Islam berperan sebagai agama yang membawa misi rahmat bagi seluruh alam memerlukan sarana untuk menerapkanya secara efektif dan efesien, salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan Pesantren Darussalam Gontor sebagai satu diantara pusat pendidikan Islam di Jawa merupakan pondasi dari terwujudnya manusia yang ber-akhlakul karimah, dan cerdas sebagai umat Nabi Muhammad SAW.
Pendidikan Pesantren Darussalam Gontor
Dengan demikian pendidikan yang diterapkan harus bertolak dari kerangka dan ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan sunnah rasul. Karena Al-Qur’an sebagai sumber hukum Islam yang mengandung tuntunan yang sesuai dengan fitrah manusia dalam hidupnya, hal ini sesuai dengan sabda rasulullah SAW yang artinya: “ kutinggalkan untuk kamu dua perkara, tidaklah kamu tersesat selama kamu berpegang kepada keduanya, yaitu Al-Qur’an dan sunnah rasulnya”. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman”
“sesungguhnya Al-Qur’an telah memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih baik dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”. Q.S. Al-Isra’ 9.
K.H. Achmad Sahal, K.H. Imam Zarkasyi dan K.H. Zainuddin Fananie, para tokoh ini ialah seorang pembaharu pendidikan Islam di dunia saat ini, bentuk dari itu telah diterapkan pada sistem pendidikan dan pengajaran di Pondok Modern Darussalam Gontor. Dalam hal ini, sering diantara mereka mengemukakan firman Allah yang artinya: “maka apabila kamu sudah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”.Q.S. An-Nasyrah, 94: 7. kesadaran semacam itu ada pada beliau yang kemudian dengan sabar beliau terjemahkan dalam kegiatan pendidikan sehari-hari. Dengan berdirinya sebuah pesantren modern, yang dikemudian hari dikenal dengan Pondok Modern Darussalam Gontor.
Lembaga Pendidikan Pesantren Darussalam Gontor, demikian sangat terkenalnya adalah karena bebarapa faktor. Faktor pertama yang pantas disebut adalah kenyataan bahwa Pondok Modern Gontor telah melewati sebuah periode generasi (generational age) yang memungkinkan menjadi realtif terlembagakan. Didirikan kembali pada tahun 1926, tepatnya pada acara peringatan maulid Nabi Muhammad SAW pada tanggal 12 Rabiul Awal 1345 (20 September 1926) tujuan dasawarsa kehadiran Pondok Modern Gontor merupakan perjalanan yang memadai untuk memposisikan dirinya sebagai sebuah lembaga pendidikan yang mumpuni.
Siapa pun memahami alam pikiran Pondok pesantren memahami bahwa kemashuran dan kewibawaan Pondok modern Gontor sebagai lembaga pendidikan Islam yang mumpuni tak luput dari sentuhan tangan dingin para pengasuhnya, hal ini penting untuk dikemukakan, karena dalam kenyataanya keberhasilan dan kegagalan sebuah pesantren sangat ditentukan oleh tingkat keteguhan dan kesungguhan para pengasuhnya (Kyai) dalam mengembangkan lembaga yang dipimpinya, karena itu, sebenarnya tidaklah terlalu berlebihan jika ada banyak pengamat menilai bahwa pesantren itu merupakan personal enterprise para pengasuhnya.
Konsep personal enterprise ini, hendaknya tidak dipahami dalam artian yang konvensional, yang berkaitan erat dengan kepemilikan pribadi. Hal ini hendaknya dipahami dalam konteks yang bersifat sosiologis. Dalam kerangka seperti itu, perlu diingat bahwa para pengasuh tersebut yang sejak awal memulai, mengembangkan dan menjaga dinamika pendidikan di pesantren. Demikian ketatnya hubungan antara pengasuh dan pesantren yang dipimpinya, sehingga tak sedikit diantara mereka yang memahami hidup dipesantren itu sebagai “ibadah” dalam pengertian yang luas.
Dengan alur pemikiran seperti telah dikemukakan diatas, riuh rendahnya dinamika perjalanan Pondok Modern Gontor sebagai sebuah lembaga pendidikan jelas telah dibentuk dan dipengaruhi oleh para pengasuh dan para pendirinya. beliau-beliau itu adalah K.H. Achmad Sahal, K.H. Zainuddin Fananie, dan K.H. Imam Zarkasyi dikenal sebagai trimurti, suatu sebutan yang menggambarkan kesatuan ide, cita-cita dan langkah perjuangan ketiga pendiri tersebut mereka bertigalah untuk waktu yang lama, berperan sebagai penentu hati arah perjalanan Pondok Modern Gontor.
Dalam wilayah kegiatan lainya, tidak semua orang bisa memainkan suatu peran yang sama. Demikian pula halnya dengan trimurti Pondok Modern Gontor, Masing-masing memiliki latar belakang, pendidikan, kompetensi, dan peran penting yang berbeda-beda bagi pertumbuhan dan perkembangan Pondok Gontor, Dalam pandangan santrinya K.H. Achmad Sahal berperan sebagai pengasuh, K.H. Zainuddin Fananie sebagai tokoh intelektual yang sangat berpengaruh dalam perjalanan intelektualitas pondok.dan K.H. Imam Zarkasyi lebih berperan sebagai pendidik.
Dalam kerangka seperti itu pula konsep Gontor sebagai pesantren “modern” dapat juga dipahami. Dan dilihat dari latar belakang pendidikan tokoh-tokoh pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor. Bahwa ketiganya pernah mengenyam Pendidikan Islam ala pesantren tradisional sekaligus pendidikan modern ala barat yang dibawa penjajah belanda pengalaman ini cukup penting bagi penyelenggaraan Pendidikan Pesantren Darussalam Gontor. Karena, menyadari sisi unggul dunia pesantren dengan jiwanya dan keunggulan sistem asrama yang menempatkan anak didik selama 24 jam dalam lingkungan yang dirancang untuk pendidikan, disatu sisi; dan menyadari kelebihan sistem Pendidikan modern ala barat dengan metodologinya yang dianggap efisien dan efektif, serta sistematik dalam mentranformasikan pengetahuan kepada peserta didik, disisi luar, trimurti berusaha mengintegrasikan dua sistem tersebut ke dalam sistem pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor yang mereka dirikan.
Selanjutnya, penjelasan singkat diatas menjadi dasar bagi penulis untuk mempelajari lebih mendalam tentang konsep pendidikan Islam modern ala Trimurti dari segi pemaknaannya, yang telah diterapkan di Pondok Modern Darussalam Gontor. Untuk membahas lebih lanjut saya sebagai penulis akan melanjutkan di part 2 pada artikel selanjutnya.
Baca juga: