Tentang Pulau Jawa 1804-1806
BUKU 4
Batavia terletak di pesisir utara pulau Jawa, di kerajaan kuno bernama Jakarta pada latitude 60 10’ dan longitude 1220 47’, dibelah oleh sebuah sungai besar yang bermuara di laut yang berjarak tiga perempat mil dari kota. Ini merupakan salah satu kota terbesar dan terkaya di Asia, semua jalannya dijajari oleh kanal-kanal yang bisa dilayari oleh perahu-perahu berukuran sedang. Kota ini merupakan ibukota Hindia Belanda dan merupakan tempat kedudukan kepala dewan yang terdiri dari dua belas anggota, termasuk gubernur jenderal yang menjadi pemimpinnya. Sidang dewan biasanya digelar pada hari Selasa dan Jumat dari pukul tujuh pagi hingga tengah hari. Wewenang dewan ini bersifat absolute, ia membuat dan menganulir undang-undang, memiliki tentara, mengangkat raja, menyatakan perang, memutuskan perjanjian damai dan persekutuan dengan semua pangeran daerah timur dan menempatkan residen-residen di wilayah mereka. Seorang petugas fiskal yang mengepalai urusan kepolisian dari kriminalitas, dia memiliki otoritas yang besar dan mengatur dendam sertahukuman secara sewenang-wenang. Petugas fiskal laut, mengawasi apapun yang berkaitan dengan jalur pelayaran laut, sungai, dan kanal-kanal yang bisa dilayari. Perdagangan di Batavia lumayan besar,namun itu singkatnya hanya sekedar suatu bentuk barter saja, karena ekspor uang tunai memang dilarang, tidak ada kapten dari sebuah kapal dagang. Jarang terjadi bahwa para kapten ini mendapatkan barter yang totalnya sama dengan apa yang mereka berikan, Kompeni hampir selalu mendesak mereka untuk mengambil seperempat atau sepertiga bagian dalam bentuk rempah-rempah.
Karena kota ini berfungsi sebagai depot untuk semua rempah-rempah dari Maluku dan hasil murni dari Jawa yang terdiri dari beras, kopi, gula, arak dan lada, maka kapal-kapal dari segala penjuru Hindia, Amerika, Afrika dan kepulauan Eropa bahkan berdatangan. Bangsa Belanda adalah satu-satunya bangsa Eropa yang menjaga hubungan dengan Jepang, karena itu setiap tahun, pada bulan Juli, gubernur jenderal mengirimkan sebuah kapal berukuran 1200-1500 ton yang dipenuhi dengan muatan kain kasmir, kain-kain mutu bagus, arloji dan rempah-rempah, semua ini akan dibarter dengan barang-barang tembaga yang akan dibuat koin-koin yang bentuknya sangat buruk yang digunakan sebagai uang pembayaran tentara bangsa Hindia dan juga Eropa juga kepada orang-orang yang dipekerjakan di rumah-rumah hitung di Jawa dan Maluku.
Pelayaran-pelayaran ini sangat menguntungkan bagi para kapten kapal yang dikirim berlayar. Kargonya selalu berisi sebuah hadiah bagi para kaisar dari wilayah yang luas dan sebaliknya, kaisar tersebut akan mengirim sebuah hadiah kepada gubernur jenderal Hindia Belanda. Gaya berhadapan dengan pihak Jepang sama sekali bersifat pribadi, semenjak para misionaris Jesuit diusir dari wilayah itu karena berusaha menyebarkan doktrin mereka.
Semua jalan di kota ditutup dengan pintu-pintu besi di malam hari, masing-masing orang Jepang bertanggungjawab terhadap tetangganya, sehingga mereka tidak akan membiarkan hal-hal buruk terjadi satu sama lainnya. Orang-orang sangat ketat menjaga dalam menjalankan hukum, adat, dan tingkah laku sipil dan rumah tangga. Orang Belanda, di kedutaaan mereka, telah dan masih diharuskan untuk tunduk kepada syarat-syarat yang merendahkan martabat untuk bisa tetap menjaga hubungan mereka dengan orang Jepang.
