Keberhasilan tahapan produksi massal dalam perkembangan zaman dipengaruhi oleh faktor pesatnya usaha atau bisnis di era digital saat ini. Era digital tidak terlepas dari perkembangan teknologi khususnya pada jaringan internet maupun dari bidang alat-alat elektronik dan kendaraan yang semakin hari semakin canggih.
Perkembangan teknologi tersebut bertujuan untuk memudahkan pekerjaan manusia. Namun, jika kita lihat, tidak semua produk yang ada dipasarkan mendapatkan respon positif dari konsumen, bahkan tidak sedikit perusahaan atau pelaku usaha yang rugi besar karena produknya tidak dapat terjual dalam jumlah yang banyak.
Oleh karena itu, saat ini banyak perusahaan atau pelaku usaha yang sangat berhati-hati dalam memilih apakah produknya akan diproduksi secara massal atau hanya diproduksi sesuai pesanan saja atau gabungan keduanya. Ada beberapa indikator keberhasilan tahapan yang bisa dijadikan gambaran oleh pelaku usaha atau perusahaan apakah produksi massal yang dilakukan berhasil atau tidak, salah satunya adalah produktivitas usaha yang dilakukan.
Indikator Keberhasilan
Keberhasilan tahapan produksi massal dapat juga menggambarkan keberhasilan usaha. Pengukuran keberhasilan tahapan produksi massal, dapat dilihat dari beberapa indikator, di antaranya sebagai berikut.
-
Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas diukur dari tingkat efesiensi input yang digunakan seperti tenaga kerja dan modal baik berupa modal uang maupun modal barang untuk menghasilkan sebuah produk barang atau jasa (output). Salah stau perhitungan produktivitas yang umum adalah dengan menghitung produksi kotor selama 1 jam kerja, perhitungan ini dapat mengukur efesiensi tenaga kerja yang dipekerjakan untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Sedangkan rumus perhitungan produktivitas adalah sebagai berikut.
Hasil perhitungan produktivitas berupa persentase, besar kecilnya persentase dari perhitungan tersebut menunjukkan efesiensi produktivitas, semakin besar dan mencapai 100%, maka sistem produksi massal yang dilakukan berhasil.
Langkah pertama dalam meningkatkan produktivitas adalah pengukuran sedangkan langkah kedua yang harus diperhatikan adalah mengenali faktor yang mempengaruhi produktivitas dan memilih faktor-faktor yang dapat meningkatkan produktivitas pada berbagai situasi tertentu. Faktor yang mempengaruhi produktivitas dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu sebagai berikut.
- Faktor Eksternal atau faktor dari luar. Seperti persaingan, permintaan dan sebagainya. Semua hal tersebut tidak dapat dikontrol oleh perusahaan. Apabila faktor luar terlalu kuat, maka kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak akan dapat meningkatkab produktivitas.
- Faktor Internal atau faktor dari dalam, yang termasuk ke dalam faktor dalam, di antaranya sebagai berikut.
-
- Tenaga kerja, seperti, personalia, seleksi penempatan, pengembangan tenaga kerja, dan sebagainya.
- Proses produksi yang terdiri dari pola produksi, otomatisasi, aliran proses, dan tata letak.
- Pengembangan produk dan evaluasi produk.
- Daya tamping produksi, seperti, bahan baku dan perencanaan daya tamping.
- Kualitas produk ini mengacu pada penyempurnaan produk yang disesuaikan dengan kebutuhan target pasar.
-
Kapasitas Produksi Massal
Kapasitas dapat diartikan jumlah total yang dapat ditampung atau diproduksi sedangkan yang dimaksud dengan kapasitas produksi sebagai produksi atau output maksimum, yang dapat diproduksi dalam bisnis dengan bantuan sumber daya yang tersedia. Kapasitas dihitung selama beberapa hari atau minggu atau bulan. Pengukuran dilakukan sedemikian rupa sehingga kami dapat menyesuaikan kapasitas produksi kami sesuai dengan permintaan dari pasar. Dengan memperhitungkan kapasitas produksi, maka seorang wirauasahawan dapat memperkirakan kemungkinan pendapatan atau omset yang diperoleh.
