Secara garis besar Konsep Pendidikan Islam Pondok Pesantren Gontor ala Trimurti dapat dibagi kedalam tiga bidang. Yaitu: integrasi sistem pendidikan madrasah dan sistem pesantren, bahasa asing sebagai kunci ilmu pengetahuan dan school day dengan sistem asrama. Ketiga konsep pendidikan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
Konsep Pendidikan Islam Modern Trimurti
a. Integrasi Sistem Madrasah dan Pesantren
Prinsip integrasi “semua yang ada dipondok ini sengaja diciptakan untuk pendidikan” demikianlah K.H. Imam Zarkasyi berulang kali menegaskan prinsip ini dalam berbagai kesempatan. Artinya “semua kegiatan di Pondok Modern Darusssalam Gontor yang bersistem madrasah dan berjiwa pesantren ini saling terkait dan saling mendukung” sebelum penulis membahas lebih jauh tentang integrasi Konsep Pendidikan Islam Pondok Pesantren Gontor, penulis ingin menjelaskan secara singkat sistem pendidikan zaman kolonial dan pendidikan tradisional Indonesia, pesantren. Yang menjadi dasar atas pembaharuan sistem yang ada.
1) Sistem Madrasah.
Pada awal dasawarsa terakhir abad ke–19 dimulai pendidikan liberal. Pada masa itu, pendidikan kolonial juga diperuntukkan bagi sekelompok kecil rakyat Indonesia. (terutama kelompok berada), sehingga semenjak tahun 1870 itu mulai tersebar jenis pendidikan rakyat.
Pendidikan kolonial ini sangat berbeda dengan pendidikan Islam Indonesia tradisinal, bukan saja dari segi metode, tapi lebih khusus dari segi isi dan tujuannya. Pendidikan yang dikelola pemerintah kolonial ini khususnya berpusat pada pengetahuan dan keterampilan duniawi yaitu pendidikan umum. Sedangkan lembaga pendidikan lIslam lebih ditekankan pada pengetahuan dan keterampilan berguna bagi peng- hayatan agama. disamping itu pendidikan kolonial telah mempunyai kurikulum seperti HIS (Hollandscb-inlandcsbe school) yang mempunyai jenjang tujuh tahun, sekolah desa tiga tahun dan selanjutnya scbakelschool yang mempunyai kurikulum lima tahun. Jadi pendidikan kolonial telah menggunakan metode klasikal, penjenjangan pendidikan yang sangat efektif dan efesien.
Gagasan modernisasi Islam yang menemukan momentumnya sejak awal abad 20, pada lapangan pendidikan direaliasikan dengan pembentukan lembaga-lembaga pendidikan modern. Pemakarsa utama dalam hal ini adalah organisasi-organisasi “modernis” Islam .seperti Jami’at Khair, al-Irsyad, Muhamadiyah dan lain-lain (sebagaimana telah dijelaskan pada bab terdahulu).
2) Sistem Pesantren.
Perkataan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan ‘pe dan akhiran ‘an, berarti tempat tinggal santri. menurut Mastuhu;
“Pondok pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam Indonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam, dan mengamalkanya sebagai pedoman hidup keseharian, atau disebut Taffaquh Fiddin, dengan menekankan pentingnya moral dalam hidup bermasyarakat”.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam dengan sistem asrama. Atau pondok, dimana kyai sebagai figur sentralnya, masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran agama Islam dibawah bimbingan kyai yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya.
Maka, kyai, santri, masjid, pondok atau asrama, dan pendidikan agama Islam adalah unsur terpenting didalam pondok pesantren, apabila pondok pesantren tidak memiliki salah satu dari yang disebut diatas, maka tidak dapat dikatakan sebagai pondok pesantren.
