Kulit Bawang Merah sebagai Pewarna Alami
Bagian-bagian tanaman yang dapat dipergunakan untuk zat pewarna alam kulit, ranting, daun, akar, bunga, biji atau getah. Zat Pewarna Alam (ZWA) adalah zat warna yang diperoleh dari alam/ tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Setiap tanaman mengandung sumber ZWA, karena mengandung pigmen alam. Potensi ini ditentukan oleh intensitas warna yang dihasilkan dan sangat tergantung pada jenis coloring matter yang ada.
Coloring matter adalah substansi yang menentukan arah warna zat alam, merupakan senyawa organik yang terkandung dalam sumber zat warna alam. Bawang merah yang sudah tua memiliki kulit bawang merah yang baik dan banyak mengandung tannin. Sehingga berpotensi menghasilkan warna setelah proses ekstraksi. Kulit bawang merah biasanya digunakan untuk pewarna pembuatan telur pindang, penghias ruangan yang dibentuk bunga dan sebagai penyubur tanaman. Selain itu kulit bawang merah dapat digunakan sebagai pewarna alam pada tekstil, dengan cara kulit bawang merah direbus dalam waktu yang lama akan menghasilkan warna jingga kecoklatan. Hasil ini yang nantinya akan digunakan sebagai bahan utama pewarna untuk membuat mukena.
Kain Satin
Satin adalah jenis kain satin sutera yang lembut yang ditenun dengan dengan menggunakan teknik serat filamen sehingga memiliki ciri khas permukaan yang mengkilap dan klinyir-klinyir. Bagian dalam atau belakang permukaan satin sebaliknya tidak licin dan tidak mengkilap.
Jeruk Nipis sebagai Mordan
Tujuan dari pemberian mordan adalah untuk memperbesar daya serap kain terhadap zat warna alam. Penggunaan pewarna alam untuk tekstil memerlukan mordan atau perlakukan awal sebelum penggunaan pewarna pada bahan. Sebelumnya mordan yang digunakan adalah mordan yang mengandung bahan kimia seperti krom, timah, tembaga, seng dan besi. Mordan untuk pewarna alam telah dikembangkan yang tidak mengandung bahan kimia dan ramah terhadap lingkungan seperti citrun jeruk, jeruk nipis, cuka, sendawa (salpenfer), pijer (borax), tawas (alum), gula batu, gula jawa (aren), tanjung (ijzer vitrloll) puisi (coper sulfat), tetes (stroop tebu atau melasse) air kapur, tape (tape ketela, tape ketan), pisang klutuk, daun jambu klutuk sebagai alternatif yang digunakan sebagai mordan pada pewarna tekstil. Mordan merupakan suatu zat yang dipergunakan dalam proses pencelupan agar warna yang terserap kedalam kain lebih kuat dan dapat dipergunakan sebelum atau sesudah proses pencelupan kain.
Berdasarkan kandungan yang melimpah pada jeruk nipis tak heran jika jeruk nipis ampuh menghadang amandel, malaria, ambient, sesak napas, influesa, batuk. Berdasarkan kandungan zat kimianya dan manfaat yang ada, maka jeruk nipis dapat digunakan sebagai mordan atau zat pembangkit warna dalam pewarnaan. Larutan jeruk nipis diperoleh dengan cara diperas. Sebalum diperas, jeruk nipis di cuci terlebih dahulu, dibelah melintang menjadi 2 bagian kemudian diperas dengan menggunakan alat pemeras jeruk. Sari jeruk nipis dapat digunakan setelah dicampur dengan air bersih.
Pewarnaan Kain Satin
Proses pewarnaan atau pencelupan adalah proses menggabungkan zat warna dengan serat dan hasil serat mempunyai warna yang awet. Pewarnaan dengan zat warna alam sebaiknya menggunakan bahan dari serat alam, meskipun tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan serat buatan. Kain yang akan dicelup dengan zat warna alam harus melalui proses pemasakan (scoring) terlebih dahulu. Proses pemasakan pada kain satin disebut dengan degumming dan dilarutkan dengan alkali lemah, seperti larutan sabun, pada suhu 70 0 C selama 1sampai 2 jam. Tujuan proses degumming dapat menghilangkan kanji atau kotoran yang ada pada kain, sehingga penyerapan warna pada kain dapat merata.
Zat warna alam yang akan digunakan dalam proses pencelupan harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :
- Mudah larut dalam zat pelarut
- Mudah masuk kedalam bahan
- Stabil terhadap bahan
- Mempunyai gugusan penimbul warna (chromofor)
- Mempunyai gugusan afinitas terhadap serat tekstil ( auxsochrom)
Pemberian warna pada kain dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari jenis zat warna pada serat yang akan diwarna. Proses pewarnaan dengan ekstrak kulit bawang merah tergolong dalam proses langsung (direct dyes), selain proses pengerjaannya dilakukan sendiri juga membutuhkan waktu yang lama. Kain satin tidak tahan terhadap panas sehingga proses pewarnaan menggunakan pencelupan dingin, larutan ekstrak kulit bawang merah yang telah siap dibiarkan dinggin kemudian kain dicelup kedalam ekstrak kulit bawang merah selama 30 menit. Pewarna alam yang digunakan sejak zaman dahulu dan sebagian masih digunakan pada masa sekarang memiliki kelebihan dan kelemahan antara lain :
1. Kelebihan Zat Warna Alam
- Pewarna alam ini bebas dari bahan kimia sehingga jauh dari pencemaran lingkungan.
- Tumbuhan yang digunakan sebagai pewarna bisa didapat dari lingkungan sekitar sehingga menghemat biaya.
- Dengan menggunakan zat warna secara tidak langsung ikut melestarikan jenis tumbuhan tersebut
2. Kelemahan Zat Warna Alam
- Tidak mempunyai standar warna
- Tahan luntur rendah
- Proses mendapatkan warna sulit
- Proses untuk pewarnaan sulit
- Koleksi warna terbatas
Baca juga Karya Tulis Lainnya disini dan disini
Mukena adalah kain selubung berjahit (biasanya berwarna putih) untuk menutup aurat wanita Islam pada waktu sholat (Departemen Pendidikan Nasional 2005: 760). Untuk sekarang ini mukena memiliki berbagai macam fariasi warna atau model, mukena dibuat tidak hanya menggunakan kain putih saja, melainkan menggunakan warna-warna lain yang tidak mencolok. Pada hasil pewarnaan dari ekstrak kulit bawang merah akan dibuat dalam bentuk mukena. Langkah-langkah yang harus dipersiapkan dalam membuat mukena yaitu :
Desain Sajian Mukena
Desain Produksi 1
Desain Produksi 2
Menyiapkan Alat
1. Mesin jahit
2. Jarum dan gunting
3. Benang jahit
4. Pensil untuk mengambar bordiran
5. Kertas pola
6. Elastik
7. Karbon dan kapur jahit
Menyiapkan Bahan
Kain satin yang telah dicelup dengan ekstrak kulit bawang merah dan kain batik untuk hiasan.
Menyiapkan Ukuran dan Pola
UKURAN
Panjang mukena : 120 cm
Panjang rok : 120 cm
Lingar pinggang : 65 cm
POLA MUKENA
Skala 1:8
Pola bagian atas
A-B : Panjang muka : 120 cm
A-A’ : 27 cm
A-C : B-D : Panjang mukena : 120 cm
Pola Rok Mukena
Skala 1:8
Keterangan
A-B : Panjang Rok = 120 cm
A-C : Lebar Rok = 100 cm
C-D : A-B
Bahan-Bahan Yang Dipersiapkan
a. Kulit bawang merah
Jenis kulit bawang merah yang sudah tua. Untuk membuat mukena dari dari ekstrak kulit bawang merah dibutuhkan 250 gr/l dan dua liter air yang direbus dijadikan 1 liter air.