Kapasitas produksi berbanding lurus dengan target produksi. Semakin tinggi target produksi yang ingin dicapai maka kapasitas produksi semakin besar. Apabila target produksi yang di tentukan terlalu tinggi dibandingkan kapasitas produksi itu artinya memaksakan diri, sebaliknya jika target lebih rendah dibandingkan kapasitas produksi maka dianggap tidak efisien. Oleh karena itu, seorang pelaku uasaha atau wirausaha harus dapat secara cermat dalam memperhitungkan target produksi maupun kapasitas produksi.
Sebagai contoh perhitungan kapasitas produksi sebuah kedai kopi. Jika sebuah kedai kopi di mal yang menjual sebuah kopi susu seharga 20.000. Kedai kopi ini memiliki sebuah outlet di mall dengan seorang pegawai yang melayani pada setiap shift. Pegawai ini dapat membuat kopi dengan waktu mulai dari pelanggan datang, meracik, membayar, dan memberikan kembalian selama total 6 menit. Dengan demikian, pegawai tersebut dapat membuat kopi satu jam sejumlah 60 menit/6 = 10 kopi perjam. Misal kedai kopi ini membuka outlet pada jam 10.00 dan tutup pada jam 22.00 maka kapasitas produksinya adalah 10 kopi x 12 = 120 kopi. Kemudian kapasitas produksi outlet itu dalam 1 bulan atau 30 hari adalah 120 x 30 = 3600 kopi. Jika harga setiap kopi adalah 20.000 maka maksimum peluang penghasilan perbulan adalah Rp 20.000 x 3600 = 72.000.000. Kita juga dapat menghitung omset per hari, kemudian dibuat satu bulan. Jika dalam satu jam bisa menghasilkan 10 kopi, maka dalam satu jam bisa menghasilkan Rp 200.000. Dalam satu hari bisa menghasilkan omset Rp 200.000 x 12 = Rp 2.400.000 atau 2,4 juta per hari. Dalam sebulan maka omset bisa 2,4 juta x 30 = 72 juta. Selain target produksi, kapasitas produksi juga erat kaitannya dengan jadwal produksi yang direncanakan pada awal akan dilakukan produksi massal. Karena dalam jadwal produksi dapat terlihat apa dan berapa jumlah produk yang harus diproduksi dalam jangka waktu tertentu.
Jadi indikator keberhasilan produksi masal dapat dilihat dari keseimbangan target produksi dengan kapasitas produksi yang akan diproses sesuai dengan jadwal produksi setiap minggu. Untuk dapat mengontrol target produksi dan kapasitas produksi maka diperlukan evaluasi.
-
Pengelolaan Permintaan
Pengelolaan permintaan erat kaitannya dengan peramalan permintaan terhadap produk barang atau jasa yang ditawarkan kepada konsumen. Untuk dapat melakukan pengelolaan permintaan dengan lebih efektif dan efisien adalah dengan melakukan demand management. Demand Management adalah upaya yang dilakukan untuk membuat permintaan agar lebiih mudah dipenuhi oleh supply chain. Proses ini lebih baik dibandingkan degan hanya meramalkan permintaan konsumen.
Mengelola permintaan berarti mengubah pola permintaan, sehingga lebih menguntungkan bagi ketersediaan pasokan produk. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi pola permintaan, di antaranya sebagai berikut.
- Promosi
- Harga
- Self management atau manajemen diri
- Deal structure atau pengelolaan manajemen
Jika pengelolaan permintaan stabil dan semua permintaan kosumen dapat dipenuhi, menunjukkan bahwa tahapan produksi massal yang dilakukan sudah cukup baik.