Di pondok pesantren terdapat suatu nilai yang berharga. Proses alami berdirinya pesantren sebagaimana disebutkan K.H. Imam Zarkasyi (Trimurti) ini. Telah melahirkan satu tata nilai yang unik. Status pondok adalah kepunyaan bersama yang harus dipelihara bersama. Setiap pelajar atau santri baru datang, berarti bertambah satu anggota yang turut bertanggung jawab atas keberesan pondok itu. Ini berbeda dengan status hotel. Apabila seseorang membuat bangunan lebih dahulu, kemudian baru memasang iklan untuk mencari penghuninya. Maka itu adalah hotel. Hotel disewakan dan setelah penghuninya membayar sewanya, ia berhak tinggal dalam hotel tersebut dengan seenaknya. Apabila kamarnya kotor, ia memanggil pelayan untuk membersihkanya. Dengan demikian, secara maknawi pesantren berbeda dengan hotel.
Pesantren juga tidak sama dengan padepokan. Orang- orang yang belajar atau mengajar di padepokan hanya kasta-kasta tertentu, yaitu Brahma dan Ksatria. Di pondok pesantren semua orang tidak dibeda-bedakan. Semua santri dapat belajar dengan mudah.
Salah satu motto yang dipegang oleh Pondok Modern Darussalam Gontor “Berdiri diatas dan untuk semua golongan”. Ini berarti bahwa pendidikan dan pengajran yang ada dipondok pesantren tidak dikhususkan kepada anak–anak pejabat, menteri dan orang–orang kaya saja. Akan tetapi pendidikan dan pengajaran yang ada di pondok pesantren untuk semua golongan; atas, sedang dan bawah. Dan pondok pesantren merupakan milik umat, bukan milik salah satu golongan.
Dalam hal ini dijelaskan oleh salah satu diantara trimurti tentang hal itu K.H. Ahmad Sahal :
“Andaikata semua siswa Pondok Modern Gontor terdiri dari anak–anak Muhamadiyah, guru-gurunya pun semua Muhamadiyah, maka Pondok Modern tidak boleh sama sekali menjadi Muhamadiyah. Andaikata murid- muridnya semua NU, guru-gurunya pun orang-orang NU, Maka Pondok Modern Gontor tidak boleh menjadi NU”
Ini menujukkan bahwa Konsep Pendidikan Islam Pondok Pesantren Gontor adalah untuk semua golongan.
Dari keterangan diatas, bahwa perkembangan dan kemajuan pondok pesantren didukung oleh sebagian ciri-ciri diatas, dan itu merupa- kan kelebihan dari pendidikan dan pengajaran yang ada di lembaga indegenous indonesia itu.
Baca juga:
- Pendidikan Islam Pada Pondok Pesantren Darussalam Gontor
- Konsep Pendidikan Islam Modern Pondok Modern Darussalam Gontor
Pendidikan di pondok modern dimulai dari tingkat Ibtidaiyyah kemudian madrasah I’dadiyyah, Maka pada tanggal 5 Syawal 1355 H Yang bertepatan dengan 19 Desember tahun 1936 H, didirikan KMI (Kulliyatul Muallimin al- Islamiyah) yang bertepatan dengan perayaan 10 tahun Pondok Gontor, lembaga yang menangani pendidikan tingkat menengah di Pondok Modern Darussalam Gontor, Ia juga merupakan lembaga pendidikan guru Islam yang mengutamakan pembentukan kepribadian dan sikap mental, dan penanaman ilmu pengetahuan Islam.
Ide ini muncul setelah kepulangan K.H. Imam Zarkasyi dari perjalanan menuntut ilmu dijawa dan sumatera barat.
“itu merupakan karya trimurti terbesar di awal abad 20, karya genuine, kar ya asli dan benar-benar nature dari trimurti. Trimurti tidak mencontoh model pendidikan Islam, barat, Muhamadiyah dll, tapi trimurti dengan kecerdasannya, kedalaman berpikirnya, nalarnya yang luar biasa. Atau sering disebut dengan 3 N: Niat yang tulus, Ikhlas, Nalar yang canggih dan kedepan futuristik dan dengan nuruni yang begitu dalam trimurti membangun KMI. Ini semua dilatarbelakangi pendidikan pendiri tersebut. Ketiga–tiganya tidak pernah sama, sampai akhir hayat mereka yang terakhir, mereka tidak pernah sama, tapi ketiga- tiganya selalu bekerja sama. Ketiga-tiganya Selalu memunculkan ide baru yang namanya KMI, untuk sebuah kebesaran Pondok Modern Darussalam Gontor”.
