Perbedaan Pendapat Dalam Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Sejak berdirinya pada tahun 1945 ABRI tidak pernah bebas dari berbagai pendapat yang berbeda satu sama lain. Hal ini dapat dilihat karena ABRI atau TNI berdiri atas dasar kebangkitan rakyat dan sejak semula berdiri tidak hanya sebagai satu organisasi angkatan bersenjata seperti di negara lainnya. Karena TNI berdiri atas dasar kebangkitan rakyat, maka dalam TNI ini berkembang berbagai pendapat yang ada dalam masyarakat. Tetapi karena adanya tujuan perjuangan yang sama dan satu, maka persatuan dan kesatuan TNI bisa tetap dijaga.
Dalam negera Indonesia TNI memegang posisi yang yang cukup penting dalam kehidupan bangsa, maka tidak jarang organisasi di luar TNI dan khususnya organisasi politik, selau berusaha untuk mempengaruhi TNI agar berpihak pendapat dengan organisasi tersebut, contohnya adalah peristiwa G30S/PKI, Pemberontakan DI/TII dan PRRI/Permesta. Sebab ini persatuan dan kesatuan harus selalu menjadi perhatian kepemimpinan ABRI. Karena perbedaan pendapat di kalangan TNI atau ABRI cukup besar pengaruhnya terhadap TNI dan ABRI sendiri, maka harus dilakukan idenifikasi perbedaan-perbedaan itu sebagai pelajaran dan pengalaman agar tidak terulang kembali.
PERBEDAAN ANTARA BEKAS PETA DAN BEKAS KNIL
Perbedaan penting pertama yang dialami TNI adalah perbedaan pendapat antara para perwira yang bekas Peta dan bekas KNIL. Penyebab dari perbedaan ini yang utama adalah perbedaan umur yang relatif muda dari mayoritas kedua kategori perwira antara bekas Peta dan bekas KNIL. Umur muda yang disertai ambisi memegang kekuasaan sehingga menimbulkan emosi yang kuat. Sebab mayoritas bekas Peta yang merupakan komandan peleton, yang umurnya masih berada di sekitar 25 tahunan. Demikian pula mayoritas bekas KNIL yang juga tidak lebih dari umur 30 tahunan. Bahkan timbul rasa tidak puas ketika seorang bekas Peta ditempatkan dibawah seorang bekas KNIL, ini terjadi akibat pada umur yang masih muda seseorang itu memiliki ambisi yang kuat, apalagi dalam organisasi militer faktor kekuasaan sangatlah besar pengaruhnya. Dalam ketidakpuasan itu acapkali yang berbicara adalah emosi, bisa dilihat ketika bekas Peta mengatakan bahwa bekas KNIL kurang semangat dan nasionalisme dan hanya mengenal teori belaka dan itu terbukti ketika tentara KNIL bertekuk lutut terhadap tentara jepang dengan sangat cepat. Sebaliknya bekas KNIL tidak jarang mengatakanbahwa perwira Peta hanya memiliki semangat saja tanpa ada pengetahuan memadahi untuk memimpn tentara. Disini jelas sekali bahwa pendapat dari kedua pihak itu bersumber hanya pada hal-hal yang subyektif belaka. Karena sebenarnya semua pihak, bekas Peta maupun bekas KNIL sama-sama belum berpengalaman menjalankan perang yang luas lingkupnya.
Pertentangan yang terjadi cukup memberikan dampak yang cukup merugikan berupa berbagai rasa curiga dan prasangka antara perseorangan dan satuan TNI. Tetapi pertentangan ini baru hilang setelah TNI-AD mulai tahun 1952 secara serius dan sistematis mengadakan sistem pendidikan perwira. Dalam pendidikan ini seseorang itu membuktikan kecakapannya, tidak peduli apakah dia bekas Peta, bekas KNIL ataupun bekas lainnya. Kemudian setelah pendidikan ia membuktikan bagaimana kecakapannya di lapangan atau di staf. Sehingga seorang perwira dinilai sesuai dengan kecakapannya dan tidak lagi timbul pertentangan antara bekas Peta dan bekas KNIL.
