Peringatan Hari Santri Nasional begitu meriah dirayakan di berbagai tempat wilayah Indonesia. Sejak 2015, tanggal 22 Oktober memang resmi diperingati sebagai hari santri. Penetapannya dilakukan melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015. Keputusan tersebut ditandatangani Presiden Jokowi pada tanggal 15 Oktober 2015. Dasar hukum Kepres Hari Santri adalah Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Dasar Negara Indonesia tahun 1945. Ini adalah sebuah apresiasi dari Pemerintah Indonesia atas peran santri untuk negeri.
Ada beberapa pertimbangan mengapa hari santri kemudian diperingati, antara lainnya adalah sebagai berikut:
- Pertama, ulama dan santri berkontribusi besar dalam merebut dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
- Kedua, mengenang serta meneladani ulama dan santri dalam membela, mempertahankan dan berkontribusi untuk pembangunan bangsa.
- Ketiga, sebagai pengingat, bahwa pada tanggal tersebut resolusi jihad dikumandangkan oleh para Ulama, sebagai bentuk perlawanan terhadap agresi militer Belanda.
Tentu saja pertimbangan ini adalah bukti, bahwa peran santri untuk negeri sudah lama berkontribusi untuk Negara Indonesia, begitu pula jejak langkah pesantren dalam mendidik anak bangsa sangat besar dalam Sejarah Pergerakan Indonesia. Menurut Latif (2013) mencatat hingga paruh pertama abad ke 19 sekolah-sekolah Islam tradisional mampu berperan sebagai institusi-institusi pendidikan yang utama di Hindia Belanda(Indonesia). Catatan dari Steenbrink, pada tahun 1873 merujuk pada laporan Kantor Inspeksi Pendidikan Pribumi (didirikan J.A. van der Chijs) jumlah pesantren ketika itu sekitar 20.000-25.000 dengan santri sekitar 300.000.
Beberapa pesantren yang didirikan pada era tersebut masih eksis hingga saat ini. Pesantren Tremas di Pacitan (1823), Pesantren Jampes dan Bendo di Kediri dan Pelangitan di Babat (1855), Pesantren Teglasari di Semarang (1870), Pesantren Tebu Ireng di Jombang (1899), dan Pesantren Gontor (1926). Para kiayi merupakan Pendidik penting yang mengarahkan dan mengajarkan para santri untuk mencintai negerinya serta berjuang pada perlawanan Indonesia untuk membebaskan Negara ini dari Pemerintah Kolonial. Seruan hubbul wathon minal iman menjadi penguat bagi para santri untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia pada saat itu.
Peran santri untuk negeri pada masa ini tidak lepas dari peran para Kiayi atau Ulama yang mendidiknya di pesantren. Para santri lahir dari rahim pesantren, dididik dengan tauladan terbaik para ulama para pewaris nabi yang mengedepankan uswatun hasanah. Mereka digembleng melalui disiplin tinggi pendidikan pesantren. Disiapkan untuk menjadi sosok terbaik yang mampu bermanfaat sesuai hadist Rasullah, khoirunnas anfauhum linnas-sebaiknya manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi sesamanya. Sebab itu pijakan pendidikan pesantren selalu berorientasi pada kemaslahatan umat dan kebaikan semesta. Berfokus pada penempaan diri para santri menjadi sebaik-baiknya manusia penebar kasih bagi sesamanya. Sehingga peran santri untuk negeri ini akan selalu hadir diantara semua masyarakat dan semua golongan.
Jumlah santri yang tercatat oleh Kemenag (2012) sebesar 3.759.198 adalah aset besar bagi bangsa ini. Jumlah tersebut dirilis tahun 2012. Jumlah yang sebesar itu jika tentu akan berkontribusi positif bagi negeri ini jika mendapatkan pendidikan di pesantren secara optimal. Santri tentu punya peran yang amat strategis bagi keberlangsungan bangsa ini.
Di pesantren, para santri terpapar dengan beragam keilmuan bagi untuk penguatan keagamaan juga pengetahuan-pengetahuan praksis keseharian. Kondisi tersebut dapat menjadi salah satu keunggulan sistem pembelajaran pesantren. Pembelajaran pesantren menitikberatkan pada penguasaan yang benar-benar mumpuni mengenai permasalahan keagamaan dari beragam referensi yang di susun ulama-ulama terdahulu. Mereka dibiasakan dengan beragam perdebatan beragam ulama. Kondisi tersebut membuat para santri sejak awal dibiasakan dengan ragam cara pandang yang tentu saja tidak monolitik.
