“Saya ingin mengambil satu contoh konkrit. Di saat menjabat sebagai Presiden RI yang pertama Bung Karno pernah menjadi sasaran dari beberapa rencana pembunuhan di zaman dahulu. Dari yang tingkat sebatas baru rencana hingga eksekusi di lapangan sebanyak 23 kali,” cerita dari Megawati Soekarno Putri tentang rencana pembunuhan terhadap ayahnya. Berikut ini akan dibahas beberapa rencana upaya pembunuhan yang disasarkan kepada Bung Karno.
Pelemparan Granat di Cikini
Pada saat itu Bung Karno menghadiri bazaar peringatan ulang tahun Yayasan Perguruan Cikini berlokasi pada tanggal 30 November 1957 di Cikini. Dimana kedua anak Bung Karno yakni Megawati dan Guntur adalah murid SD Yayasan Perguruan Cikini. Bung Karno sempat meninjau berkeliling sekitar 25 menit dan ketika pulang tiba-tiba terdengar ledakan dahsyat dan ternyata merupakan ledakan yang berasal dari sebuah granat yang dilempar dari sekitar yayasan. Para pelakunya adalah Mohammad Tasin bin Abu Bakar, Saadon bin Mohammad, Yusuf Ismail, dan Tasrif bin Husein, yang akhirnya berhasil ditangkap dan langsung berhadapan dengan pengadilan militer. Pada tanggal 28 April 1958 para pelaku rencana pembunuhan tersebut dijatuhi hukuman mati.
Penyerangan Pesawat MiG-17 di Istana Negara
Peristiwa penyerangan ini terjadi pada tanggal 9 Maret 1960, secara tiba-tiba sebuah pesawat terbang MiG-17 langsung menukik dan dengan posisi terbang yang rendah memberondong tembakan tepat mengenai Istana Merdeka. Keberuntungan ada di pihak Ir.Sukarno karena sedang tidak berada di tempat. Pilot pesawat tersebut ialah Letnan Daniel Maukar yang pada akhirnya mendaratkan pesawatnya di daerah persawahan garut karena kehabisan bahan bakar. Rencananya dia akan dijatuhi hukuman mati. Namun, sebelum sempat menjalani hukumannya, Bung Karno mengumumkan amnesti atau keringan hukuman kepada Letnan Daniel Maukar yang merupakan anggota dari PRRI/Permesta, walaupun anggota dari gerakan pemberontakan tetapi sebagai Presiden, Bung Karno tetap memaafkan sang Pilot karena dahulu pernah ikut membantu Indonesia untuk mempertahankan kemerdakaan.
Penembakan pada Hari Raya Idul Adha
Pada tanggal 14 Mei 1962 saat rakyat Indonesia termasuk Bung Karno sedang berjajar dalam shaf hendak melaksanakan Sholat Idul Adha dengan mengambil tempat di lapangan rumput antara Istana Merdeka dan Istana Negara tiba – tiba terdengar tembakan pistol bertubi-tubi diarahkan kepada Bung Karno. Ketika diperiksa, penembak mengaku melihat Bung Karno yang dibidiknya ada dua orang dan menjadi bingunglah ia saat hendak menembak yang mana. Tembakannya meleset tidak mengenai Bung Karno yang menjadi sasaran, sebaliknya menyerempet bahu Ketua DPR Zainul Arifin dari NU yang mengimami shalat. Orang tersebut divonis mati tetapi, ketika disodorkan kepada Bung Karno untuk membubuhkan tandatangan untuk di eksekusi Bung Karno tidak sampai hati untuk merentangkan jalan – jalan menuju kematiannya karena ia berpikir bahwa pembunuh sesungguhnya adalah orang-orang terpelajar fanatik yang merencanakan perbuatan itu. Si pelaku hanya martir yang dimanfaatkan untuk kepentingan mereka orang-orang yang mengincar kekuasaan.
Pelemparan Granat di Makassar
Pada tanggal 8 Januari 1962, Bung Karno dilempar granat pada malam hari di Jalan Cenderawasih saat dalam perjalanan menuju Gedung Olahraga Mattoangin di acara pembacaan pidato perihal TRIKOMANDO untuk pembebasan Irian Barat. Lemparan granat itu meleset dan jatuh mengenai mobil lain yang beriringan dengan mobil Bung Karno, korban diantaranya 3 tewas terkena ledakan dan 31 orang menjadi korban dengan luka ringan dan luka berat.