Baca juga :
Perbedaan Pendapat Pada TNI – Rangkuman Buku Kepemimpinan ABRI
Penanganan Logistik TNI – Buku Kepemimpinan ABRI
Peran TNI Dalam Pembangunan Nasional – Rangkuman Buku Kepemimpinan ABRI
Kepemimpinan ABRI Dalam Sejarah Dan Perjuangan – Resume Buku
ANIMOSITAS ANTAR ABRI
Dalam ABRI pernah terjadi animositas dan bahkan juga pertentangan satuan-satuan tertentu. Hal ini sempat menimbulkan ancaman bagi Abri dan keselamatan negara dan bangsa. Selain ada pertentangan antara satuan di dalam tubu TNI-AD, juga terdapat animositas antara angkatan satu dengan antara yang lainnya. Hal ini tidak lepas dari pengaruh politik. Sebab utama pertentangan atau persaingan adalah tidak lepas dari keinginan untuk di nilai siapa yang paling penting di negara kita, sehingga mendapat penilaian tinggi dari masyarakat dan mendapat anggaran yang lebih dari negara. Yang pertama terasa kuat adalah Brimob. Brimob mendapatkan fasilitas persenjataan yang lebih lengkap ketimbang TNI-AD karena Brimob di bawah perdana mentri. Akan tetapi yang benar benar gawat adalah animositas antar angkatan yang terjadi antara tahun 1960 dan 1966 sebagai akibat politik Presiden Soekarno yang di pengaruhi oleh PKI. Presiden soekarno di adu domba dengan TNI-AD karena pada saat itu TNI-AD menjadi penghalang bagi PKI untuk mencapai puncak kekuasaan di Indonesia.oleh sebab itu Sukarno langsung mengambil keputusan untuk memberikan semua angkatan atau departemen. Semua itu di bawah pimpinan panglima tertinggi ABRI, yaitu Presiden RI. Itulah cara PKI untuk mempersiapkan pemberontakannya pada tahun 1965.
Di tahun 1945 indo nesi seakan aka nada empat angkatan bersenjata. Sebab dalm tubuh tiap tiap angkatan memiliki unsur-unsur, tempur daratnya, tempur lautnya, dan tempur udaranya, tiap tiap angkata memiliki unsur-unsur tersebut tak terkecuali polri. Keempat tersebut di adu domba oleh kaum politik, khususnya PKI. Persaingan atau pertentangan atau pertentanganantar angkatan tersebut baru dapat di kurangi dan dia atasi setelah di adakan integrasi ABRI pada tahun 1969. Komando pengendalian oprasi ada di tangan ABRI. Setatus kementrian atau departemen di hapus dan sebutan pemimpin angkatan tidak lagi panglima melainka kepala staf angkatan.
Kelemahan dari integrasi ABRI adalah keberadaan Polri dalam ABRI. Polri menjadi kurang berfungsi sebagaimana fungsinya. Hal ini di akibatkan karena politik tahun 1960-1965. Semestinya Polri bisa melepaskan diri dari ABRI. Namun polri harus di jamin memiliki kewibawaan dalm masyarakat. Polri dapat melakukan itu apabila di dukung dari segi material dan personalia, tetapi itu semua belum ada di dalm polri.
PERISTIWA 17 OKTOBER 1952
Peristiwa 17 oktober adalah peristiwa yang berada di tubuh TNI-AD. Itu di akibatkan oleh dampak pertentangan bekas Peta dan bekas KNIL serta peran partai politik yang terlalu mencampuri dalm tubuh ABRI. Adanya politikus yang sebelum tahun 1950 ikut Belanda dan tahun 1950 berhasil masuk ke DPR dan turut mengkritik TNI-AD karena sebagai pelampiasan tidak sukanya TNI-AD berhasil menjadikan Repulik Indonesia Serikat berubh menjadi RI.