Kulit Bawang
b. Kain satin yang berukuran 15 X 15 cm (untuk pra eksperimen). Kain satin yang digunakan untuk mukena membutuhakan 3 m kain
Kain satin
c. Jeruk nipis dengan larutan konsentrasi larutan mordan 50 g/l, 100 g/l, 150 g/l, 200 g/l.
Nampan
Langkah – langkah Membuat Mukena
Persiapan ekstraksi kulit bawang merah menjadi pewarna alam
1. Alat
a. Timbangan
b. Gelas ukur
c. Baskop/ ember bak
d. Kain pennyaring
e. pengaduk
2. Bahan
a. Kulit bawang merah
b. Air
3. Ekstraksi kulit bawang merah
a. Kulit bawang merah dibersihkan
b. Menimbang kulit bawang merah 250 g/l
c. Merebus kulit bawang merah sampai mengeluarkan warna kurang lebih 1 jam
d. Menyaring hasil rebusan kulit bawang merah diatas kain penyaringan
e. Ekstrak kulit bawang merah siap digunakan sebagai pewarna
4. Pencucian kain satin
1. Alat
a. Panci digunakan sebagai perebus air dan membuat ekstrak kulit bawang merah
Kompor dan Panci
b. Kompor digunakan sebagai pemanas air c. Pengaduk untuk mengaduk sabun.
Pengaduk
d. Ember digunakan untuk perendaman kain
Ember
e. Sabun mandi, untuk mencuci kain satin
Sabun mandi
f. Termometer digunakan untuk mengukur suhu perendaman atau pencucian kain yang akan diwarnai.
Termometer
2. Bahan
a. Kain
b. Air
3. Pencucian
a. Siapkan 1 liter air bersuhu 70o C dengan larutan 1 g kedalamnya hingga berbusa, basahi kain satin dengan air biasa, tiriskan lalu rendam dengan air sabun
b. Setelah direndam 30 menit kain satin dibilas dengan air biasa hingga bersih
c. Setelah dibilas kain satin langsung ditiriskan tanpa diperas, dijemur ditempat teduh
Proses Mordanting
1. Alat
a. Panci plastik
b. Jam
c. Penjepit kain
d. Penyaring
2. Bahan
Bahan yang digunakan untuk proses mordanting adalah air dingin kain satin dan larutan jeruk nipis dengan konsentrasi 0g/l, 50g/l, 100g/l, 150g/l, 200g/l.
3. Prosedur pembuatan larutan mordan
a. Jeruk nipis dibersihkan kulitnya dengan cara dicuci, lalu dipotong menjadi 2 bagian kemudian peras airnya dengan menggunakan alat penyaring
b. Timbang air jeruk sesuai dengan konsentrasi yang akan dipakai sebagai mordan
4. Prosedur proses mordanting
Prosedur proses mordanting adalah:
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Menaruh larutan mordan jeruk nipis pada nampan yang telah disediakan
c. Memasukan kain satin pada larutan mordan jeruk nipis selama 30 menit
d. Kain diangkat dan dikeringkan dengan cara diangin – anginkan ditempat yang teduh.
Proses Pencelupan
1. Alat
a. Panci plastik / ember
b. Jam
c. Penjepit kain
d. Kain penyaring
e. Penyaring
2. Bahan
a. Ekstrak kulit bawang merah
b. Kain satin yang telah dimordan
c. Air dingin
3. Prosedur pencelupan
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Menyiapkan air dingin pada ember
c. Menaruh larutan ekstrak kulit bawang merah pada paci/ ember d. Basahi kain terlebih dahulu dengan air secukupnya
e. Rendam kain pada ekstrak kulit bawang merah selama 30 menit
f. Kain diangkat dengan penjepit dan kain dikeringkan dengan cara diangin – anginkan ditempat teduh
Langkah-Langkah Membuat Mukena, Pencelupan Ekstra Kulit Bawang Merah Dengan Mordan Jeruk Nipis
1. Menyiapkan alat dan bahan
a. Alat : ember, jam, penjepit kain, kain penyaring, penyaring, timbangan, gelas ukur, penggaduk, panci, kompor, termometer untuk mengukur suhu air saat pencucian kain.
b. Bahan : Sabun mandi, untuk mencuci kain satin, kulit bawang merah, jeruk nipis, kain satin, air yang digunakan untuk proses mordating.
