Sistem mata pencaharian hidup selalu mengalami perkembangan sesuai keadaan dan iklim serta perkembangan peradaban. Sistem mata pencaharian hidup awal sering disebut dengan sebutan ekonomi pengumpulan pangan. Setelah kepandaian bercocok tanam menyebar, maka ekonomi pengumpulan pangan dengan bentuk berburu dan meramu berganti dengan bercocok tanam.
Teknologi mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia. Dengan teknologi manusia dibantu mencapai tujuan-tujuan dalam rangka usahanya memenuhi tuntutan kebutuhannya, baik kebutuhan jasmaniah maupun kebutuhan rohaniah. Oleh karena itu untuk mewujudkan kesejahteraan yang lebih baik, penguasaan dan penggunaan teknologi yang lebih maju merupakan suatu keharusan. Salah satu untuk meningkatkan kemakmuran tidak dapat lepas dari kehadiran, penguasaan dan penggunaan teknologi.
Pendahuluan
Pembangunan yang dilakukan sekarang ini pada dasarnya adalah usaha-usaha yang dijalankan untuk meningkatkan kesejahteraan baik material maupun spritual. Salah satu bentuk kegiatan pembangunan adalah industri. Pembangunan industri selain dilakukan dalam segala tingkatan juga dilaksanakan diberbagai daerah di Indonesia. Hal ini menyebabkan daerah yang dulunya tidak mengenal industri sebagai lapangan pekerjaan atau kehidupan, sekarang mempunyai kemungkinan tumbuh menjadi daerah industri dengan segala akibat positif dan negatifnya, yang kemudian akan membawa perubahan-perubahan dalam masyarakat.
Pembanguanan industri harus dilaksanakan karena sektor pertanian jangka panjang sudah tidak dapat diandalkan, sebab sektor pertanian masih dipengaruhi oleh sektor alam. Industrialisasi membantu masyarakat dalam menciptakan nafkah dan telah merangsang produk peKelurahanan untuk melepas cara hidup mereka yang berorientasi pada tradisi, serta mendorong mereka untuk berhubungan dengan dunia luar. Selain industrialisasi juga membantu menciptakan pembagian lapangan kerja dikalangan orang Kelurahan.
Pembangunan industri selain dilakukan dalam segala tingkatan, dilakukan pula di seluruh wilayah Indonesia, termasuk kabupaten Brebes. Hal ini meyebabkan daerah yang dulunya tidak mengenal industri sebagai lapangan kehidupan, sekarang telah tumbuh menjadi daerah industri dengan segala akibat yang dapat menimbulkan perubahan-perubahan.
Brebes merupakan daerah yang potensial dalam pembuatan telur asin. Sebagai sentral produksi telur asin, Brebes sebenarnya memiliki akar sejarah yang tidak dilepaskan dari budaya yang melahirkan ketrampilan membuat makanan ringan seperti telur asin itu sendiri. Dalam arti ketrampilan membuat makanan telur asin di Brebes telah diwarisi secara alamiah atau turun temurun sehingga pembuatan telur asin ini berpadu dengan kegiatan penghidupan sebagian masyarakatnya yang terus berkesinambungan dari generasi yang satu ke generasi berikutnya.
Usaha telur asin ini semakin berkembang dan terkenal tidak hanya oleh masyarakat Brebes namun juga oleh masyarakat yang berasal dari luar daerah Brebes. Secara umum industri telur asin bersifat home industri yang erat kaitannya dengan jiwa kewirausahaan yang dimiliki oleh penduduk lokal. Kondisi ini secara langsung sebenarnya mempunyai potensi yang cukup besar untuk membantu mengatasi kebutuhan hidup masyarakat.
Pada mulanya usaha telur asin ini dilakukan secara turun temurun dan dirintis oleh beberapa warga setempat sebagai usaha sambilan. Dengan bekal ketrampilan yang dimiliki, mereka mempunyai ide untuk mengawetkan telur agar tahan lama dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Ketrampilan mereka dalam mengolah industri telur asin ini tidak begitu saja, tetapi memerlukan proses yang panjang. Pada awalnya mereka hanya merebus telur itik saja, tetapi hasilnya tidak tahan lama. Dengan kreativitas, mereka dapat menghasilkan telur asin yang berbahan dasarkan telur itik yang tahan lama, memiliki nilai gizi yang cukup tinggi dan nilai jual.
Dari keadaan inilah muncul beberapa orang yang serius menekuni usaha telur asin dengan industri rumah tangga dan turun temurun. Ada beberapa yang mencetuskan usaha telur asin pertama kali di Brebes yaitu In Tjiauw Seng dan istrinya, Tan Polan Nio. Dia merupakan sosok pertama yang mengembangkan usaha teur asin dengan cara mengasinkan (direbus). Kemudian seiring berkembangnya zaman, industri telur asin ini memunculkan ide-ide baru seperti telur asin panggang (Bakar, Oven dan Asap). Dengan menjadi pengusaha telur asin, setidaknya mereka tidak terbatas oleh musim seperti halnya petani, dan modalnya pun tidak setinggi modal yang diperlukan oleh petani.