Dalam tubuh TNI-AD ada beberapa perwira di jabatan tingi yang selain kurang puas dengan perkembangan TNI-AD,juga kurang puas dengan kedudukan yang di perolehnya. Adanya ketidak puasan ini mengakibatkan pertentangan di kubu perwira TNI-AD kususnya di wilayah Jawa. DPR mengetahui pertentangan yag terjadi di dalam TNI-AD, karena di dalam anggota DPR terdapat anggota muda yang pernah ikut Belanda dan mereka tidak senang atas berhasilnya TNI-AD mengajak masyarakat meninggalkan eksistensi negara RIS maka hal ini menjadi kesempatan bagi DPR untuk mengritik habis-habisan dan pembalasan. Hal ini tidak di terima oleh AP dan TNI-AD. Al hasil di putuskanya TNI-AD untuk menghadap Presiden Sukarno untuk membubarkan DPR dan mengambil alih pimpinan negara. Disinilah pimpinan TNI AD membuat kesalahan besar. Presiden Sukarno menolak permintaan tersebut. TNI-AD mulai menerima pukulan dan serangan dari berbagai pihak dan retaklah TNI-AD. Perpecahan TNI-AD meluas ke seluruh korps perwira, termasuk keluar jawa.
Lambat laun di peroleh kesimpulan bahwa harus ada penyelesain perpecahan itu. Maka diadakanlah rapat di Yogyakarta pada tahun 1955 yang di hadiri oleh perwira untuk mengadakan rekonsiliasi antara semua pihak yang berselisih. Rekonsiliasi dapat dicjapai di sertai janji semua yang hadir dan di ucapkan di depan makam panglima besar sudirman. Meskipun secara formal sudah tercapai rekonsiliasi, namun dalam kenyataaanya belum sepenuhnya pulih, itu yang nanti menjadi sebab timbulnya keretakan lagi ketika colonel Nasution yang sebenarnya telahmenjadi seorang politikus sipil sebagai pimpinan partai IPKI, oleh pimpinan kembali di angkat sebagai KSAD dalam pangkat brigadier jendral. Ini menimbulkan ketidakpuasan perwira di luar Jawa, dan menyababkan terjadinya pemberontakan PRRI/permesta. Pengangkatan itu hanya di setujui oleh colonel sudirman.
Pengangkatan di lakukan kembali yaitu mengangkan colonel Bambang Utoyo . pengangkatan ini mendapan tantangan keras dari mayoritas perwira TNI AD, karena di angga tidak menghormati hasil rapat yang di adakan di Yogyakarta.
Terjadinya peristiwa 17 Oktober tidak lepas dari kegiatan dan pengaruh partai politik. Para perwira TNI yang masih muda masih dapat di pengaruhi oleh para politikus untuk menjadi sasaran empuk untuk memperoleh kemenangan.
PERISTIWA DALAM TNI-AU DAN TNI-AL
Adanya pemimpin bukan penerbang masuk ke dalam TNI-AU menjadikan para perwira penerbang tidak puas. Memang tidak ada angkatan udara yang mempunyai pemimpin bukan penerbang di tahun 1950-an. Maka para perwira penerbang itu mengajukan berbagai ucapan ketidak puasan terhadap pimpinan KSU. Beberapa perwira penerbang mengundurkan diri. Mereka pada umumnya adalah penerbang hasil didikan di India. Prgerakan KMU Suyono yang memihak KSAU telah melanggar aturan ketikamenulis surat kepada DPR. Dalam proses selanjutnya Suyono dan kawan-kawan di keluarkan dari TNI AU. Di siteu sudah tampak bahwa sebenarnya baik peristiwa 17 Oktober maupun peristiwa AU tahun 1953 adalah akibat dari ulah partai politik.
