Hidup di tengah-tengah orang Arab yang gemar memuja berhala tidak membuat Nabi Muhammad SAW tidak ikut memuja berhala bahkan beliau membenci berhala-berhala itu dan kepada agama yang dianut oleh sebagian besar bangsa Arab. Nabi Muhammad SAW. tidak pernah memuja berhala. Beliau lebih sering mengasingkan diri untuk berfikir tentang penciptaan alam semesta beserta segenap isinya.
Gua Hira’ merupakan tempat dimana Nabi Muhammad sering berdoa sendirian sebelum memulai dakwah Islam di kota Mekkah. Gua yang terletak di bukit Nur (Jabal Nur) adalah tempat di mana beliau berkhalwat dengan khusyu’ hingga menerima wahyu Allah SWT.
Gambar Gua Hira’ Sekarang
Kehidupan masa kecil Nabi Muhammad berada dari keluarga bani Hasyim serta dari keluarga terhormat. Nama ayahnya adalah Abdullah dan ibunya adalah Aminah. Beliau adalah seorang rasul yang terakhir, lahir pada hari senin 12 Rabiul awal tahun gajah.
Ketika dalam kandungan ibunya, ayahnya meninggal Dunia. Ketika beliau berusia enam tahun ibunya pun meninggal Dunia sehingga beliau menjadi yatim piatu. Beliau diasuh kakeknya bernama Abdul Muttholib, namun setelah dua tahun kakeknya meninggal kemudian diasuh oleh pamannya Abu Thalib.
Abu Thalib adalah seorang pedagang yang memperdagangkan dagangan seorang saudagar kaya bernama Khadijah. Nabi mengikuti pamannya berdagang. Ketika hendak berdagang ke Syam di perjalanan bertemu dengan seorang pendeta bernama Bukhoirah.
Dia memberi nasehat agar Abu Thalib menjaga Muhammad dengan baik sebab Bukhoirah melihat sifat ke-Nabian ada pada diri Muhammad. Pada usia Nabi Muhammad ke 25 tahun, Siti Khodijah menyukai Rasulullah sehingga beliau menikahinya.
Memasuki 14 tahun usia pernikahan Nabi Muhammad SAW. dengan Siti Khadijah, Nabi Muhammad SAW. sering melakukan ibadah diiringi dengan memohon petunjuk kepada Allah SWT., berkhalwat di Gua Hira, yaitu gua yang berada di bukit Nur (Jabal Nur) yang terletak di dekat Mekkah. Berkhalwat ini dilakukan Nabi Muhammad SAW. dengan khusyuk, kadang sampai beberapa hari beliau baru pulang jika bekal sudah habis.
Disanalah, beliau menghabiskan waktu selama berhari-hari dan bermalam-malam. Pada malam bertepatan dengan malam Jum’at tanggal 17 Ramadhan, yaitu ketika beliau sedang bertafakur di dalam Gua Hira dan telah berusia empat puluh tahun, beliau didatangi malaikat Jibril yang seraya berkata kepadanya: “Bacalah!”, ya Muhammad, beliau menjawab: “Saya tidak bisa membaca”.
Malaikat Jibril memeluk Nabi Muhammad mengulangi perintah ini untuk kedua kalinya . Dan pada yang ketiga kalinya, Nabi Muhammad berkata apa yang harus saya baca, lalu Jibril berkata kepadanya, dengan membawa wahyu pertama dari Allah SWT:
ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١ خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٢ ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٣ ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan; Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah; Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah;Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam; Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Al-‘Alaq : 1– 5).
Nabi Muhammad SAW. mengikuti apa yang diucapkan malaikat Jibril dengan baik sampai hafal. Setelah itu, Jibrilpun meninggalkannya, dan Rasulullah sudah tidak kuat lagi berada di gua Hira’. Akhirnya beliau pulang ke rumahnya dengan raut muka yang pucat dan menghampiri istrinya Siti Khadijah.
Siti Khadijah merasa heran dan bertanya “Apa yang sedang terjadi ?” dengan gemetar sambil berkata: “Selimuti saya!, selimuti saya!”, maka Siti Khadijah-pun menyelimutinya, sehingga rasa takutnya sirna. Lalu memberitahu Siti Khadijah tentang apa yang telah diperolehnya di Gua Hira’ dan berkata: “Sungguh saya khawatir terhadap diriku”.
Khadijah menanggapinya dan menenangkan serta meyakinkan Nabi Muhammad SAW.: “Sekali-kali tidak, demi Allah, Dia tidak akan merendahkan dirimu untuk selamanya, karena sesungguhnya engkau adalah orang yang menyambungkan tali persaudaraan, menanggung beban kesusahan orang lain, memberi orang yang tak punya, menjamu tamu, dan menolong orang yang menegakkan kebenaran”.