KMI didirikan untuk mempersiapkan calon guru yang berkompeten yang mengabdikan dirinya untuk ilmu dan masyarakat lii’lai Kalimatillah di muka bumi ini, tidak dapat diingkari, bahwa guru mempunyai keutamaan yang besar dalam meningkatkan kualitas umat, dia menanamkan kebiasaan yang baik, nilai–nilai moral, agama, kemasyarakatan dalam jiwa murid–muridnya. Dalam hal ini rasulullah bersabda, ketika beliau melihat dua golongan, golongan berdo’a kepada Allah dan golongan yang mengajarakan Ilmu Pengetahuan.
“Bagaimana dengan mereka yang berdo’a kepada Allah, maka jika Allah menghendaki maka Allah akan memberi mereka, dan jika Allah tidak berkenan, maka Allah tidak akan memberi mereka. Dan bagaimana dengan mereka yang mengajarkan ilmu pengetahuan kepada manusia? maka sesunggu hanya mereka diutus untuk mengajarkan ilmu pengetahuan”.
Trimurti berpendapat bahwa kurikulum bukanlah sekedar susunan mata pelajaran di dalam kelas, tetapi merupakan seluruh program kependidikan. Ini berarti bahwa tujuan pelajaran di KMI bukanlah tujuan yang berdiri sendiri, melainkan dipersatukan secara integral dengan tujuan pendidikan pesantren secara keseluruhan. Sebagai sebuah pesantren, tujuan pendidikan di gontor tidak berbeda dengan tujuan pesantren pada umumnya yaitu mencetak ulama. “ keinginan kami semuanya supaya kamu semua ini menjadi ulama, alim, saleh, berguna”, demikian K.H. Imam Zarkasyi dan kedua kakanya selalu menekankan kepada murid-muridnya. Tapi yang perlu disampaikan disini bahwa ulama yang dimaksudkan trimurti adalah” Jadilah ulama yang intelek bukan intelek yang tahu agama”
Pada dasarnya, ide K.H. Imam Zarkasyi dan kedua saudaranya tentang kurikulum sama dengan ide para tokoh pendidikan modern bahwa kurikulum merupakan rangkaian dari kegiatan dan pengalaman yang diberikan sekolah kepada murid, dibawah bimbingan guru (sekolah) baik dalam kelas maupun luar kelas. “Curriculum is Interpreted to mean all of the organized course, activities and experience which pupils have under direction of the school whether in the classroom or not”.
Dan kurikulum yang ada di Pondok Modern Darussalam gontor berbeda dengan yang ada dipondok- pondok tradisional, madrasah dan lembaga–lembaga pendidikan yang ada di Indonesia. 100% ilmu agama dan 100% ilmu umum. Ini berarti bahwa ilmu pengetahuan umum itu sebenarnya adalah bagian dari ilmu pengetahuan agama, dan sama pentingnya. Latar belakang pemikiran itu berangkat dari kenyataan bahwa sebab terpenting kemunduran umat Islam adalah kurangnya ilmu pengetahuan umum pada diri mereka. Untuk merefleksikan kurikulum tersebut maka semua santri harus tinggal dalam asrama selama 24 jam, dibawah bimbingan Guru-guru dan Kyai. Maka dapat ditarik sebuah hipotesis bahwa ada keseimbangan antara ilmu pengetahuan umum dan agama, dan tidak ada dikotomi ilmu pengetahuan. Dalam hal ini H. Husnan Bey fananie mengatakan dalam Thesisinya yang berjudul “Modernism in Islamic Education in Indonesia and India a Cause Study of Pondok Modern Darussalam Gontor and Aligarth” bahwa pendidikan dan pengajaran yang ada di Gontor sudah mencakup Pendidikan Formal, Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Informal yang ada di Indonesia. Dan ini yang dimaksud dengan integralitas dua sistem; madrasah dan pesantren, untuk mencapai dan membentuk Insan kamil (Perfect Man). Dalam hal ini Allah SWT berfirman:
“Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, dia yang yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan tuhanmulah yang maha pemurah, yang mengajrakan manusia dengan perantara kolam (pena), dia yang mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” Q.S.Al-alaq. 1-5.