Inilah pelajaran yang harus di tarik yang sudah di singgung sebelumnya. Partai politik berusaha menyebarkan dan melebarkan serta memperkuat posisinya mellui kekuatan ABRI. Biasanya partai politik memanfaatkan beberapa factor yang hidup di lingkungan perwira ABRI. Factor lainya adalah adanya ambisi pribadi pada perwira. Biasanya para perwira muda yang ingin cepat menduduki jabatan yang tinggi.
Dalam TNI-AL juga terdapat masalah antara KSAL, laksamana Subiyakto danpara perwira seniornya pada tahun 1959. Terjadi suatugerakan yang dipimpin oleh Letkol Yos Sudarso dan Letkol Alisadikin yang menuntut penggantian KSAL. Para perwira mengatakan bahwa KSAL terlalu otoriter dan tidak member kesempatan kepada para perwiranya mengembangkan prakarsa mereka.dalam hal ini tidak ada pengaruh dari politik yang mungkin bias mempengaruhi peristiwa ini.
Akan tetapi pada permulaan tahun 1965 ada peristiwa yang terjadi pada TNI-AL yang di pengaruhi oleh partai politik. PKI dapat mempengaruhi perwira perwira muda untuk melakukan tindakan perlawanan terhadap pimpinan TNI-AL. pimpinan TNI-AL memiliki kedisiplinan tinggi dan tidak ada perasaan untuk menindas. Ketidak pahaman para perwira muda serta adanya intrik dari PKI terhadap keduabelah pihak ahirnya TNI-AL kehilangan banyak perwira-perwira muda. Hanya factor factor tertentu mereka di pengaruhi oleh partai politik.
PENGARUH DARI PERANG DINGIN
Sejak sejak tahun 1948 dunia di liputi oleh perang dingin antara blok Barat dan blok komunis, meskipun mereka bersekutu dalam perang dunia kedua menghadapi jerman, Italia, dan Jepang. Pokok persoalan aada pada idiologi. Unisoviet ingin menjadikan umat manusia menerima komunis menjadi pedoman hidupnya. Sedangkan blok barat yang di pimpin oleh Amerika ingin menjadikan umat manusia menggunakan paham Barat. Dari sudut itu dapat di katakana bahwa blok Barat adalah kekuatan setatus quo, sedangkan blok Komunis kekuatan pembaharuan.
Kekuatan pembaharuan yang di lakukan komunis yang memang pada saat itu umat manusia menggunakan paham barat sangat sulit di lakukan. Banyak umat manusia yang tidak bisa menerima pembaharuan yang dilakukan oleh komunis karena di angga pembaharuan yang di lakukan jauh dari keadilan. Sebab pembaharuan komunis hanya perbaikan bagi orang yang sepaham dengan komunis saja. Maka dari itu bangsa yang tidak mau mengikuti paham dari komunis maka pembaharuan dari komunis jauh yang di harapkan.
Dinamakan perang dingin karena antara blok barat dan blok komunis terjadi konfrontasi tingkat tinggi dalam segala aspek kehidupan serta tidak sampai perang emnggunakan senjata. Sebenarnya Indonesia tidak memihan dari kedua kubu yang sedang bertentangan tetapi kedua kubu tersebut ingin Indonesia memihak salah satu dari kedua kubu tersebut. Perebutan antara kedua kubu tersebut hingga mempengaruhi ABRI. Itu sudah terlihat pada tahun 1948 ketika komunis berusaha merebut kekuasaan atas Republik Indonesia dan menggunakan genjatan senjata sebagai sarana utama. Pada waktu itu terjadi pertentangan antara ABRI yang berpihak Komunis dan yang berpihak RI. Hanya saja pada waktu itu mayoritas yang berpihak komunis adalah ABRI. Pertentangan timbul kembali pada pertengahan 1950-an. Akan tetapi yang memegang peran adalah pihak Barat yang mengakibatkan terjadinya pemberontakan PRRI/permesta. Para perwira ABRI di luar Jawa di pengaruhi oleh pihak AS, khususnya melalui badan intelejen yang bernama CIA, bahwa Jakarta sudah di kuasai komunis. Sebenarnya perwira yang ada di luar Jawa cukup mengenal rekan-rekanya di Jawa. Mereka tahu perwira-perwira di Jawa yang terkena pengaruh komunis.
Pemberontakan G30S/PKI pada tahun 1965 sebaliknya menunjukan keberhasilan kaum komunis untuk mempengaruhi perwira ABRI untuk mendukung usaha mereka. Akan tetapi para perwira dan anggota ABRI, khususnya TNI-AD yang masih berpedoman pada Pancasila masih cukup kuat dan mampu untuk mengatasi pemberontakan itu. Sekalipun pemberontakan mendapat setngah restu dari presiden Sukarno. Tetapi kehendak Tuhan masih lebih kuat. Dalam waktu 6 bulan pemberontakan tersebut dapat di hentikan dan di atasi.
Selama terjadi perang dingin antara kedua blok masih ada pengaruh terhadap Indonesia, karena ABRI memiliki pengaruh kuat dalam jalanya politik di Indonesia. Maka masuk akal jika ABRI masih mendapat pengaruh dari kedua blok yang berselisih tersebut. Setelah selesainya pemberontakan G30S/PKI ABRI sudah mulai aman dari pengaruh perselisihan dari kedua blok tersebut. Dengan tidak lagi terasa bahaya perpecahan dalm ABRI. Namun masih ada orang orang yang ingin mengadu domba di dalam ABRI. Di dalam ABRI yang sudah di pegang oleh generasi muda terjadi pertentangan pendapat yang cukup tajam. Akan tetapi dapat di cegah sebelum timbulnya perpecahan setelah Suharto mengambil langkah yang tepat menangani masalah ini. Tidak mustahi pertentangan itu akibat pengaruh dari negara besar yang mempunyai kepentingan tertentu di Indonesia.
Hal itu menunjukan bahwa sekalipin perang dingin sudah tidak ada , bahaya pengaruh dari luar terhadap ABRI masih tetap ada.kususnya kalau negara lain memiliki kepentingan besar dalam perubahan politik dan ekonomi negara Indonesia.
PERDEBATAN PENDAPAT YANG DI TIMBULKAN OPSUS
Ketika Indonesia mengadakan konfrontasi dengan Malaysia di dalm organisasi kostrad di bentuk organisasi intelijen yang di namakan oprasi kasus, di singkat opsus. Kegiatan itu di Pimpin oleh Ali murtopo yang jabatan setrukturalnya pada waktu itu wakil asisten intelijen kostrad.
Setelah konfontasi dengan Malaysiadi akhiri ketika Indonesia memasuki Orde Baru, kegiatan Opsus dilanjutkan, dan malah membuat pembentukan sendiri di dalm lingkungan intelijen, di luar organisasi intelijen yang sudah ada. Kegiatan Opsus di gunakan oleh Suharto untuk kegiatan kusus di luar TNI-AD. Kelincahan Mustopo menjadikan anggota Opsus lebih banyak. Orang –orang itu dari ABRI maupun dari kalangan sipil dan swaata. Orang tertarik dengan opsus karena ada berbagai alas an salah satunya karena ingin memperoleh kemajuan dan mendapat jaminan keamanan.
Dalam konfrontasi dengan Malaysia tidak ada perbedaan pendapat antara Opsus dengan TNI-AD. Akan tetapi pada masa orde baru ada keretakan dalam kekuatan itu. Sebab adanya keretakan karena Ali Murtopo seorang yang ambisius tidak segan segan menggunakan organisasinya di unakan untuk kepentingan diri sendiri terkadang juga mengabaikan kehendak dari Suharto yang menimbulkan perbedaan pendapat antara TNI-AD dengan Opsus.
Statusnya sebagai asisten Pak Harto Ali murtopo begitu mudah untuk bergerak dalam urusan politik ketimbang para perwira TNI-AD. Dalam kegiatannya itu tidak jarang Ali murtopo menjalankanya berbeda dengan para perwira TNI-AD.