2. Menyiapkan kain satin dengan ukuran 15 x15 cm sebanyak 10 lembar.
3. Degumming kain satin
a. Siapkan 5 liter air dengan suhu 70 0 C dan larutkan 1 gr sabun mandi kedalam air hingga berbui.
b. Basahi kain satin dengan air terlebih dahulu dengan air biasa ,tiriskan lalu rendam selama 30 menit.
c. Setelah dibilas kain satin dibilas dengan air biasa kemudian ditiriskan tanpa diperas, kemudian jemur ditempat yang teduh.
4. Ekstraksi kulit bawang merah
a. Kulit bawang merah dibersikan dari kotoran, kemudian dicuci dan tiriskan sampai kering.
b. Siapkan air 2 liter untuk merebus kulit bawang merah. Cara ekstrasi adalah dengan cara merebus kulit bawang merah selama 1 jam hingga air berisi kira-kira 1 literekstrak kulit bawang merah saat perebusan kulit diaduk-aduk supaya merata.
c. Setelah itu disaring
d. Larutan ekstrak kulit bawang merah siap digunakan untuk pewarnaan.
5. Menyiapkan mordan jeruk nipis
a. Jeruk nipis dicuci terlebih dahulu, belah jeruk nipis menjadi 2 bagian yang sama, dan peras jeruk nipis dengan menggunakan penyaring.
b. Sari jeruk ditakar sesuai dengan ukuran yaitu 0g/l, 50 g/l, 100g/l,150g/l, 200g/l.
c. Campur setiap konsentrasi dengan 1liter air aduk hingga merata. d.Ekstrak jeruk nipis yang telah diukur siap digunakan untuk mordating
6. Mordanting
a. Setiap mordan dengan konsentrasi yang berbeda dituangkan kedalam baki.
b.Kain satin direndam kedalam mordan selama 30 menit.
c. Anggkat dan angin-anginkan sampai kering
7. Pewarnaan
Masukan larutan kulit bawang merah kedalam baki. Masukan kain yang akan di warna kedalam baki, sebelum kain di warna kain dibasahi dengan air biasa terlebih dahulu dengan air biasa, kemudian masukan kain satin kedalam baki selama 60 menit.
biasa, kemudian masukan kain satin kedalam baki selama 60 menit.
Langkah Kerja Membuat Mukena Setelah Proses Pencelupan
1. Membuat disain
2. Membuat pola kecil
3. Merancang bahan
4. membuat pola besar
5. Menyiapkan bahan
6. Memotong dan menjahit
Langkah-langkah dalam menjahit
1. Menjahit bagian sisi rok mukena
2. Menjahit bagian pinggang dan memasang karet bagian pinggang
3. Menjahit lapisan pada bagian atas mukena dan memasang tali
4. Menjahit tengah muka mukena
5. Menjahit kain batik yang lebarnya 5cm pada bagian bawah mukena
6. Membordir hiasan pada mukena dan pada bagian rok mukena
Mukena Hasil Pencelupan Ekstra Kulit Bawang Merah Dengan Mordan Jeruk Nipis
Kain hasil pewarnaan dengan menggunakan ekstrak kulit bawang merah dengan mordan jeruk nipis untuk 1 kali pencelupan diantaranya adalah :
Kain hasil pewarnaan dengan menggunakan ekstrak kilit bawang merah dengan mordan jeruk nipis untuk 2 kali pencelupan diantaranya adalah :
Proses eksperimen yang menghasilkan ketuaan warna yang baik menggunakan mordan jeruk nipis dengan konsentrasi 100 g/l dan dicelup dengan ekstrak kulit bawang merah yang selanjutnya akan dibuat mukena. Pewarnaan untuk membuat mukena ini dengan menggunakan mordan 100g/l, ini dikarenakan pada konsentrasi mordan tersebut menghasilkan warna yang lebih lembut dibandingkan dengan warna-warna hasil pencelupan konsentrasi yang lain. Pada proses pewarnaan kain satin banyak mengalami hambatan salah satunya adalah kondisi cuaca yang tidak mendukung dan kain yang berukuran terlalu panjang sehingga menyulitkan pada saat melakukan pewarnaan. Sehingga kain menjadi kotor, setelah dilakukan pencucian terhadap mukena warna kain menjadi berubah hal ini disebabkan oleh tingkat kelunturan yang jelek dan pewarnaan yang diserap oleh bahan tidak dapat masuk dengan sempurna kedalam bahan atau warna hanya menempel pada permukaan kain, sehingga kain memiliki tingkat kelunturan yang jelek. Karena bahan dimungkinkan tidak 100% catun atau serat alam dan pencelupan ini dilakukan dengan air hangat.
Rancangan Harga Membuat Mukena
No |
Nama barang |
Harga satuan |
jumlah |
Harga |
1 |
Kain satin |
Rp 25.000; |
4.5 m |
Rp 102.500; |
2 |
Benang |
Rp 1.800; |
1 buah |
Rp 1.800; |
3 |
Elastik |
Rp 6.000; |
60 cm |
Rp 4.000; |
Jumlah |
Rp 108.300; |
Hasil Jadi Mukena Dengan Pencelupan Ekstrak Kulit Bawang Merah Dengan Mordan Jeruk Nipis
KESIMPULAN
Hasil dari eksperimen ini dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Kulit bawang merah dapat digunakan sebagai bahan pewarna pada proses pewarnaan kain satin
2. Ada perbedaan kualitas ketuaan warna pada kain satin yang dicelup dengan ekstra kulit bawang merah dengan konsentrasi mordan jeruk nipis yang berbeda dan tidak ada perbedaan kualitas kelunturan pada kain satin yang dicelup dengan ekstra Kulit bawang merah dengan mordan jeruk nipis yang berbeda.
Beberapa saran yang ditemukan dari ekxperimen ini adalah, harus ada ekxperimen lanjutan dengan menggunakan esktrak-ekstrak lain dan jenis bahan lain untuk memperoleh hasil penodaan yang lebih baik.
Baca juga Karya Tulis Lainnya disini dan disini
DAFTAR PUSTAKA
Adhi Kusumastuti. 2007. Penyempurnaan Tekstil. Semarang: UNNES Bawang merah.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.
Dekranas. 1999. Seminar Bangkitnya Warna-Warna Alam. Yogyakarta:DEKRANAS
Gombolo.1994 Diklat Kuliah Penggantar Pencelupan. Yogyakarta: Jurusan Teknologi Tekstil FTI UII
Jumaeri. Dkk. 1977. Pengetahuan Barang Tekstil. Institut Teknologi Tekstil.
Noor Fitrihana. 2007. WUNY;Teknik Eksplorasi Zat Pewarna Alam Dari Tanaman di Sekitar Kita Untuk Bahan Tekstil. Yogyakarta: LPM UNY
Pemerintah Daerah DI Yogyakarta. 2002. Teknologi Pewarnaan Alam.
Rodia Syamwil. 2002. Pengetahuan Tekstil. Semarang.UNNES.
Rasyid Djufri. 1978. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan Pencapan. Bandung: Institut Teknologi Tekstil.
Sewan Susanto. 1980. Seni Pengrajin Batik Indonesia Balai Penelitian Batik dan Kerajinan. Departemen Perindustrian
Suharsimi Arikunto.2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. PT. Rineka Cipta.
Tim Bina Karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam Bawang Merah. Bandung: CV.Yrama Widya.
Wibowo Mordoko, dkk. 1975. Evaluasi tekstil Bagian Fisika. Institut Teknologi Tekstil.