BAB IV
Orang Jawa dikatakan memiliki watak pemalas dan perlu adanya usaha keras untuk bisa membuat mereka bekerja. Hal ini secara umum benar bagi semua negeri yang berada di wilayah panas dan yang berada di bawah pemerintahan yang sewenang-wenang merampas harta milik mereka. Terpisahkan dari hal-hal yang sangat dicita-citakan dan tidak didorong oleh harapan apapun untuk memperbaiki taraf hidup mereka, mereka akan duduk mantap dengan amarah terpendam seperti apa adanya, bersama dengan apa yang disisakan darinya oleh para penguasa mereka yang lalim yang menuntun pada sikap pengangguran yang tak berpengharapan dan murung.
Dikatakan bahwa iklim yang telah mempengaruhi watak mereka dan memaksa mereka untuk hidup malas. Orang Jawa tidak memiliki kepemilikan tertentu, puas dengan hanya yang serba sedikit. Secara umum harapan hidup mereka tidak lebih dari setengah abad dan sedikit dari mereka yang bisa mencapai usia enam puluh. Agama mereka Islam dengan berbagai takhayul yang didapat dari keyakinan nenek moyang mereka.
Hukum Jawa untuk menentukan hak warisan adalah sebagai berikut: saat seorang lelaki mati, meninggalkan seorang janda, anak lelaki atau perempuan, dan saudara lelaki, hartanya akan dibagi ke dalam delapan bagian yang setara, dari semua ini sang anak akan menerima empat, sang janda mendapatkan satu, dan saudara laki-laki mendapatkan tiga. Walaupun begitu, semua hukum ini terkadang akan ditinggalkan jika keadaan memungkinkan bahwa si almarhum lebih menyukai salah satu pewaris daripada yang lain.
BAB V
Menurut pengamatan terbaik, Batavia terletak pada 605’ latitude selatan, pada pesisir yang selatan, pada pesisir utara kekaisaran Jakarta, pada sudut terdalam dari sebuah teluk yang dibentuk oleh ujung Ontong Jawa dan Karawang. Batavia menerima sebagian besar airnya dari parit yang digali dari Cisadane atau sungai Tangerang, namun bukan ini, bukan pula air dari sungai-sungai lain yang disambungkan dengan Mookervaart itu, dialirkan ke kota, bersam sungai besar Jakarta yang mengalir di tengah-tengahnya. Bentuk dari kotanya adalah kotak memanjang, membujur diselingi oleh sungai besar. Kota itu dikelilingi oleh sebuah dinding dari batu koral yang berfungsi sebagai muka dari benteng di belakangnya, yang menempati lokasi yang sangat sempit di berbagai lokasi.
Para perempuan Eropa yang berada di Batavia jarang keluar rumah sehingga terlindungi dari sengatan mentari, sering mandi air dingin dan hidup secara lebih ringan daripada lelaki, itu semua mungkin alasan “kekebalan” mereka terhadap iklim yang tak sehat. Berbagai pendapat dan kebiasaan yang telah mendarah daging oleh model pendidikan yang berbeda dan gaya hidup dari begitu banyak orang dari berbagai negeri yang berbeda, disini semuanya hancur atau menyatu menjadi satu hasrat untuk mengumpulkan kekayaan yang kelihatannya menjadi tujuan mereka. Kebanyakan dari orang yang hidup disini bahkan yang kaya dan mungkin telah mencapai puncak harapan mereka, memancarkan ekspresi tidak puas dan murung dari wajahnya seakan ada sesuatu yang tidak benar di dalam diri mereka.
Hubungan sosial yang ceria ditempa oleh persahabatan dan dilembutkan oleh cinta yang adalah hasil dari suatu hubungan perkawinan yang rasional, sedikit dikenal di sini. Ada kondisi lain yang tidak sedikit menyumbang ketidaknyamanan atau ketidakbahagiaan kehidupan rumah tangga-tangga orang Batavia yaitu dengan adanya pelayanan budak yang karena tak ada pelayan Eropa yang bisa didapatkan dan tidak pula boleh dipelihara telah menjadi kebutuhan yang tak terhindarkan. Mereka dipekerjakan di dalam bidang kerumahtanggaan apapun dan mereka diperintah oleh orang yang telah lebih lama di keluarga yang mempekerjakannya dan seiring jalannya waktu mereka bisa menjadi juru masak, penjahit, tukang kereta, dll. Tidaklah mudah dibayangkan alasan pemerintah tertinggi tidak menghentikan kegiatan terkutuk ini dengan melarang atau menghancurkan pusat-pusat kejahatan yang merupakan penggoda dan sumber kebangkrutan moral dan harta-harta benda bagi para budak di kota itu karena para pegawai keadilan dari pemerintah kota yang paling bertanggungjawab atas adanya kegiatan tersebut dari para pemilik rumah kejahatan, setiap bulan menerima jatah bulanan atas perlindungan dan ijin secara gelap dari sini. Walaupun begitu, kondisi yang paling tak mengenakan di Batavia adalah iklimnya yang tidak sehat dan tingginya angka kematian, terutama di antara mereka yang menjadi pendatang atau baru saja datang, keadaannya begitu genting sehingga pihak Inggris yang telah mengelilingi dunia dan telah mengalami hampir segala macam iklim menyatakan bahwa Batavia tidak hanya menjadi tempat yang paling sehat yang pernah mereka lihat, namun juga bahwa keadaan ini sudah cukup untuk ,menjadi sarana pertahanan terhadap setiap usaha permusuhan karena pasukan dari manapun tak akan mampu bertahan dalam atmosfer yang mematikan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Stockdale, John Joseph. 2011. Eksotisme Jawa. Ragam Kehidupan dan Kebudayaan Masyarakat Jawa. Yogyakarta: Progresif Books.