Contoh Jadwal Keseharian Para Santri Di Pondok Pesantren Darussalam Gontor
No |
JAM |
KEGITAN |
1 |
04.00 – 05.30 |
• Bangun Tidur. • Shalat Subuh Berjamaah. • Membaca Al-Qur’an. • Penambahan Kosa Kata bahasa arab maupun Inggris. |
2 |
05.30 – 06.00 |
• Olahraga. • Mandi. • Kursus–kursus Bahasa, Kesenian, keterampilan dll. |
3 |
06.00 – 06.45. |
• Makan Pagi. • Persiapan Masuk Kelas. |
4 |
07.00 – 12.30. |
• Masuk Kelas Pagi. |
5 |
12.30 – 14.00. |
• Keluar kelas. • Shalat Dzuhu berjamaah. • Makan Siang. • Persiapan Masuk Kelas Sore. |
6 |
14.00 – 15.00 |
• Masuk kelas sore. |
7 |
15.00 – 15.45. |
• Shalat Ashar berjama’ah. • Membaca Al-Qur’an. |
8 |
15.45 – 16.45. |
• Aktivitas bebas. |
9 |
15.45 – 17.15 |
• Mandi dan persiapan ke masjid untuk jamaah magrib. |
10 |
17.15.-18.30. |
• Shalat magrib berjama’ah. • Membaca Al-Qur’an. |
11 |
18.30 – 19.30 |
• Makan malam. |
12 |
19.30 – 20.00 |
• Shalat Isya Berjama’ah. |
13 |
20.00 – 22.00 |
• Belajar malam bersama |
14 |
22.00 – 04.00 |
• Istirahat Dan Tidur |
NO |
HARI |
KEGIATAN |
1 |
AHAD |
• Setelah isya’ dilakukan latihan pidato ( Muhadhoroh ) dalam bahasa inggris untuk kelas I – IV, sedangkan santri kelas V Mengadakan diskusi, dan santri kelas VI • Menjadi pembimbing untuk kelompok – kelompok latihan pidato. |
2 |
SELASA |
• Pagi hari, setelah jama’ah shalat subuh. Latihan percakapan bahasa Arab dan Inggris, kemudian dilanjutkan lari pagi wajib bagi seluruh santri. |
3 |
KAMIS |
• Dua Jam Terakhir Pelajaran Pagi, Digunakan Untuk Latihan Pidato Dalam Bahasa Arab. Siang setelah makan siang, diselenggarakan latihan pramuka, dan malam hari setelah shalat isya berjama’ah dilakukan latihan pidato dalam bahasa indonesia. |
4 |
JUM’AT |
• Pagi Hari Setelah Shalat Subuh, Latihan Percakapan Bahasa Arab dan Inggris dan dilanjutkan dengan lari pagi wajib untuk para santri, setelah itu dilakukan kerja bhakti membersihkan lingkungan kampus, setelah itu kegiatan bebas. |
Baca juga:
- Pendidikan Islam Pada Pondok Pesantren Darussalam Gontor
- Konsep Pendidikan Islam Modern Pondok Pesantren Gontor
- Konsep Trimurti Pondok Modern Darussalam Gontor
Di pesantren, para santri juga dikondisikan untuk mengenal lingkungan masyarakat yang ada di sekitarnya. Pendidikan pesantren memang ditujukan mendekatkan para santri dengan realitas masyarakat, sebab mereka memang disiapkan untuk mengabdi di masyarakat setelah lulus nanti apapun profesinya.
Jihad para santri saat ini tentu semakin berat. Selain kemampuan mumpuni pada penguasaan keislaman juga diharapkan memiliki keluasan cakrawala dalam beragam perspektif keilmuan umum. Sebab mereka akan dihadapkan pada penyelesaian persoalan masyarakat dimana mereka hidup.
Dan saat ini tantangan bagi para santri tentu lebih sulit dibandingkan masa lalu. Mereka akan bergelut dengan isu-isu sosial kemasyarakatan, lingkungan, politik, ekonomi, dan kebangsaan yang lebih rumit dibanding dengan masa lalu. Modalitas yang didapat para santri ketika ditempa di pesantren sesungguhnya sangat berarti bagi realitas kebangsaan kini. Apalagi jika dikuatkan dengan kapasitas yang dimiliki di beragam bidang kehidupan.
Di era digital sekarang ini para santri bisa mengisi ruang diskusi di dunia maya dengan beragam konten yang mencerahkan. Ruang-ruang media sosial yang selama ini cenderung gaduh sudah seharusnya diisi oleh beragam konten yang lebih produktif. Peluang santri mengisi beragam konten tersebut sangatlah terbuka.
Kehadiran kanal daring misalnya menjadi dapat menjadi ruang yang amat strategis untuk menyerukan ajaran islam yang rahmatan lil alamin. Islam yang ramah bukan yang marah. Ajaran dan ujaran yang meneduhkan bukan malah menimbulkan kemarahan, yang merangkul bukan memukul. Konten-konten tersebut harus diisi oleh para santri bahwa peran santri untuk negeri ini bukan hanya ada pada masa perjuangan kemerdekaan dulu, namun juga bisa mengisi kemerdakaan sekarang ini dengan beragam telaahan yang lebih konstruktif di era digital ini. Ruang-ruang yang dapat digunakan untuk menebar kasih dan kebermanfaatan bukan oleh konten yang penuh rasa benci.
Semoga ke depan, pendidikan pesantren semakin banyak melahirkan kader-kader terbaik bagi bangsa ini. Seperti para pendahulu yang sudah membaktikan dirinya untuk bangsa sebaik-baiknya, sekuat-kuatnya, mereka para pejuang kita, peran santri untuk negeri Indonesia.
Baca juga: