Peran ABRI Dalam Pembangunan Nasional
Mulai 1 April 1969 bangsa Indonesia secara resmi mulai dengan pembangunan nasionalnya. Dalam seminar TNI-AD pertama lebih banyak di bincangkan mengenai politik dan juga keyakinan presiden Sukarno bahwa TNI-AD sepenuhnya di belakang beliau. Seminar yang ke 2 perlu merumuskan kembali hal hal yang tercantum dalam Tri Ubaya Cakti hasil seminar ke 1 harus benar-benar sesuai dengan kepentingan rakyat Indonesia.
Tidak mengherankan kalo hasil seminar ke 2 itu kemudian mempunyai aspek keamanan, politik maupun ekonomi yang luas. Dalam bidang keamanan di tegaskan apa yang di maksudkan doktrin pertertahanan rakyat semesta, yaitu itu bukan satu doktrin perang gerilya semata. Melainkan satu usaha pembelaan negara yang mengikutsertakan masyarakat.
Dengan begitu TNI-AD hendak memberikan tanda kepada TNI-AL dan TNI-AU bahwa doktrin perang semesta bukan hanya perang di darat melainka ada peran penting bagi TNI-AL dan TNI-AU untuk mengamankan negeri sebagai pertahanan semesta. Dalam seminar TNI-AD ke 2 ada tuntutan TNI-AD untuk perbaikan seluruh rakyat. Walaupun pada saat itu menjadi anggota TNI-AD sangat kekurangan dalam kehidupanya dalam bidang politik TNI-AD melihat pentingnya pembangunan politik agar komitmen Orde Baru untuk menjalankan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen dapat terlaksana.
Jadi tidak dapat diingkari oleh sejarah bahwa pembangunan nasional yang kemudian di mulai pada tanggal 1 April 1969 berpangkal pada seminar TNI-AD ke 2 tahun 1966.sebab pada waktu itu yang memegang politik utama adalah TNI-AD yang di pimpin oleh Jendral Soeharto yang memegang Supersemar.
Mengenai hasil di bidang ekonomi dalam seminar TNI-AD ke 2 boleh dikatakan bahwa itu semua dapat menjadi landasan bagi pembangunan ekonomi kemudian. Hasil seminar ke-2 di bidang Hankam yang di namakan Tri Ubaya Cakti kemudian di bawa oleh para perwira TNI-AD untuk di usulkan sebagai bagian dari doktrin pertahanan keamanan. Itulah yang kemudian menghasilkan doktrin ABRI Catur Dharma Eka Karma. Pemikiran yang di peroleh dari seminar menjadi kerangka bagi perumusan doktrin ABRI.
Pembangunan nasional di lakukan menggunakan strategi dasar trilogy pembangunan, yaitu setabilitas pembangunan pemerataan. ABRI melakukan pekerjaan yang mendukung pembangunan di daerah. Dengan apa yang di namakan operasi karya atau Civic Mission, ABRI membangun berbagai fasilitas seperti jalan, jembatan irigasi dan lainya. Stelah pembangunan meningkat oprasi karya ini berhenti.
Pada tahun 1980-an terdapat kritik terhadap peran ABRI dalam pembangunan nasional. Abri di anggap menjalankan pendekatan sekuirti dalam menjalankan keamanaan setabilitas. Abri di anggap selalu mengambil alih dari karyawan sipil. Abri tidak boleh merugikan penyedia kesempatan kerja. Namun, dengan segala kekurangan yang di lakukan ABRI, peran yang telah dan sedang di berikan kepada pembangunan nasional adalah positif sekali. Kenyataanta ABRI tidak pernah menuntut anggaran Hankam yang melebihi 2persen dari GNP Indonesia.
Baca juga :
Perbedaan Pendapat Pada TNI – Rangkuman Buku Kepemimpinan ABRI
Penanganan Logistik TNI – Buku Kepemimpinan ABRI
Peran TNI Dalam Pembangunan Nasional – Rangkuman Buku Kepemimpinan ABRI
Kepemimpinan ABRI Dalam Sejarah Dan Perjuangan – Resume Buku
Kekuatan Dan Kelemahan Dalam Hasil Pembangunan
Kemajuan kemajuan dalam pembangunan nasional sangat terlihat dari segi ekonomi, pendidikan, sarana prasarana, pertanian, industry dan lain lain sudah mengalami peningkatan yang pesat. Akan tetapi dalam pelaksanaan pembangunan nasional ini juga mengalami kekurangan atau kelemahan. Hal itu juga perlu kita sadari dan identifikasi untuk perbaikan perjalanan bangsa selanjutnya.
Kekurangan yang paling mencolok setelah pembangunan nasional yang berjalan selama 25 tahun adalah lebarnya kesenjangan antara golongan kaya dan tidak kaya. Juga kesenjangan kemajuan yang di capai di pulau jawa serta Indonesia bagian Barat pada umumnya dan bagian timur hal ini di pengaruhi oleh pemerintah yang menganut politik sentralistis dan tidak memberikan desentralisasi kepada daerah. orang keturunan cina melaju pesat dalam hal kekayaan. Hal ini membawa persoalan etnis. Tidak hanya di Indonesia saja melainkan etnis cina yang ada di Asia Tenggara. Pemerintah di tuduhkan bahwa pemerintah memberikan monopoli dan oligopoly swasta. Pengusaha kecil di Indonesia tidak diperhatikan sehingga jarak menjadi lebih terlihat antara golongan kaya dan golongan tidak kaya.
Salah satu yang juga di anggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai kelemahan dalam pembangunan adalah meningkatnya hutang luar negri. Yang pada tahun 1995 mendekati angka AS$ 100 miliar. Adanya korupsi jugamenjadikan kelemahan karena pada saat itu pembangunan nasional adalah sikap yang mengagungkan benda dan uang. Keritik lain yang sering di kemukakan ialah kurangnya pembangunan di bidang politik, sehingga kurangnya partisipasi masyarakat luas dalam pembangunan nasional. Bahwa pada pemerintahan Orde Baru selama 32 tahun tidak tergantikan oleh pemimpin baru. Salah satu kendala bagi kita adalah kelemahan yang bersifat menetap bagi bangsa kita, jadi tidak di akibatkan oleh pembangunan nasional. Kelemahan itu adalah sikap yang tidak terlalu memperhatikan perlunya persamaan antara kata dan perbuatan, antara teori dan praktik, antara konsep dan implementasi.
Betapapun kita semua harus dapat mengatasi beberapa permasalahan yang timbul dalm pembangunan nasional. Dan dalam perjalanan kita mencegah agar tidak timbul kelemahan baru. Dari kekurangan yang telah timbul maka kita bias mempelajari agar tidak terulang kembali dan bias memberikan sesuatu yang lebih sehingga Indonesia menjadi negara yang lebih maju.
Alih Generasi Dalam Kepemimpinan ABRI
Terjadi peralihan dalam kepemimpinan ABRI pada masa pembangunan nasional pada tahap pertama dari generasi 1945 ke generasi yang masuk ke jajaran ABRI setelah tahun 1955. Di dalam TNI-AL, TNI-AU, dan Polri ali generasi tidak terlalu kea rah kusus. Namun di TNI-AD alih generasi tidak hanya di pengaruhi oleh sifat umum yang berbeda antara generasi 1945 dan generasi penerus tetapi persoalan kusus yang membentuk kepemimpinan.
Akibat tidak adanya pembentukan perwira TNI-AD melalui akademi militer antara tahun 1950 dan 1957 maka terjadi suatu keadaan yang kurang baik dalam piramida perwira. Ada perwira generasi 1945 dalam jumlah besar dalam semua jenjang kepangkatan perwira, sedangkanperwira hasil pembentukan setelah tahun 1950 hanya berada pada pangkat perwira pertama dalam jumlah terbatas, dan pangkat perwira menengah malah lebih sedikit lagi. Pada tahun 1982 generasi penerus baru ada beberapa orang saja yang sudah mecapai perwira tinggi, itu pun kalo penggunaan pendidikan dengan cara yang normal sesuai aturan yang berlaku. Tahun 1982 akan kesulitan menggantikan perwira jika tidak ada tindakan khusus untuk memdidik calon perwira.
Dalam TNI-AL dan TNI-AU tidak terlalu sulit untuk mencari generasi karena jumlah perwira sendiri tidak sebanyak dalam TNI-AD. Maka untuk alih generasi tidak terlalu banyak masalah. Dalam TNI-AD harus di buat kebijakan khusus yang memungkinkan para generasi di angkat jabatanya secara cepat agar alih generasi berjalan lancer. Oleh karena itu generasi 1945 membentuk akademi militer yang satu untuk pembentukan perwira generasi penerus. Dengan harapan agar satu sumber keperwiraan menjamin persatuan yang kokoh dalam korps perwira.
Meskipun ini semua bukan hal yang mudah atau ringan, namun kita yakin bahwa bangsa Indonesia akan selalu menghasilkan kepemimpinan ABRI yang cukup memadai kemampuannya untuk melaksanakan kewajibanya itu dengan semestinya.
Baca juga :
Perbedaan Pendapat Pada TNI – Rangkuman Buku Kepemimpinan ABRI
Penanganan Logistik TNI – Buku Kepemimpinan ABRI
Peran TNI Dalam Pembangunan Nasional – Rangkuman Buku Kepemimpinan ABRI
Kepemimpinan ABRI Dalam Sejarah Dan Perjuangan – Resume Buku
DAFTAR PUSTAKA
1. Sejarah Militer, ringkasan buku “Kepemimpinan Abri Dalam Sejarah Dan Perjuangan” halaman 246-297.