Ali dan Sudjono membentuk badan yang resminya untuk penelitian engembangan yaitu CSIS (Centre for Strategic and International Studies. Dalm CSIS itu kumpul orang orang pandai, kususnya dari kalangan non pribumi dan agama minoritas. Kegiatan ini di gunakan untuk mendekatkan dengan negara-negara lain. Tujuanya untuk mendekatkan diri pengusaha non pribumi dengan orang asing sehingga dengan sendirinya para pengusaha non pribumi memberikan sumbangan ke CSIS karena merasa sudah di permudah. CSIS dapat di jadikan think-tank utama bagi pemerintah. Karena itu mempunyai pengaruh kuat terhadap segala kebijaksanaan yang di lakukan pemerintah, baik dalam bidang ekonomi, politik maupun keamanan.
Pertentangan antara klompok Opsus dan Jendral Sumitro yang menjabat pangkokamtib meledak pada peristiwa malaria pada 15 februari 1974. Pada waktu itu terjadi demo besar-besaran yang di sertai perusakan oleh kalangan pemuda dan mahasiswa, ketika perdana mentri Jepang Kakuei Tanaka dating ke Indonesia. Demontrasi ini menyuarakan ketidaksukaanya dengan perusahaan Jepang. Peristiwa malaria menjadi pukulan keras bagi Opsus dan CSIS yang membina pengusaha Jepang dan non pribumi karena dampak negatifnya cukup besar bagi negara Indonesia.
Setelah peristiwa malari pengaruh dan kekuasaan Opsus dan CSIS makin besar. Dengan di cabutnya jendral Sumitro dari jabatanya, juga semua pejabat dalam ABRI dan khususnya TNI-AD yang di nilai dekat dengan dia di cabut dari jabatnya. Opsus memperoleh dominasi dari intelijen di Indonesia. Kiprah Alimurtopo semakin melejit dan tidak bias di imbangi oleh jendral yang bukan dari opsus. Dalam hal politik Ali murtopo di angkat menjadi mentri penerangan. Demikian pula dengan Beny Murdani yang di angkat menjadi intelijen yang lebih tinggi. Malah kemudian menjadi panglima intelijennya.Dengan pengangkatan Beni Murdani Pangab sudah banrang tentu klompok Opsus dan CSIS mendapat angin yang kuat. Jelas sekali bahwa ABRI dan TNI-AD ketika itu sudah lain keadaanya dengan TNI-AD pada generasi 1945.
Akan tetapi tampaknya terjadi perubahan dalam tingkat kepercayaan Presiden Suharto mulai 1988. Mungkin perubahan kembali sikap pak Harto kepada Alimurtopo pada tahun 1982, yaitu di sebabkan masalah politik. Akibatnya ubungan dengan Beny menjadi longgar. Keuangan CSIS menjadi besar dan hubungan Internasionalnya tetap kuat, jadi belum ada indikasi Opsus dan tantangan tantangannya sudah berahir sejarahnya. ABRI dan TNI-AD dapat berkembang kembali sesuai dengan tradisi ABRI yaitu dekat dengan masyarakat.
Kasus Opsus adalah unik, karena dalam pertentanganya dengan garis umum pimpinan TNI-AD Opsus bukan di pengaruhi oleh partai politik. Tujuan politik yang diperjuangkan bersumber pada pimpinan Opsus sendiri dan bukan bersumber dari luar.
Baca juga :
Perbedaan Pendapat Pada TNI – Rangkuman Buku Kepemimpinan ABRI
Penanganan Logistik TNI – Buku Kepemimpinan ABRI
Peran TNI Dalam Pembangunan Nasional – Rangkuman Buku Kepemimpinan ABRI
Kepemimpinan ABRI Dalam Sejarah Dan Perjuangan – Resume Buku
DAFTAR PUSTAKA
1. Sejarah Militer, ringkasan buku “Kepemimpinan Abri Dalam Sejarah Dan Perjuangan” halaman 246-297.