BAB II
Garis pertahanan Batavia yang merupakan depot bagi semua kekayaan Belanda di Hindia, memanjang dari mulut sungai Ancol sampai muara sungai Angke. Di samping dinding-dinding kota, yang terdiri dari bastion-bastion yang dibangun dengan bagus, dikepung oleh parit-parit yang sangat dalam dan lebar, ada juga benteng dengan empat bastion juga terbuat dari batu. Benteng kecil Ancol sangat tua, di bangun dari batu bata, dinding-dindingnya jarang yang memiliki ketebalan lebih dari empat inchi dan ia bisa, paling-palinh hanya sebagai sarana pertahanan terhadap pihak pribumi. Pada muara Angke, oleh pribumi disebut sebagai sungai buaya, karena memang banyak buaya, bagian bawahnya adalah lumpur dan pasir, begitu pula tepiannya yang telah menumpuk di muara tersebut selama empat atau lima tahun.
Musuh yang menyerang Batavia, paling buruk, hanya bisa melakukannya dari pantai dan mungkin kemudian dengan sarana perahu kecilnya akan meresikokan diri terkena tembakan meriam dari kubu-kubu yang ada, terbakar sebagian, seperti yang terjadi pada skuadron Inggris saat ia memblokade jalur pelayaran Batavia namun walaupun, misalnya, dia mampu menguasai Batavia, terlepas dari pertahanannya yang alami ataupun buatan. Semarang menerima hasil dari semua wilayah pesisir utara dan timur dan dari wilayah pedalaman dan dari depot ini, wilayah Batavia mendapat suplainya.
Populasi Batavia, termasuk daerah pinggirannya, diperkirakan memiliki 160.000 penduduk. Bangsa China sendiri sejumlah 100.000 dan sebagian besar bermukim di daerah pinggiran utama yang lain hidup di kota.
Tengah hari adalah jam makan siang umum dan jam satu adalah waktunya tidur siang. Setelah tidur siang si Belanda akan naik kereta mereka dan berjalan-jalan mengitari wilayah kerajaan Jakarta kuno. Jalan-jalan dengan kereta ini memang sangat menyenangkan, di sepanjang jalan yang menghubungkannya dihiasi oleh istana-istana hebat milik para kanselir Hindia, orang-orang utama di Kompeni dan para saudagar terkaya.
Penyebab ketidaksehatan lingkungan Batavia adalah endapan lumpur dalam jumlah besar yang terakumulasi di muara dan di sepanjang sungai Jakarta. Orang yang paling sehat dan kuatpun akan untuk sementara waktu, terserang oleh suatu penyakit dan mati dalam beberapa jam, karena begitu cepatnya kebusukan itu menjalar di bagian-bagian tubuh. Satu-satunya metode untuk membuat Batavia lebih sehat adalah mengeruk endapan lumpur yang ada di muara sungai Ancol, Jakarta dan Angke dan untuk meperdalam semua kanal sehingga airnya bisa mengalir lancar dan bisa membawa semua kotoran yang selalu mengisinya. Rawa-rawa juga harus dikeringkan dan berubah menjadi lahan pertanian. Wilayah Batavia hanya sedikit yang menhasilkan jagung, ketela dan beras. Di Batavia dikumpulkan saffron dan segala macam rempah-rempah yang digunakan dalam segala macam masakan yang mereka makan, terutama di dalam nasi yang merupakan makanan pokok sebagai tonik yang penting di iklim panas, dimana perut mudah bermasalah.
BAB III
Pada tanggal 4 April menurut tradisi tahunan dari matahari terbit, tak terjumlah orang China, semua kelamin dan usia, sebagian berjalan kaki yang lain di atas kuda atau kereta akan berziarah ke Jakarta dekat situs ibukota kerajaan kuno itu, ke makam para leluhur mereka. Panggung-pamggung bongkar pasang didirikan pada salah satu sisi tanah makam, kuil-kuil di dataran. Bagian dalam dari kuil-kuil diisi dengan meja-meja, dimana mereka makan kembang gula dan buah-buah awetan, meminum teh dan merokok. Walau begitu ini hanya diijinkan bagi para bonze atau yang kaya, karena yang lain berada di luar dan tidak berani mendekat. Ada banyak bonze yang berada di ruang doa itu. Setelah upacara dimulai, paar bonze, jumlahnya lima belas, meninggalkan ruang doa dengan iringan musik melengking yang keras yang terasa hambar bagi telinga orang Eropa. Selama upacara dan peristiwa ini, gerbang setiap kuil dan kedua sisi panggung dipenuhi oleh orang China, terutama anak-anak yang bermain berbagai permainan, hasrat terbesar dari orang-orang ini.
Bangsa China begitu banyak memadati Batavia dan mudah bergolak sehingga pihak berwenang Belanda selalu berhati-hati dalam memberikan hiburan. Raungan musik gomgom(gamelan) yang setara dengan suara benturan dari empat atau liam ketel besar, tidak pernah selama pertunjukan ini. Di sekitar panggung dan sepanjang jalan utama kampung China, di tengah-tengahnya dibangun banyak sekali rumah permainan dan makan, semuanya milik bangsa China. Salah satu menu kesukaan mereka adalah anjing yang mereka makan dengan segala macam saus. Terlepas dari panggung hiburan, di jalanan kampung adalah arak-arakan lelaki dengan wajah bercat atau bertopeng, membawa drum ketel, gamelan, dan tamborin, banyak yang berdandan sebagai setan yang akan dibawa penuh kemenangan di atas galah-galah dan yang lainnya di keranjang-keranjang yang dihiasi pita, kertas, lonceng, dll. Alasan mereka mengadakan pesta terhadap setan ini adalah bahwa Tuhan langit dan bumi karena maha baik, maka tidak perlu memohon kepadanya dan sebaliknya,setan harus dipestakan dan disenangkan.
Batavia memberikan banyak contoh tentang orang China yang karena kondisi hidup, tidak bisa melanjutkan usahanya, telah menyerahkan putri-putri mereka kepada orang-orang Eropa sebagai jaminan bagi sejumlah uang pinjaman modal usaha. Tak perlu dikatakan secara panjang lebar tentang kejeniusan usaha dan dagang dari kaum Chinyang kecakapannya dalam bidang ini memang sudah sangat terkenal. Mereka sukar beradaptasi dengan ilmu militer namun walaupun pengecut dan seperti perempuan mereka sangat mudah memberontak. Di desa-desa Jawa selalu ada seorang pimpinan China yang disebut kapten, di kota dua wakilnya adalah seorang letnan. Kaum China membayar pajak tahunan yang sangat besar atas usaha da perdagangan mereka dan dikumpulkan kepada pihak Kompeni.
Rambut ekor kuda yang mereka biarkan hingga sangat panjang terkadang hingga mencapai lutut mereka, dibayar menurut panjangnya yang diatur dan diukur setiap tahun pada waktu tertentu. Mereka mempunyai adat yang berbahaya menyimpan mayat-mayat di dalam rumah untuk tujuh hari penuh, walaupun karena iklim panas, mereka akan membusuk dalam beberapa jam, sebuah kebiasaan yang tidak hanya berbahaya bagi keluarganya secara langsung namun bagi para tetangga sekitar, rumah orang China yang berkabung, dimana kematian terjadi, ditandai dengan secarik kain putih yang digantung di pintu.
BAB IV
Barak bambu tempat para prajurit tinggal sebelumnya terletak dekat dengan kota berada di wilayah rendah dan tidak sehat dan pihak kabupaten Batavia setelah pada 1799 menerima battalion ke-12 sebagai Pasukan tambahan, membangun sebuah kamp baru di sebuah daratan berhutan, satu setengah league musik, naik pedalaman di sebuah wilayah yang terbuka yang kering dan tidak berawa-rawa.
Tanah abang merupakan sebuah desa Melayu yang besar, walau ada juga beberapa keluarga China, sebuah pasar besar diadakan disini setiap hari, sepanjang tahun. Seorang pangeran Melayu telah bertahun-tahun ditahan di sebuah ruang kecil di belakang rumah jaga itu, dia adalah putra tertua dari raja terakhir Banten. Pangeran ini tidak bersepatu dan tidak mengenakan busana yang berbeda dari orang Melayu kebanyakan, makanannya hanya nasi.
Saat akan menuju ke Batavia, melalui selat Sunda ada beberapa pulau kecil diantaranya adalah Cambusa Besar yang tidak cukup besar untuk dihuni namun selalu memiliki sekelompok kecil penjaga dari kesatuan tugas artileri dengan sebuah meriam sebagai sinyal kepada kapal-kapal yang memasuki selat. Kira-kira lima league arah timur Batavia ada sebuah desa Melayu besar bernama Tijelenking, desa ini dibelah oleh sebuah sungai, menyatu dengan sungai Ancol dan bermuara disemacam teluk kecil yang berisi air berketinggian tidak lebih dari enam atau delapan inchi. Pada ujung bazaar adalah sebuah rumah cantik milik seorang saudagar Eropa. Di sepanjang pantai dan didekat titik yang membentuk teluk palsu itu adalah perairan berkedalaman sepuluh kaki dengan dasar lautnya yang berpasir. Tidak jauh dari desa itu, disisi kanan sungai, di atas jembatan, terdapat dua jalan yang melintasi negeri menuju bagian pedalaman, di bagian belakang Batavia.
Pulau Jawa memiliki segala jenis ular. Yang paling berbahaya yang gigitannya mematikan adalah yang ukurannya paling kecil. Mereka kebanyakan di dataran Welte Freden dan di sekitar kamp insinyur.
BAB V
Pada malam 18 atau 19 Maret 1804, raja Banten ditemukan terbunuh diranjangnya oleh salah satu cucu keponakannya, seorang pangeran muda, anak dari pangeran yang ditahan di benteng Mester-Cornelis. Peristiwa ini dikatakan sebagai hasil dari suatu persekongkolan melawan raja yang dianggap tidak memiliki hak, karena hanya saudara lelaki dari raja terakhir yang telah tiada seperti yang telah dinyatakan. Sesuai dengan hukum pembalasan yang umum ada di antara bangsa Hindia di sini, si pembunuh akan segera dihukum mati dengan cara yang sama seperti saat dia melakukan pembunuhan dan pihak regensi tinggipun mengadakan sidang istimewa untuk memilih pengganti raja yang mangkat.
Upacara-upacara di Banten selalu terbukti fatal bagi mereka yang dikirim kesana karena keadaannya yang jauh lebih tak menyehatkan dibanding Batavia, semua grenadier dan subaltern Eropa meninggal selama masa tinggal mereka atau setelah mereka kembali. Kerajaan Banten pada mulanya adalah kerajaan besar, terkuat di Jawa, namun sekarang telah jauh lebih lemah sejak pihak Belanda ikut memotong jalur hubungannya dengan bagian-bagian Jawa lainnya dengan mengambilalih kerajaan Jakarta. Ibukota negara seluruh bangunannya terbuat dari bambu, terletak dipesisir, dekat muara sungai besar yang memuntahkan airnya ke teluk. Pihak Belanda sebaliknya memiliki sebuah benteng yang berada dalam kondisi bagus yang menghadap istana raja dan kota.
Kerajaan itu menghasilkan beras dan lada dalam jumlah yang melimpah dengan sebagian kecil timah dan calin. Negeri Lampung di pulau Sumatera, walau lebih besar daripada Banten adalah bawahannya. Pemerintah Batavia telah lama memikirkan untuk mendirikan suatu pabrik di pulau Sumatera yang terpisah dari Jawa hanya oleh selat Sunda dan yang akan memberi tambahan cabang perdagangan yang sangat menguntungkan. Sangat jelas jika Belanda mendapatkan kedudukan di Lampung dengan sebuah benteng yang terdiri dari tiga atau empat ratus orang Eropa, orang Madura dan seorang residen mereka akan dengan mudah berhubungan dengan Sultan Palembang dengan cara membentuk persekutuan dengan para raja. 30 Mei adalah hari ulang tahun penaklukan Jakarta dan pendirian Batavia.
BAB VI
Palankang merupakan sebuah desa yang berjarak satu setengah league ke pedalaman, pada sisi kanan mulut teluk Blambangan. Pendaratan ke teluk Blambangan sukar dan pantainya berbahaya terutama di bagian utara sungai yang berlumpur. Banyuwangi adalah satu-satunya pos Belanda di sisi timur pulau Jawa, letaknya lima league dari teluk Belambangan, di selat Bali dan tujuh dari pesisir, sebuah sungai kecil, juga bernama Belambangan, mengalir melaluinya. Warga Bali yang menyeberang selat ke Banyuwangi, tidak bisa diterima sebelum mereka bisa menunjukan suatu paspor, yang ditulis pada selembar daun badamier (lontar).
Teluk Belambangan, pintu masuk yang bermula dari ujung Gunung-Ikan di selat Bali, secara keseluruhan adalah gurun yang penuh dengan semak sampai pada pantainya, dimana, setiap langkah, bisa dilihat jejak binatang buas yang menghantui kawasan itu dalam jumlah yang besar.
BAB VII
Iro-Gounon (Wiroguno), Tumenggung Belambangan, memerintah seratus orang Melayu untuk mengawali sebuah caravan, ke pedalaman Jawa, dua puluh lima sebagai pengawal pribadi dan dua puluh lima untuk membawa barang-barang. Pada 26 Februari 1805 rombongan terebut meninggalkan Banyuwangi menuju desa kecil Ketapang, dua league jaraknya, pada pesisir Selat Bali. Berjalan menyusuri pantai sekitar satu jam, caravan berhenti pada sebuah mata air yang mengalir dari bebatuan, dimana setiap orang menyegarkan diri mereka masing-masing. Jalan dari Ketapang ke pos Bagnou-Matie, hanyalah jalan yang dikenal oleh para penduduk lokal, bahkan jejaknyapun banyak yang menghilang di beberapa hutan.
Panarukan terletak di selat Madura, dekat tanjung Sandanna, pada sebuah sungai yang muaranya memiliki banyak cabang, masing-masingnya tidak bisa dilayari bahkan dengan sampan kecuali saat banjir besar. Besuki adalah sebuah desa yang besar,kira-kira tiga league dari pantai. Besuki adalah desa yang cukup besar dibelah diberbagai tempat oleh sebuah sungai kecil. Lingkungan ini sangat berlimpah dengan beras, binatang buruan juga banyak, karena banyaknya padang semak dan rerumputan.
Wilayah Pasuruan adalah salah satu wilayah di Jawa yang memiliki banyak populasi hewan ini. Pasuruan adalah ibukota dari sebuah wilayah yang sangat luas, ia dibelah oleh sungai yang lebar, yang bisa dilayari beberapa league ke hulu.
Fasilitas untuk mendapatkan perempuan di seluruh Jawa agak ganjil. Tak lama setelah seorang laki-laki berada diranjangnya, maka seorang Melayu datang menawarkannya dan ini lebih hebat lagi, karena karakter orangnya yang cenderung ganas. Penjaja seks adalah budak dan kaum lelakinya adalah pencemburu. Juga benar bahwa perempuan-perempuan jenis ini dinamakan rouguin adalah perempuan-perempuan bebas atau bagian dari keluarga-keluarga tak mampu yang memberikannya pada sang pangeran atas permintaannya dan memberikannya dengan harapan mendapat berkah darinya.
BAB VIII
Opas adalah prajurit Madura atau Sumenep yang selali berjaga di kantor-kantor Eropa. Gubernur Belanda di Surabaya merupakan bawahan gubernur Jawa. Surabaya adalah kota kecil yang tidak disebutkan di dalam geografi apapun, walaupun ini merupakan pemukiman yang cukup penting dan sehat. Satu setengah league dari Surabaya, pada sebuah bukit yang membuhul pada sisi kiri sungai Bagieran adalah pabrik salpeter. Pabrik ini mungkin bisa menjadi suatu bagian yang penting dan memiliki kegunaan yang bagus andai saja tetap dijalankan terkait dengan jumlah tanah salpeter yang sangat melimpah di wilayah sekitarnya.
Dari Surabaya ke Gresik melalui laut, berjarak tiga league dilakukan selama lima jam, melawan angin dan gelombang. Gresik, ibukota kerajaan kuno, sekarang hanyalah sebuah kota kecil yang terbagi antara penduduk pribumi dan China. Pemerintah negeri ini terdiri dari seorang residen dan beberapa pasukan Melayu yang dipimpin oleh seorang pribumi.
BAB IX
Sidoarjo merupakan sebuah desa kecil yang sangat strategis dari sisi mulut kanal Selat Madura di seberang ujung Panka. Di Ujung Panka selalu ada nakhoda Jawa dan Eropa yang segera setelah melihat kapal-kapal yang bersiap melayari kanal, akan menemui mereka untuk memandu mereka ke Gresik atau Surabaya. Setelah melewati selat ini dan melampaui Ujung Panka, terlihatlah Rembang, sebuah pemukiman kecil di pesisir bagian utara, dalam suatu ceruk yang lega, kemudian mendekat dan melewati Ujung Jepara melewati Juwana, pemukiman Belanda yang lain dimana kapal bersandar agak bebas, pemukiman ini dan Jepara karena tersambung jalur tebuka dan pantainya tidak tebebas dari bahaya bagi yang tidak cukup mengenalnya.
Semarang hanya sekitar enam puluh mil dari kediaman kaisar Semarang dan seratus lima mil dari Yogayakarta. Jalur Semarang merupakan jalur bebas, kapal yang menarik dan lima fathom tidak bisa berlabuh lebih dekat satu setengah league dari pantai. Satu mil sebelah selatan Kali Besar adalah Caligawe (Kaligawe), keduanya bisa dilayari perahu-perahu kecil sampai cukup dalam ke hulu dan Kaligawe selalu penuh, karena ia mengalir melalui desa besar Torabaya dan kampung-kampung Jawa dan China, dimana semua perdagangan dilangsungkan. Keduanya mengalir dari pegunungan kekaisaran Mataram.
Wewenang gubernur Jawa yang tinggal disana adalah antara Cirebon secara eksklusif ke bagian paling timur pulau selat Bali. Pemukiman ini sangat penting bagi Belanda. Semua hubungan kedua kekaisaran Mataram dan Yogyakarta da juga dengan kerajaan-kerajaan dan wilayah lain tergantung padanya.
Kaisar Solo akan memberi dukungan sepuluh ribu orang kepada gubernur, jika ada serangan namun memerlukan banyak waktu untuk mengumpulkan orang Melayu dalam jumlah ini yang bertebaran di seluruh negeri dan di dalam keluarga-keluarga mereka untuk membentuknya menjadi pasukan dan mengorganisir mereka. Sebuah benteng telah diperintahkan untuk dibangun di jalan yang menghubungkan kekaisaran Solo dan Sultan Yogyakarta dari rasa takut adanya perselisihan di antara kedua pangeran ini yang memang secara alami saling membenci dan mungkin akan bisa begitu meruncing untuk mengamati pihak mana yang tampak memusuhi Kompeni dari keduanya.
Pemerintahan Jawa adalah yang paling kaya, sebagai kantor terbesar di Hindia, nomor dua setelah kantor gubernur jenderal. Tegal adalah sebuah pemukiman kecil, dimana seorang residen yang bertugas meneguhkan perjanjian-perjanjian Kompeni dengan para pangeran dengan menerima dan menyimpan di gudang-gudang Kompeni, hasil bumi negeri tersebut. Posisi yang tidak menentu dari semua kantor luar dari gedung-gedung utama di Cirebon dan dari semua itu beberapa diantaranya berada di tengah-tengah kebun yang sangat luas dan penuh dengan pohon, kolam dan sungai kecil, membuat pemandangannya begitu sedap dipandang dari berbagai panorama yang ada.
Cirebon merupakan sebuah kota kecil atau bisa dikatakan pula sebuah desa besar, ibukota dari kerajaan yang bernama sama, terbagi antara dua pangeran dari keluarga yang sama, masing-masing memiliki gelar sultan dan tinggal disana. Udara di Cirebon umumnya sehat, walaupun begitu lepra merupakan penyakit yang sering ditemui juga gangguan mata yang terkadang berbahaya di bulan April hingg Desember. Di kota ini yang menjadi tanggungan Kompeni hanyalah residen, sekretaris, pegawai tata buku dan tiga subaltern yang kesemuanya orang Eropa, sisanya adalah pribumi yang merupakan dua pertga populasi da China yang memiliki sebuah kampung yang lumayan besar dan bekeja di bidang eceran dan pertanian. Pemukiman ini bisa menghasilkan enam puluh piaster per tahun, wilayah ini merdeka dari pemerintahan Jawa dan sang residen berhubungan secara langsung dengan residensi tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Stockdale, John Joseph. 2011. Eksotisme Jawa. Ragam Kehidupan dan Kebudayaan Masyarakat Jawa. Yogyakarta: Progresif Books.