Setelah tenang Siti Khadijah mengajak Nabi Muhammad SAW. untuk menemui saudaranya seorang ahli kitab Waraqah bin Naufal. Di depan Waraqah Nabi Muhammad SAW. menceriterakan semua yang terjadi, Waraqah bin Naufal dengan penuh perhatian mendengarkan cerita yang disampaikan Nabi Muhammad, kemudian Waraqah membuka kitab Taurat dan Injil serta berkata “Demi Tuhan, yang datang itu adalah Malaikat Jibril yang pernah datang pada Nabi Musa, baik-baiklah menjaga diri, tabahkan hatimu wahai Muhammad, kelak engkau akan diangkat menjadi Rasul, jangan takut, tapi gembiralah menerima wahyu itu”.
Gambar Ka’bah di Kota Mekkah
Menyiarkan Islam Sembunyi-Sembunyi
Nabi Muhammad SAW memulai dakwahnya yang terbagi menjadi dua fase. Fase Pertama Nabi Muhammad SAW menyiarkan islam secara sembunyi-sembunyi (Sirriyah). Setelah Nabi Muhammad SAW. mendapat wahyu yang pertama dari Allah SWT. dan juga telah mendapat nasehat dari Waraqah bin Naufal. Beberapa malam Nabi Muhammad SAW.
Telah siap menerima wahyu kembali, tetapi wahyu tersebut tidak kunjung datang. Baru pada malam ke-40 wahyu kedua turun, waktu itu Nabi sedang berjalan-jalan ke suatu tempat. Tiba-tiba mendengar suara : “Ya Muhammad, engkau benar utusan Allah”. Nabi merasa takut mendengar suara itu, beliau segera kembali ke rumah menyuruh istrinya Siti Khatijah menyelimuti, suara tadi terdengar lagi dengan jelas dan semakin dekat Jibril mendatanginya sambil duduk di atas kursi antara bumi dan langit, lalu turunlah ayat:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمُدَّثِّرُ ١ قُمۡ فَأَنذِرۡ ٢ وَرَبَّكَ فَكَبِّرۡ ٣ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرۡ ٤ وَٱلرُّجۡزَ فَٱهۡجُرۡ ٥
Artinya: “Hai orang yang berkemul (berselimut); Bangunlah, lalu berilah peringatan!; Dan Tuhanmu agungkanlah!; Dan pakaianmu bersihkanlah; Dan perbuatan dosa tinggalkanlah”(QS. Al-Mudatsir : 1 – 5).
Setelah menerima dan menghafal wahyu itu, Nabi Muhammad SAW. menanggalkan selimutnya, rasa takut dan gemetarnya-pun hilang. Mulai saat itulah Muhammad telah diangkat oleh Allah SWT. menjadi Nabi dan Rasul. Tugas baru telah datang, yaitu menyebarkan agama Islam kepada seluruh umat manusia, setelah itu wahyu pun turun terus-menerus dan berkelanjutan.
Pada fase menyiarkan islam secara sembunyi-sembunyi, Nabi Muhammad SAW. menyeru keluarga dan sahabat dekatnya. Kepada pamannya Abu Thalib, Nabi Muhammad SAW berkeinginan untuk menyampaikan wahyu tersebut tetapi beliau takut kalau kurang mendapat sambutan. Nabi memulai dakwahnya,. Siti Khadijah masuk Islam dan bersaksi atas keesaan Allah dan kenabian suaminya yang mulia. Sehingga, ia adalah orang yang pertama kali masuk Islam.
Baca juga:
- Hijrah Perjuangan Dakwah Nabi Muhammad SAW
- Perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW
- Sejarah Perjalanan Hijrah Rasulullah SAW Ke Kota Madinah
Kemudian, sebagai balas budi pada Abu Thalib, Nabi memilih Ali untuk dididik dan ditanggung nafkahnya. Dalam kondisi seperti ini, hati Ali-pun terbuka dan akhirnya masuk Islam. Setelah itu, barulah Zaid bin Haritsah, seorang budak yang telah dimerdekakan oleh Siti Khadijah menyusul masuk Islam.
Rasulullah juga bercerita kepada teman akrabnya, Abu Bakar, maka iapun beriman dan membenarkannya, tanpa ada keraguan kemudian Abu Bakar mengajak teman seperdagangannya dan mereka menyambut dengan baik, di antara mereka yang kemudian masuk Islam adalah Utsman bin Affan, Zubair bin Awwan, Sa’ad bin Abi Waqas, Thalhah bin Ubaidillah Abdurrahman bin Auf, Abu Ubaidah bin Jarrah dan Al-Arqam bin Abil Arqam. Dakwah ini dilakukan oleh Nabi Muhammad setelah Allah SWT. menurunkan firmannya;
وَأَنذِرۡ عَشِيرَتَكَ ٱلۡأَقۡرَبِينَ ٢١٤
Artinya “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat.” (QS As-Syu’ara: 214).