Perlunya keseimbangan antara ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan agama dalam sebuah lembaga pendidikan Islam yang bermutu dan berwawasan kedepan, inilah yang mendorong Timurti untuk mengintegrasikan sistem madrasah dan sistem pesantren. Dan sudah barang tentu hasilnya akan berbeda dari kebanyakan pendidikan pesantren pada umumnya.
Pada akhirnya, dari integralitas ini diharapakn para santri memahami nilai dan makna pendidikan yang sebenarnya. Bahwa nilai pendidikan yang terpenting adalah Akhlaqul Karimah dan Kepribadian bukanlah ijazah seperti yang diwasiatkan oleh trimurti:
-
- Ilmu pribadi dan kecakapan di dalam masyarakat akan membuktikan buah yang berharga dan
- Kenyataan hasil ilmu pribadi dan kecakapan yang berguna bagi masyarakat itulah yang sebenar-benarnya ijazah dan surat keterangan yang dipertanggung jawabkan di dunia dan diakhirat
- Nilai dari pada ijazah, surat keterangan dari suatu perguruan/ pendidikan ialah asli usaha bagi kebaikan manusia.
Sikap seperti diatas mempunyai peran yang sangat besar didalam menanamkan sikap mandiri dan percaya diri yang tinggi, santri dididik untuk tidak untuk menggantuangkan harapannya kepada ijazah, berlandaskan pemikiran tersebut maka kegiatan pendidikan dan pengajaran yang ada di pondok tidak mempersiapkan para santri berperan sebagai pegawai yang bekerja di kantor-kantor pemerintahan maupun swasta. Seperti yang ditekankan oleh Trimurti-K.H.Imam Zarkasyi dalam setiap kesempatan. Karena tujuan utama dari proses pendidikan dan pengajaran sebagaimana yang tercantum dalam beberapa ayat Al-Qur’an, sebagaimana firman Allah SWT:
“ sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hambanya hanyalah ulama.” Q.S.Al-Fathir. 28.
“ Allah akan Mengankat derajat Orang –orang yang beriman dan berpengetahuan diantara kamu dengan beberapa derajat” Q.S.Al-Mujadalah: 11.
“ Katakanlah, apakah sama orang-orang berilmu pengetahuan dengan yang tidak berilmu pengetahuan.” Q.S.Az-Zamr: 9.
Dan sebagaimana juga tercantum dalam beberapa nasehat baginda nabi Muhammad SAW, yang berbunyi:
“Menuntut Ilmu diwajibkan bagi seluruh Muslim, dan sesungguhnya penuntut ilmu akan diberikan ampunan oleh siapa saja termasuk hewan-hewan yang ada di laut.”
Dari penjelasan singkat diatas, penulis menyimpulkan bahwa integralitas dua sistem pendidikan yang diterapkan oleh trimurti di Konsep Pendidikan Islam Pondok Pesantren Gontor sesuai dengan ajaran agama Islam dan pemikiran para tokoh pendidikan kontemporer, Ajaran Islam tidak membedakan antara kehidupan dunia dan akhirat, keduanya merupakan dua unsur yang sangat penting untuk mencapai kebahagian. Perlu dicatat bahwa dalam pengembangan ilmu pengetahuan modern ada yang berpendapat bahwa, ilmu pengetahuan yang ada tidak netral, objektif dan bebas nilai dan penuh dengan nilai, kalau objektif, tentulah pendapat Newton dari abad ke-16 sama dengan pendapat Einsten di abad ke–20. mendorong para pakar untuk menenkankan Holistic Approach (pendekatan yang menyeluruh) bukan Reductionist Approach (Pendekatan terpilih). Dalam hal ini Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie. pernah berpesan: “Seorang muslim harus mempunyai IMTAQ (Iman dan Taqwa) dan IPTEK (Ilmu pengetahuan dan teknologi).
Keseimbangan dalam kehidupan merupakan suatu hal yang harus, dan pendidikan integral mempunyai peranan penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang mempunyai kesetaraan antara ruh dan pikiran, ilmu dan mental, akhlaq dan keterampilan. Dan pada akhirnya peserta didik dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan peradaban modern.
Baca juga: