Sejarah Sebagai Ilmu Seni Kisah dan Peristiwa adalah sebuah bentuk pandangan bahwa Sejarah dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu sejarah dapat dilihat sebagai peristiwa, sebagai kisah, dan sebagai seni. Sebelum membahas secara detail mengenai sejarah sebagai peristiwa, kisah, dan seni.
Akan ddibahas pendahuluan tentang makna belajar sejarah. Sejarah memberi pelajaran kepada kita tentang rasa ingin tahu yang terus menerus. Ketika seseorang membaca suatu kisah sejarah maka akan timbul perasaan ingin tahu terhadap peristiwa itu.
Sejarah memberi inspirasi dan menjadi sumber inspirasi kepada generasi berikutnya tentang peristiwa masa lampau yang pernah dialami oleh generasi sebelumnya. Hal ini tentu akan memberikan inspirasi bagi generasi sesudahnya untuk menentukan sikap dalam menghadapi masalah yang dihadapi pada masa sekarang maupun di masa yang akan datang.
Dalam menuliskan peristiwa masa lalu tersebut seorang ahli sejarah harus bisa berlaku seobyektif mungkin. Seorang ahli sejarah juga dituntut mempunyai kemampuan memaparkan hasil penelitian menjadi menarik sehingga orang lain menjadi tertarik untuk mempelajarinya.
Awal Mula Penggunaan Sejarah
Penggunaan sejarah sebagai ilmu, kisah, peristiwa, dan seni harusnya bukanlah hal yang aneh mengingat arti kata sejarah. Kata ini merupakan translasi dari kata bahasa Inggris “history” yang sendirinya merupakan kata adopsi dari bahasa Yunani Kuno, historia yang berarti penyelidikan, pengetahuan dari penyelidikan, atau hakim. Arti kata ini juga lah yang mendukung penggunaan kata-kata Aristoteles yang berbunyi “Peri Ta Zoa Historial” yang berarti “penyelidikan tentang hewan”.
Dalam bahasa inggris, kata “history” berarti hubungan antar kejadian, sementara di Middle English arti kata tersebut adalah “cerita” secara umum. Baru pada abad ke-15 lah penggunaan kata “history” menjadi tentang “catatan masa lalu”. Pada abad ke-16, Francis Bacon menulis tentang “Natural History” dimana baginya historia berarti “pengetahuan tentang sebuah objek dengan menelaah ruang dan waktu”.
Para sejarawan biasanya menulis sejarah dengan konteks waktu mereka sendiri dan dengan mempertimbangkan ide dominan mereka tentang bagaimana cara menginterpretasikan sebuah kejadian dalam masa lalu. Benedetto Croce juga pernah mengatakan bahwa semua sejarah adalah sejarah kontemporer, bahwa sejarah difasilitasi melalui formasi ‘ceramah tentang masa lalu’ yang merupakan produk dari narasi dan analisa kejadian masa lalu yang terkait dengan ras manusia.
Setiap kejadian yang diingat kemudian akan diabadikan dalam sebuah catatan sejarah, dan tujuannya adalah untuk mengidentifikasi sumber mana yang mampu berperan banyak dalam reka ulang kejadian di masa lalu.
1. Sejarah sebagai peristiwa
Peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau menjadi sangat penting dalam pembahasan ilmu sejarah. Melalui peristiwa, ilmu sejarah mendapat gambaran tentang kehidupan manusia di masa lampau. Sejarah sebagai peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau mengakibatkan kita tidak mungkin lagi mengamati peristiwa tersebut, yang dapat kita amati adalah sejarah sebagai kisah, yaitu penelaahan sejarah sebagai kisah suatu peristiwa. Sejarah sebagai peristiwa, maksudnya peristiwa sejarah ditempatkan sebagai fakta, kejadian, dan kenyataan yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
Kejadian masa lampau tersebut dapat dijadikan dasar untuk mengetahui dan merekonstruksi kehidupan pada masa tersebut. Dari peristiwa-peristiwa itu, dapat diketahui sebab akibat terjadinya suatu peristiwa. Tanpa memandang besar kecilnya suatu peristiwa atau kejadian-kejadian dalam ruang lingkup kehidupan manusia, ilmu sejarah berusaha menyusun rangkaian peristiwa yang terjadi dalam ruang lingkup kehidupan manusia sejak dahulu sampai sekarang, bahkan prediksi kejadian yang akan datang.
2. Sejarah sebagai kisah
Semua hasil karya cipta manusia merupakan suatu bukti dari kisah manusia yang hidup dan dinamis. Membicarakan sejarah sebagai kisah tidak lepas dari peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi pada masa lampau. Sejarah sebagai kisah adalah hasil karya, cipta, dan penelitian berbagai ahli yang kemudian menulisnya.
Penulisan yang dapat yang terjadi. Sementara itu, untuk merekonstruksi kisah sejarah harus mengikuti metode analisis serta pendekatan tertentu. Dengan kata lain, sejarah sebagai kisah adalah kejadian masa lalu yang diungkapkan kembali berdasarkan penafsiran dan interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Menyusun kisah sejarah dari suatu masyarakat, bangsa, dan negara tidaklah mudah karena jejak-jejak sejarah yang ditinggalkannya tidak sedikit. Oleh karena itu, dalam penyusunannya memerlukan penelaahan yang sangat jeli dan bijaksana serta verifikatif sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam penyusunan sejarah sebagai kisah, para sejarawan menggunakan dasar jejak-jejak yang ditinggalkan oleh sejarah sebagai peristiwa. Jejak-jejak sejarah yang berisi kehidupan rangkaian peristiwa atau kejadian dalam lingkup kehidupan manusia menjadi sumber penting dalam penulisan kisah sejarah.
3. Sejarah sebagai seni
Tokoh penganjur sejarah sebagai seni adalah George Macauly Travelyan. Ia menyatakan bahwa menulis sebuah kisah peristiwa sejarah tidaklah mudah, karena memerlukan imajinasi dan seni. Menulis sejarah merupakan seni, filsafat, polemik, dan dapat sebagai propaganda.
Sejarawan abad 19 bernama Comte, Spencer, dan Mill menyebutkan bahwa metode dan sikap ilmiah pengetahuan alam dapat dipergunakan untuk mempelajari sejarah, tanpa memerlukan modifikasi lebih lanjut. Namun menurut Dithley, seorang filsuf modern, menyatakan bahwa hal tersebut adalah tidak benar, sebab sifat alami dari pengetahuan alam adalah sesuatu yang selalu nyata dan terlihat, sehingga sejarah yang bersifat abstrak tidak mudah menganalisisnya.
Oleh karena itu, sejarah adalah pengetahuan tentang rasa. Dithley menambahkan bahwa pemahaman dengan cara imajinatif mampu menjadikan fakta sejarah lebih hidup dan lebih berarti. Itulah sebabnya, menurut George Macauly Travelyan dalam penulisan kisah sejarah harus menggunakan bahasa yang indah, komunikatif, menarik, dan isinya mudah dimengerti.
Dengan demikian, diperlukan seni dalam penulisan sejarah sehingga tercipta suatu peristiwa sejarah yang dapat dipelajari secara urut, lengkap, menarik, dan tidak membosankan. Oleh karena itu, seorang sejarawan harus bersedia menjadi ahli seni untuk menghidupkan kembali kisah kehidupan di masa lalu, masa sekarang, dan yang akan datang. Dengan demikian selain elemen ilmiah sejarah juga mengandung elemen seni.