanker. Ekstrak metanol, n-butanol serta kloroform dari kayu secang dapat membunuh sel kanker.
Ekstrak etanolik kayu secang memiliki aktivitas antikanker dengan menurunkan viabilitas pada beberapa sel kanker payudara, kanker kolon, kanker serviks, namun tetap selektif terhadap sel normal. Selain itu, senyawa-senyawa aktif lain yang terkandung dalam kayu secang, seperti Sappanchalcone dan Caesalpin P, terbukti memiliki khasiat untuk terapi antiinflamasi, dan diabetes.
Zat Antioksidan Penangkal Radikal Bebas
Kandungan kimia yang terdapat pada kayu secang, yaitu asam galat, tanin, resin, resorsin, brazilin, brazilein, d-a-phellandrene, oscimene, dan minyak atsiri. Uji fitokimia menunjukkan bahwa kayu secang mengandung senyawa kimia dari kelompok alkaloid, flavonoid, dan saponin.
Senyawa fitokimia yang berperan sebagai antioksidan pada kayu secang adalah brazilin dan flavonoid. Selain itu, ekstrak kayu secang juga mengandung terpenoid yang tinggi. Aktivitas antioksidan yang tinggi dari ekstrak kayu secang juga diduga karena kandungan terpenoid, seperti monoterpen dan diterpen.
Berdasarkan hasil uji antioksidannya, brazilin mempunyai efek melindungi tubuh dari keracunan akibat radikal kimia. Manfaat lainnya dari ekstrak kayu secang yaitu kemampuan antioksidan yang paling baik dibandingkan vitamin C dan vitamin E, serta mampu meningkatkan nilai Satuan Antioksidan Total (SAT) dalam tubuh.
Flavonoid yang terdapat dalam ekstrak kayu secang memiliki sejumlah kemampuan untuk meredam atau menghambat pembentukan radikal bebas hidroksil, anion superoksida, radikal peroksil, radikal alkoksil, singlet oksigen, dan hidrogen peroksida.
Kesimpulan
Masyarakat tradisional mengenal kayu secang sebagai pemberi warna pada air minum sehari-hari. Tumbuhan secang mengandung zat kimia, yaitu senyawa flavonoid dan terpenoid, menyebabkan ekstrak air kayu secang mengandung antioksidan.
Indeks antioksidatif ekstrak air kayu secang lebih tinggi daripada antioksidan komersial sehingga berpotensi sebagai agen penangkal radikal bebas. Selain itu, senyawa antioksidan dari bahan alami menghasilkan residu yang lebih mudah terdegradasi secara alami dibandingkan bahan sintetik. Manfaat lain dari secang yaitu dapat digunakan sebagai antibakteri, antivirus, antiinflamasi, antikanker, dan antitumor. Oleh karena itu, ekstrak air kayu secang dapat dimanfaatkan sebagai minuman herbal untuk kesehatan dan mengobati penyakit.
Itulah pembahasan mengenai tanaman secang yang mempunyai manfaat sebagai obat tradisional yang memiliki berbagai macam khasiat untuk tubuh manusia. Semoga jurnal ini bermanfaat bagi Anda. Terimakasih telah membacanya.
Daftar Pustaka
Direktorat Obat Asli Indonesia. 2008. Caesalpinia sappan L. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Gembong Tjitrosoepomo.1998. Taksonomi Tumbuhan. Jogjakarta : Gadjah Mada University Press