Industri telur asin di Brebes cukup luas hingga tersedia pilihan bermacam-macam saat mencari kualitas telur asin, walaupun selera orang berbeda-beda, telur asin yang dinilai berkualitas tinggi memiliki ciri-ciri bagian kuning telur berwarna kemerahan hingga jingga terang, “kering” (jika digigit tidak mengeluarkan cairan), tidak menimbulkan bau amis, dan rasa asin tidak menyengat.
Perkembangan industri telur asin di Brebes terutama didorong oleh tersedianya bahan baku yang cukup memadai dan mudah diperoleh. Selain itu, secara geografis dan ekonomis Kelurahan Limbangan Wetan Kecamatan Brebes merupakan wilayah administrasi Kabupaten Brebes. Letak geografis Kecamatan Brebes yang subur dimanfatkan masyarakat sebagai lahan pertanian. Sebagian besar masyarakat Kecamatan Brebes bermata pencaharian sebagai petani. Mereka memanfatkan lahan persawahan sebagai lahan yang ditanami bawang merah dan padi. Keadaan ini juga mendukung kegiatan perekonomian masyarakat selain bertani yakni berternak itik. Sewaktu panen padi masyarakat setempat menggembalakan itik di sawah di mana itik mendapatkan pangan dari sisa panen sehingga ketersediaan telur itik berpengaruh pada kondisi iklim dan kegiatan pertanian yang ada.
Kecamatan Brebes terdapat beberapa Kelurahan sebagai daerah penghasil telur asin diantaranya yaitu Kelurahan Limbangan Wetan dan Kelurahan Brebes. Kedua kelurahan tersebut terkenal menghasilkan telur asin unggulan, walaupun ada Kelurahan lain yang memproduksi telur asin, dan kelurahan ini merupakan Kelurahan pionir pembuatan telur asin, daerah ini juga sudah terkenal sebagai sentral penghasil telur asin dan merupakan Kelurahan yang jumlah pengrajin telur asinnya yang cukup banyak di banding Kelurahan- sesa lainnya. Kedua kelurahan ini juga terletak di daerah perkotaan dan merupakan jalur transit antar Jawa Barat- Jawa Tengah, sehingga rame dikunjungi oleh masyarakat. Selain itu, kedua kelurahan tersebut juga cukup dekat dengan daerah peternakan itik sebagai bahan bakunya. Kesejahteraan masyarakat di sekitar meningkat dengan berkembangnya industri telur asin, pendapatan daerah bertamabah, dan juga membantu dalam mengatasi permasalahan penyerapan tenaga kerja yang cukup besar.
Awal Mula Pembuatan Telur Asin
Pembuatan telur asin merupakan pekerjaan yang sudah lama dikenal masyarakat Kecamatan Brebes. Usaha pembuatan telur asin merupakan warisan turun temurun leluhur. Sebelum masyarakat menekuni usaha pembuatan telur asin sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai petani. Pada awalnya pembuatan telur asin hanyalah sebagai pekerjaan sampingan saja setelah pulang dari sawah, tetapi karena hasil yang didapat dari pekerjaan ini lumayan besar, maka kegiatan membuat telur asin lebih banyak diminati masyarakat dan berkembang pesat hingga sekarang.
Belum ada sumber yang menyatakan tahun yang pasti kapan industri ini mulai berkembang. Dari beberapa sumber khususnya sumber lain yang penulis dapatkan, dapat diuraikan bahwa memang sulit untuk menentukan kapan tahun yang tepat dimulainya industri telur asin ini. Namun menurut salah seorang pengusaha telur asin Emmry Yuniaty, awal keberadaan industri telur asin di Kecamatan Brebes diperkirakan pada tahun 1959, dirintis pertama kali oleh seorang WNI keturunan Cina bernama In Tjiauw Seng dan istrinya Tan Polan Nio di Kelurahan Brebes
Usaha telur asin mulai berkembang sekitar tahun 1959 dengan pelopor utamanya In Tjiauw Seng. Ilmu pembuatan telur asin dikembangkan di Kelurahan Brebes. Ide mendirikan usaha ini didasari pada tingginya minat masyarakat terhadap telur asin, melimpahnya telur itik di wilayah Brebes dan sudah terbiasanya masyarakat Brebes membuat telur asin untuk hajatan sebagai pelengkap dalam hidangan hajatan (berkat). Usaha In Tjiauw Seng dibantu oleh anak dan tetangganya. Dengan cara inilah pembuatan telur asin menurun pada anak dan tetangganya.
Pada awal perkembangannya, keluarga besar In Tjiauw Seng belum menghadapi kendala dalam mengumpulkan bahan baku karena belum adanya saingan, sehingga telur-telur itik sebagai bahan utama telur asin ini dengan mudah diperoleh dan harganyapun sangat murah. Dalam hal pemasaran awalnya telur asin ini dijajakan dengan sangat sederhana, yaitu dengan dijajakan dari rumah ke rumah, para pedagang berkeliling mengantarkan telur. Pada awalnya telur asin di produksi berdasarkan pesanan saja. Pengusaha ini belum berani untuk membuka toko khusus yang menjual telur asinnya, apalagi meluaskan usaha perdagangannya. Hal tersebut dikarenakan keadaan ekonomi In Tjiauw Seng yang belum stabil. In Tjiauw Seng meninggal pada tahun 1971, kemudian usahanya diteruskan oleh anak pertamanya yaitu Hartono Sunaryo.
Industri kecil telur asin di Kelurahan Limbangan Wetan Kecamatan Brebes senantiasa mengalami pasang surut, baik digerbang produksi maupun pemasaran. Hal ini terlihat dengan banyaknya warga masyarakat Kelurahan Limbangan wetan menekuni usaha pembuatan telur asin. Masyarakat mulai menekuni pembuatan telur asin dengan mencari daerah- daerah pasaran untuk memasarkan produksi telur asin.
Kecamatan Brebes merupakan ibu kota yang sekaligus jantung kota Kabupaten Brebes memiliki luas wilayah sekitar 27,278 km persegi. Sebagai pusat kota Kecamatan Brebes sangat mudah dijagkau karena di daerah ini tersedia sarana prasarana transpotasi yang lancar dan memadai berupa jalan propinsi menggunakan jalur raya Jakarta- Purwokerto dan Bandung- Tegal- Purwokerto serta jalur kereta Jakarta- Semarang. Letak yang startegis ini sangat menguntungkan bagi para pengusaha (pendiri sentral telur asin) karena di daerah ini tersedia sarana dan prasarana transpotasi yang lancar dan memadai.
Pada tahun 1970, di Kecamatan Brebes ini terdapat beberapa kelurahan sebagai daerah penghasil telur asin diantaranya yaitu Kelurahan Limbangan Wetan dan Kelurahan Brebes. Kedua kelurahan tersebut terkenal menghasilkan telur asin unggulan, walaupun ada kelurahan lain yang memproduksi telur asin, namun disini penulis lebih memilih kelurahan tersebut karena daerah ini dapat dikatakan sebagai kelurahan pionir pembuatan telur asin, daerah ini juga sudah terkenal sebagai sentral penghasil telur asin dan merupakan kelurahan yang jumlah pengrajin telur asinnya cukup banyak di bandingkan desa- desa lainnya. Kedua kelurahan ini juga terletak di daerah perkotaan dan merupakan jalur transit antar wilayah Jawa Barat- Jawa Tengah, sehingga ramai dikunjungi oleh masyarakat. Melihat letak Kelurahan Brebes dan Limbangan Wetan yang berada di tengah- tengah kota Brebes, maka dapat dikatakan bahwa wilayah Kelurahan Brebes dan Limbangan Wetan ini merupakan wilayah yang strategis sehingga mendukung dalam kegiatan ekonomi masyarakat terutama bagi perkembangan sektor industri karena memudahkan akses pasar. Selain itu juga, kedua kelurahan ini cukup dekat dengan daerah perternakan itik sebagai bahan bakunya seperti Randusanga Wetan, Randusanga Kulon, Kaligangsa Wetan dan Kaligangsa Kulon serta Limbangan Wetan juga merupakan daerah peternak itik.
Industri telur asin dapat dikatakan merupakan industri yang cenderung dikelola oleh keluarga, sehingga dalam sistem managerial atau pengelolaan usahanya dipegang oleh keluarga yang meliputi kegiatan produksi misalkan pemasaran, pekerja, hingga mandor produksi. Oleh karena itu, mereka umumnya memperkuat potensi keluarga untuk regenerasi selanjutnya. Didasari dengan kuatnya potensi keluarga yang dimiliki oleh setiap perusahaan telur asin itu menimbulkan makin kuatnya perusahaan dalam bersaing dengan yang lain. Hal itu menimbulkan termotivasinya pengelola dan pekerja untuk memberikan kualitas kerja dan produksi yang lebih baik. Kondisi yang demikian mendorong pertumbuhan dan perkembangan perekonomian masyarakat sebab dengan begitu akan memberikan pertumbuhan yang besar terhadap sistem sosial masyarakat.
Kewirausahaan masyarakat Kecamatan Brebes selain dapat menolong perekonomian sendiri dan keluarga juga dapat menambah daya tampung tenaga kerja sehingga dapat mengurangi permasalahan pengangguran serta penggerak ekonomi kerakyatan. Sikap mental wirausaha yang dimiliki pengusaha dalam mengembangkan industri telur asinnya ini yakni ketekunan dan keuletan dalam berkerja yang disebabkan sebagai mata pencaharian keluarga.Industri ini juga industri turun temurun yang tetap dipertahankan oleh generasi. Selain itu mereka berupaya untuk melakukan inovasi- inovasi baru pada produk telur asinnya. Dengan kreativitas masyarakat juga mampu mengembangkan rasa dan teknik pembuatan yang sangat bervariasi yang bisa menarik peminat telur asin. Dengan kreativitas ini diharapkan akan meningkatkan usaha telur asin dan citra daerah serta dapat bersaing dengan industri kecil lainnya.