Nabi menyeru Bani Abdul Muthalib sesudah mereka berkumpul berkatalah Nabi ; “Menurut yang saya ketahui belum pernah seorang pemuda membawa sesuatu untuk kaumnya yang lebih utama dari apa yang saya bawa untuk kamu. Saya bawa untuk kamu segala kebaikan dunia dan akhirat.”
Perkataan Nabi Muhammad SAW. ini disambut dan dibenarkan oleh sebagian dari mereka yang hadir, tetapi ada juga sebagian yang mendustakannya, Abu Lahab pamannya sangat mendustakan demikian juga istrinya. Abu Lahab berkata; “Celakalah engkau ! apa untuk inikah kami engkau panggil ?”. sehubungan dengan tindakan Abu Lahab ini Allah SWT. menurunkan firman-Nya :
تَبَّتۡ يَدَآ أَبِي لَهَبٖ وَتَبَّ ١ مَآ أَغۡنَىٰ عَنۡهُ مَالُهُۥ وَمَا كَسَبَ ٢ سَيَصۡلَىٰ نَارٗا ذَاتَ لَهَبٖ ٣ وَٱمۡرَأَتُهُۥ حَمَّالَةَ ٱلۡحَطَبِ ٤ فِي جِيدِهَا حَبۡلٞ مِّن مَّسَدِۢ ٥
Artinya :”Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia!), Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka). Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar tanah). Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.” (QS Al-Lahab: 1-5)
Fase ini dikenal dengan berdakwah secara sembunyi-sembunyi (sirriyah) yang beliau lakukan selama tiga tahun. Dikatakan secara sembunyi-sembunyi disini, mengingat tempat para sahabat, pengikutnya, dan orang-orang yang mereka ajak masuk Islam tersebut bersifat sangat rahasia. Ketika itu Nabi Muhammad SAW. mendapat pengikut sekitar 30 orang, mereka mendapat sebutan “Assabiqunal Awwalun” artinya orang yang pertama kali masuk Islam.
Sudah banyak yang beriman kepada Rasulullah SAW., namun mereka masih menyembunyikan keislaman mereka. Karena jika satu saja urusan mereka terungkap, maka ia akan menghadapi berbagai siksaan keras dari kaum kafir Quraisy hingga ia murtad (keluar) dari agama Islam.
Menyiarkan Islam Terang-Terangan (Seruan Umum)
Selama lebih kurang tiga tahun Nabi Muhammad SAW. berdakwah secara rahasia atau sembunyi-sembunyi, lalu Allah SWT. menurunkan firman-Nya untuk memberikan wahyu kepada Nabi Muhammad untuk melakukan seruan umum atau dakwah islam secara terang-terangan Allah SWT berfirman:
فَٱصۡدَعۡ بِمَا تُؤۡمَرُ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ٩٤
Artinya : “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”. (QS. Al-Hijr : 94)
Ayat ini menandai dimulainya dakwah Nabi Muhammad SAW. secara terang-terangan (secara umum) menyeru ke segenap lapisan manusia kepada agama Islam secara terang-terangan, baik dari golongan bangsawan maupun lapisan hamba sahaya begitu juga kaum kerabat beliau sendiri atau orang-orang yang jauh.
Pada suatu hari, Rasulullah berdiri di atas bukit Shafa memanggil suku Quraisy, hingga orang-orangpun mengerumuninya. Di antara mereka, terdapat pamannya, Abu Lahab, seorang tokoh Quraisy yang paling memusuhi Allah dan Rasul-Nya. Tatkala orang-orang telah berkumpul, beliau bersabda: “Bagaimana pendapat kalian, seandainya saya memberitahu kalian bahwa di balik gunung ini ada musuh yang menanti kalian, apakah kalian mempercayai saya?”, mereka menjawab: “Yang terlintas di hati kami tentang anda adalah kejujuran dan amanah”, beliau lalu bersabda: “Saya adalah orang yang memberi peringatan kepada kalian bahwa di hadapan kalian ada siksa yang maha berat”.
Kemudian Rasulullah SAW. mengajak mereka untuk menyembah Allah dan meninggalkan berhala yang selama ini mereka sembah. Abu Lahab langsung keluar dari kerumunan orang-orang dan berkata: “Celakalah kamu!, apakah karena ini kamu mengumpulkan kami?”.
Nabi Muhammad SAW. tetap melanjutkan dakwah dan memulai secara terangterangan di tempat-tempat mereka berkumpul, mengajak mereka masuk agama Islam, bahkan beliau melakukan shalat di sisi Ka’bah.
Orang–orang kafir yang tidak suka dengan ajaran Islam semakin membenci ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW., sementara itu, penyiksaan orang-orang kafir terhadap kaum muslimin yakni dengan menghalangi hamba sahaya dan orang-orang lemah, sebagaimana yang dialami Yasir dan puteranya ‘Ammar serta istrinya Sumaiyah.
Yasir yang akhirnya mati syahid, sedangkan istrinya Sumaiyah wafat karena di tikam tombak Abu Jahal, bahkan Sumaiyah adalah wanita pertama dalam Islam yang mati syahid disebabkan oleh penyiksaan.
Begitu pula siksaan yang ditimpakan Umayyah bin Khalaf dan Abu Jahal kepada Bilal bin Rabah, Khabab Ibnul Aris dan yang lainnya. Sebelumnya, Bilal masuk Islam melalui perantara Abu Bakar. Suatu ketika Umayyah mengetahuinya, lalu ia pun menimpakan berbagai macam siksaan agar Bilal mau meninggalkan Islam. Namun, Bilal menolak dan tetap berpegang teguh pada agama Islam.
Lalu Umayyah membawa Bilal keluar kota Mekkah dalam keadaan terikat rantai. Setelah tubuhnya ditelentangkan di atas padang pasir yang membara, diletakkan batu besar di atas dadanya, untuk kemudian Umayyah beserta para pengikutnya menghujaninya dengan cambukan. Sungguh suatu penyiksaan yang diluar batas peri kemanusiaan.
Namun, Bilal berkali-kali hanya mengucapkan Ahad, Ahad, (Yang Maha Esa), hingga akhirnya Abu Bakar melihatnya. Dengan seketika itu, Abu Bakar membelinya dari Umayyah dan memerdekakannya di jalan Allah SWT.
Dari serangkaian siksaan yang mendera kaum muslimin ini, Rasulullah SAW. melarang kaum muslimin mengumumkan keislman mereka, sebagaimana yang beliau lakukan ketika berkumpul dengan cara diam-diam.
Karena seandainya beliau berkumpul secara terang-terangan, maka kaum musyrikin pasti menghalangi beliau dalam menyampaikan pengajaran dan petunjuk kepada kaum muslimin. Bahkan hal ini bisa jadi akan mendatangkan bentrokan di antara dua kelompok.
Dan sudah diketahui, bahwa bentrokan ini bisa mengakibatkan kehancuran dan kebinasan kaum muslimin, mengingat sedikitnya jumlah mereka. Oleh karenanya, hikmah yang paling nyata di sini adalah mereka harus masuk Islam secara sembunyi-sembunyi.
Lain halnya dengan Rasulullah SAW. beliau tetap berdakwah dan beribadah secara terang-terangan di hadapan orang-orang musyrik, sekalipun beliau menerima siksaan dari kaum kafir Quraisy. Ada beberapa Faktor yang mendorong kaum Quraisy menentang seruan Islam yaitu :
- Persaingan berebut kekuasaan, kaum Quraisy tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan, mereka mengira bahwa tunduk pada Nabi Muhammad SAW. berarti pada kekuasan Bani Abdul Muthalib. Sedangkan suku-suku bangsa Arab selalu bersaing untuk merebut kekuasaan dan pengaruh.
- Penyamaan hak antara kaum bangsawan dengan rakyat biasa (hamba sahaya), tradisi sosial bangsa Arab mengenal kasta, tiap-tiap manusia digolongkan ke dalam kasta-kasta, padahal seruan Nabi Muhammad SAW. memberikan hak yang sama kepada setiap manusia, karena itu kasta bangsawan dari kaum Quraisy enggan menganut agama Islam. Bahkan hamba sahaya bisa lebih mulia dari tuannya apabila dia lebih bertaqwa, Allah SWT. berfirman;
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ ١٣
Artinya; “…… Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. ……” (QS Al-Hujurat; 13)
- Takut akan hari pembangkitan, agama Islam mengajarkan bahwa setelah hari kiamat semua manusia akan dibangkitkan dari kuburnya, orang yang berbuat baik akan mendapat balasan yang baik sedangkan yang berbuat buruk akan mendapat siksaan. Kaum Quraisy tidak dapat menerima agama yang mengajarkan bahwa manusia akan hidup kembali sesudah mati.
- Taklid kepada ajaran nenek moyang, kaum Quraisy merasa berat untuk meninggalkan agama nenek moyang mereka dan mengikuti agama baru tersebut.
- Faktor ekonomi, inilah yang menyebabkan kaum Quraisy enggan meyakini Islam, kerena dalam agama Islam tidak diperbolehkan menyembah berhala, padahal membuat patung adalah sebagai salah satu mata pencaharian mereka.